Daftar Isi:
  • Suku madura memiliki rumah tradisional yang disebut tanean lanjhang. Tanean lanjhang memiliki ruang-ruang didalamnya yang terdiri dari langghar (mushola), rumah utama yang diikuti rumah-rumah lainnya yang pada umumnya berderet dari Barat ke Timur, sesuai urutan dalam keluarga, dapur, kandang, dan tanean (pekarangan). Pola ini masih banyak digunakan di Desa Klampar. Desa Klampar merupakan desa yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pengrajin batik dan berpusat di Dusun Banyumas. Desa Klampar terletak di perbatasan Kabupaten Kota Pamekasan dan Kecamatan Proppo. Adanya kegiatan industri batik yang menjadi usaha rumah tangga berpengaruh terhadap fungsi komponen tanean lanjhang. Variabel yang digunakan pada aspek industri batik adalah tenaga kerja dengan sub-variabel jumlah dan asal, nilai produksi dengan sub-variabel jumlah dan distribusi dan proses produksi dengan sub-variabel waktu dan tahap. Sedangkan pada aspek tanean lanjhang menggunakan variabel komponen fisik dengan sub-variabel tanean, langghar, rumah tinggal, dapur dan kandang. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis konten dan komparatif. Pengambilan data dilakukan dengan studi literatur, observasi, penyebaran kuisioner dan wawancara. Penelitian ini menggunakan 62 sampel untuk analisis deskriptif dan 5 sampel untuk analisis konten dan komparatif dengan metode wawancara mendalam terhadap key person. Sampel tersebar di empat dusun yaitu Dusun Banyumas, Dusun Sumberpapan, Dusun Batubaja dan Dusun Mursongai. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat klasifikasi pada masyarakat Desa Klampar yaitu Buruh (B), Pengrajin Kecil (PK) dan Pengrajin Besar/Pengusaha(P). Terdapat dua jenis perubahan terkait aktivitas industri pada unit tanean lanjhang yaitu adanya penambahan ruang dan alih fungsi ruang. Penambahan ruang pada 3(tiga) jenis sampel yaitu pada klasifikasi PK (Pengrajin kecil) I, klasifikasi PK III dan kalsifikasi P (Pengusaha). Hal tersebut disebabkan oleh jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam satu lingkup taneyan lanjhang dimana jumlahnya 5<. Pada sampel klasifikasi PK II dan klasifikasi B tidak mengalami penambahan ruang. Hal ini karena jumlah tenaga kerja pada sampel klasifikasi PK II masih tergolong sedikit, yaitu 5 (lima) orang selain keluarga batih yang menempati lingkup tanean lanjhang sehingga pemilik merasa belum perlu menambah ruang. Sedangkan pada sampel klasifikasi buruh juga tidak mengalami penambahan ruang karena kegiatan industri batik hanya dilakukan oleh anggota keluarga batih yang menempatinya.