Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Turi Merah Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Di Hepar Dan Kadar Tgf-Β Pada Mencit Nifas Yang Diinokulasi Staphylococcus Aureus
Daftar Isi:
- Masa nifas merupakan periode yang rentan terhadap infeksi. Hal itu dapat terjadi karena adanya perubahan sistem kekebalan tubuh dan perlukaan jalan lahir pada proses persalinan. Infeksi masa nifas juga disebabkan masuknya bakteri melalui jalan lahir. Salah satu strain bakteri yang sering didapatkan dari hasil isolasi adalah Staphylococcus aureus. Bakteri ini menginfeksi dengan membentuk berbagai zat seperti eksotoksin, leukosidin, katalase, hemolisin dan superantigen. Komponen dinding sel bakteri yang masuk ke dalam tubuh akan dikenali oleh imunitas alami dan menginduksi aktifasi makrofag. Makrofag yang teraktivasi akan memicu pelepasan sitokin-sitokin proinflamasi seperti TNF-α, IL-1β, IL-6, dan IL-8. Pengeluaran sitokin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan jaringan tak terkontrol yang berlanjut pada syok sepsis bahkan kematian. Untuk mengimbangi pengeluaran sitokin berlebih yang dimediasi sel Th1, tubuh mengaktifkan sitokin antiinflamasi yaitu IL-10 dan menginduksi aktivasi TGF-β yang dimediasi oleh sel Th2. TGF-β berfungsi dalam penyembuhan luka dengan cara mengaktivasi proliferasi jaringan. Pengobatan infeksi seringkali menggunakan antibiotik sebagai terapi, namun penggunaan yang tidak adekuat justru membuat bakteri menjadi resisten. Berbagai bahan alam dikembangkan sebagai terapi tambahan. Salah satu bahan alam di Indonesia yang diduga memiliki efek antibakteri adalah tanaman turi merah (Sesbania grandiflora L. Pers) karena mengandung flavonoid, saponin, dan tanin. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh ekstrak daun turi merah pada mencit model infeksi nifas yang diinokulasi bakteri Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan adalah true eksperimental dengan pendekatan posttest only control group design. Hewan coba yang digunakan adalah mencit jenis Mus musculus yang dibagi menjadi 5 kelompok pengamatan yaitu kelompok kontrol negatif (tidak diberi perlakuan), kelompok kontrol positif (diinokulasi bakteri Staphylococcus aureus), kelompok perlakuan P1 (diinokulasi bakteri dan diberi ekstrak daun turi merah 125mg/kgBB), kelompok perlakuan P2 (diinokulasi bakteri dan diberi ekstrak daun turi merah 250mg/kgBB), dan kelompok perlakuan P3 (diinokulasi bakteri dan diberi ekstrak daun turi merah 500mg/kgBB). Pengamatan dilakukan untuk mengetahui jumlah koloni bakteri di hepar dengan metode cawan hitung dan kadar TGF-β dengan metode ELISA. Analisis data koloni bakteri di hepar menggunakan analisis deskriptif dari jumlah rerata sebaran bakteri. Kadar TGF-β pada kelompok kontrol negatif dan positif diuji dengan independent t-test, kadar pada kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan diuji dengan One-way ANOVA dan dilanjutkan uji LSD untuk mengetahui tingkat kebermaknaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun turi merah dengan berbagai dosis mampu menurunkan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus pada organ hepar dan meningkatkan kadar TGF-β pada kelompok perlakuan secara bermakna. Kandungan flavonoid, saponin, dan tanin di dalam Sesbania grandiflora L. Pers diduga mampu berperan sebagai antibakteri dengan merusak metabolisme bakteri secara langsung. Hal ini diduga karena kandungan bahan kimia yang terdapat dalam ekstrak daun turi merah yaitu flavonoid, saponin, dan tanin. Bahan-bahan kimia ini mempunyai efek antibakteri. Flavonoid memiliki mekanisme kerja mampu mencegah sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sitoplasma dan mencegah terjadinya metabolisme energi melalui gangguan pada respirasi seluler. Saponin menurunkan tegangan permukaan sehingga mempengaruhi permeabilitas sel akibat keluarnya komponen penting dalam tubuh bakteri. Tanin memiliki kemampuan merusak dinding sel bakteri sehingga metabolisme di dalam sel terganggu. Selain itu, flavonoid, saponin, dan tanin juga meningkatkan aktivasi sistem immun sehingga peradangan segera berakhir dan kadar TGF-β meningkat untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Flavonoid dianggap mampu meningkatkan kerja immunostimultan sel-sel radang termasuk makrofag sehingga aktivasi makrofag dalam mengeliminasi bakteri menjadi lebih cepat. Berkurangnya jumlah bakteri akan mempercepat berakhirnya proses inflamasi. Saponin mampu meningkatkan proliferasi sel dan menginduksi sel T dan sel B. Aktivasi sel B akan menginduksi aktivasi antibodi IgG, IgA dan IgM. Tanin dalam ekstrak daun turi merah diduga mencegah faktor transkripsi Nf-kB sehingga sitokin proinflamasi tidak terbentuk. Tingginya kadar TGF-β dapat pula terjadi karena sifatnya sebagai promotor matriks ekstraseluler. Aktivasi TGF-β berperan penting dalam deposisi matriks ekstraseluler dengan cara menginduksi ekspresi kolagen dan fibronektin yang berfungsi sebagai faktor pertumbuhan jaringan. Peningkatan kadar TGF-β pada masa nifas juga dapat terjadi karena dibutuhkan untuk perbaikan jaringan yang rusak akibat proses melahirkan.