Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilakukan pada perusahaan jasa yang mengkhususkan dalam bidang konstruksi. Salah satu proyek konstruksi yang ditangani yaitu proyek konstruksi pembangunan gedung olahraga di provinsi Bengkulu, dalam hal ini perusahaan bertindak sebagai kontraktor. Pelaksanaan proyek konstruksi gedung olahraga dibagi menjadi tiga pekerjaan utama yaitu pekerjaan persiapan, pekerjaan standar dan pekerjaan non standar. Pekerjaan standar dan non standar meliputi pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur dan pekerjaan mekanikal dan elektrikal. Proyek yang dibangun berdasarkan rencana awal akan dibangun selama 7 bulan atau ± 26 minggu (September 2016 – Maret 2017). Proyek pembangunan gedung olahraga tersebut membutuhkan biaya ± Rp 9 Milyar. Berdasarkan data laporan mingguan pelaksanaan proyek pembangunan gedung olahraga diketahui terjadi keterlambatan dari minggu pertama dan terjadi peningkatan deviasi keterlambatan tiap minggunya sehingga perlu adanya analisa untuk menghindari terjadinya keterlambatan proyek. Pada penelitian ini dilakukan network planning dengan metode Precedence Diagram Method (PDM) dengan bantuan Microsoft Project 2013. Perencanaan jaringan didasarkan pada breakdown existing schedule guna mengetahui lintasan kritis yang akan dijadikan dasar dilakukannya percepatan proyek. Percepatan proyek dilakukan pada aktivitas terpilih dari beberapa aktivitas alternatif yang telah diperoleh dari perencanaan jaringan kerja. Percepatan proyek dilakukan dengan metode time cost trade off dengan membandingkan percepatan dengan penambahan jam lembur dan penambahan tenaga kerja. Berdasarkan hasil perhitungan dilakukan analisa meliputi analisa durasi dan biaya proyek setelah dan sebelum adanya jam lembur maupun penambahan tenaga kerja. Kemudian juga dilakukan analisa durasi optimal dengan mempertimbangkan penambahan biaya akibat penambahan jam lembur, penambahan tenaga kerja serta biaya denda jika proyek dibiarkan terlambat. Sehingga diperoleh rekomendasi durasi optimal untuk pelaksanaan proyek. Pelaksanaan proyek diperkirakan akan selesai selama 196 hari akibat adanya keterlmbatan. Berdasarkan hasil perencanaan jaringan kerja dengan bantuan Microsoft Project dan Precedence Diagram diketahui terdapat 59 jalur kritis yang dikelompokkan menjadi empat rangkaian. Pada jalur kritis terpilih 39 task yang menjadi alternatif aktivitas untuk percepatan proyek. Berdasarkan percepatan yang telah dilakukan diperoleh waktu optimum proyek yaitu 187 hari kerja dengan biaya optimum Rp. 9.507.853.620,00 pada penambahan jam lembur dan 187 hari kerja dengan biaya optimum Rp. 9,519,982,370,03 pada penambahan tenaga kerja. Berdasarkan data tersebut pilihan terbaik yang dapat direkomendasikan adalah dengan penambahan jam kerja (lembur), karena menghasilkan efisiensi waktu dan biaya yang paling tinggi dengan efisiensi waktu proyek sebanyak 9 hari (4,59%). Jika proyek dibiarkan terlambat selama 2 minggu, kontraktor harus membayar biaya tambahan sebesar Rp. 126.302.203,54 sehingga total biaya yang harus dibayarkan yaitu Rp. 9.652.013.170,50. Percepatan proyek selama 9 hari tersebut diperoleh dari hasil penambahan jam kerja atau waktu lembur pada 19 aktivitas terpilih.