Analisis Risiko Operasional Stasiun Gilingan PG. Djombang Baru Menggunakan Metode House Of Risk (HOR)
Main Author: | Dwijayanti, Dian |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/3369/1/DIAN%20DWIJAYANTI.pdf http://repository.ub.ac.id/3369/ |
Daftar Isi:
- PG. Djombang Baru adalah sebuah pabrik yang mengolah tebu menjadi gula. PG. Djombang Baru memiliki masalah dalam proses produksi yaitu adanya jam berhenti mesin yang tinggi terutama pada stasiun gilingan akibat adanya risiko operasional. Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena kegagalan dari proses internal, manusia, sistem atau dari kejadian eksternal. Contoh kejadian risiko operasional pada stasiun gilingan untuk kategori internal yaitu pisau cane cutter patah, kategori risiko manusia yaitu pekerja lalai melakukan pekerjaan tidak sesuai standard operational procedure sehingga operasional mesin tidak sempurna, kategori risiko sistem yaitu mesin berumur tua, dan kategori risiko eksternal yaitu bahan baku tebu datang terlambat. Kejadian-kejadian risiko operasional tersebut berdampak pada adanya jam berhenti mesin pada stasiun gilingan. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis risiko operasional pada stastiun gilingan dengan cara identifikasi, pengukuran dan penanganan risiko untuk mengurangi dampak dari kejadian risiko. Pada penelitian ini, pengelolaan risiko operasional pada stasiun gilingan dilakukan dengan menggunakan metode House of Risk (HOR). HOR diaplikasikan untuk memitigasi risiko yang muncul dengan cara mengidentifikasi kejadian dan penyebab risiko, memprioritaskan penyebab risiko dan merancang strategi penanganan. Dalam tahap identifikasi kejadian dan penyebab risiko operasional dilakukan dengan bantuan Risk Breakdown Structure (RBS). Pada HOR fase 1 dilakukan perhitungan aggregate risk potential (ARP) dan merancang strategi penanganan risiko berupa tindakan pencegahan dan pada HOR fase 2 dilakukan perhitungan effectiveness to difficulty (ETDk) untuk mengetahui ranking prioritas dari strategi penanganan yang paling efektif dan mudah untuk diterapkan di perusahaan. Hasil penelitian ini yaitu teridentifikasi 30 kejadian risiko operasional. Berdasarkan kejadian risiko operasional yang teridentifikasi, diperoleh 31 penyebab risiko operasional. Dipilih tujuh penyebab risiko operasional prioritas yang memiliki nilai ARP tertinggi untuk diberikan strategi penanganan berupa rekomendasi tindakan pencegahan. Tujuh penyebab risiko operasional prioritas tersebut adalah beban umpan tebu terlalu berat (overload), beban umpan tebu tidak stabil, rantai dengan sprocket tidak kencang/kendur, rantai dengan sprocket tidak inline, rantai tersumbat ampas, baut disc pisau cane cutter tidak kencang/kendur dan pisau cane cutter fatique. Tindakan pencegahan yang direkomendasikan antara lain mengadakan pelatihan (training) operator, pengadaan alat ukur berat tebu, menetapkan waktu dan jadwal petugas inspeksi rutin, implementasi autonomuos maintenance, dan menetapkan frekuensi pergantian komponen.