Etnobotani Ethnicfood Masyarakat Desa Kemiren, Banyuwangi Sebagai Dasar Pengembangan Desa Wisata Kuliner
Daftar Isi:
- Ethnicfood merupakan makanan ataupun minuman yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, melebur dalam kegiatan harian, diwariskan dari nenek moyang dan tetap dijalankan oleh anak turunannya hingga saat ini. Wisata adat budaya Desa Kemiren masih dipertahankan hingga saat ini, dan ethnicfood masih perlu dikembangkan untuk dijadikan modal dasar wisata kuliner. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis dan makna dari ethnicfood masyarakat untuk makanan sehari-hari dan event budaya, jenis-jenis tanaman yang digunakan masyarakat sebagai bahan dasar ethnicfood, menganalisis landasan pemikiran masyarakat untuk menggunakan menu ethnicfood tertentu dalam kegiatan ritual/selametan, mendeskripsikan konsep produk wisata kuliner yang berpotensi untuk dikembangkan dan kegiatan konservasi tanaman - tanaman pendukung dalam pemanfaatannya sebagai ethnicfood Desa Kemiren. Metode penelitian antara lain studi literatur untuk menelusuri (a) sejarah lokal, (b) kondisi geografis, (c) ekonomi sosial penduduk, (d) potensi desa, dan (e) kalender event budaya dan penyediaan kuliner; studi pendahuluan, survei etnobotani ethnicfood, analisis data, menyelenggarakan Focus Group Discussion, dan analisis SWOT. Berdasarkan pengamatan diperoleh, diketahui pengadaan menu disesuaikan dengan tujuan diselenggarakannya event. Menu ethnicfood juga menjadi hidangan harian masyarakat Kemiren. Menu-menu tersebut melibatkan 67 spesies tanaman dari 35 famili. 5 famili tanaman ethnicfood dengan nilai FUVs dari yang tertinggi hingga terendah antara lain Solanaceae, Amaryllidaceae, Zingiberaceae, Fabaceae, dan Euphorbiaceae. 5 spesies tanaman ethnicfood dengan nilai CSI dari yang tertinggi hingga terendah antara lain Capsicum frutescens, Allium cepa, Aleurites moluccanus, Alpinia galanga, dan Arachis hypogaea. Konsep produk wisata berbasis kearifan lokal Kemiren. Kesadaran masyarakat akan konservasi masih rendah. Kesimpulan yang didapatkan yaitu 108 menu dan masing-masing memiliki makna yang tidak lain adalah sebagai ungkapan rasa syukur, tanda/simbol penghormatan dari masyarakat setempat untuk Tuhan, para leluhur dan tolak bala. Enam puluh tujuh spesies tanaman dari 35 famili yang terlibat dalam menu ethnicfood Kemiren. Landasan pemikiran masyarakat dalam menggunakan ethnicfood didasari oleh makna dari masing-masing menu dan jenis acara yang diselenggarakan. Konsep produk wisata kuliner yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu berupa kampung Osing yang mana di dalamnya terdapat berbagai hidangan ethnicfood Kemiren, rumah adat, pakaian, bahkan bahasa yang digunakan. Memberdayakan seluruh masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan wisata kuliner. Diperlukan pelatihan skill guide dan memasak bagi remaja karang taruna dan juga perbaikan layanan wisata. Pengaruh moderninasi berdampak pada berkurangnya pola pikir masyarakat akan kepentingan kegiatan konservasi dan secara tidak langsung akan berpengaruh pada ketahanan menu ethnicfood Kemiren.