Menapaki Langkah Hingga Jejak Nasionalisme Tokoh Minke Dalam Roman Jejak Langkah Karya Pramoedya Ananta Toer (Kajian Poskolonial)

Main Author: Masitoh, Dewi
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/2509/4/4%20BAB%20III.pdf
http://repository.ub.ac.id/2509/5/5%20BAB%20IV.pdf
http://repository.ub.ac.id/2509/6/6%20BAB%20V.pdf
http://repository.ub.ac.id/2509/7/7%20Daftar%20Pustaka.pdf
http://repository.ub.ac.id/2509/
Daftar Isi:
  • Karya sastra merupakan produk rekam jejak peristiwa yang ada dalam masyarakat, baik masyarakat di lingkungan penulis maupun masyarakat lingkungan pembaca sebagai objek penceritaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa pergerakan nasional yang terjadi pada awal abad XX melalui konsep nasionalisme dari sudut pandang politik untuk mengetahui bentuk nasionalisme pada masa tersebut sehingga mendapatkan kesimpulan apakah wacana keindonesiaan sudah muncul pada masa pra 1928. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif-kualitatif dengan menggunakan teori poskolonial Foulcher dan Day sebagai dasar pembatasan masa kolonial dan efek-efek yang ditimbulkan kolonialisme, dibantu dengan teori konsep nasionalisme Sartono Kartodirdjo, yang akan menjawab bentuk nasionalisme pada masa kolonial awal abad XX dan mengetahui hadir belumnya wacana keindonesiaan pada masa pra 1928. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa bentuk nasionalisme pada awalnya muncul pada lingkungan keluarga. Menurut Pramoedya Ananta Toer (PAT) dalam roman Jejak Langkah (JL), keluarga seideologis adalah nasion pertama bagi Minke. Oleh karenanya, ia akan membela nasion tersebut jika ada pihak luar yang mengganggu. Selanjutnya ditemukan juga perluasan ideologi Minke dalam memandang nasion. PAT dalam JL menjelaskan bahwasannya antara tahun 1901-1912, perjuangan pergerakan nasionalisme sudah memunculkan bibit-bibit persatuan bangsa-ganda yang bertansformasi menjadi bangsa tunggal, yang dalam istilah JL bangsa Hindia Melayu Besar. Dari sini terlihat bahwa pada masa tersebut wacana keindonesiaan belumlah muncul. Hanya saja bibit-bibit kesadaran berbangsa dan bertanah air satu sudah ada dalam organisasi yang mencita-citakan bangsa-ganda bersatu.