Daftar Isi:
  • Saluran reproduksi wanita sering kali mengalami masalah, terutama pada wanita usia subur. Salah satunya yaitu Bakterial Vaginosis, yang merupakan suatu kondisi klinis yang banyak terjadi pada wanita. Angka kejadian BV di dunia dapat dibilang cukup tinggi. Di Indonesia angka kejadian BV di RSUD dr. Soetomo Surabaya mengalami peningkatan prevalensi selama tahun 2011-2013 yaitu BV 45%-50. Infeksi BV merupakan infeksi polimikrobial yang disebabkan oleh penurunan jumlah Lactobaclilus dikuti peningkatan bakteri anaerob yang berlebihan. Lactobacillus merupakan bakteri dominan didalam vagina wanita yang berperan sebagai regulator flora normal vagina. Ketidakseimbangan flora normal dapat mengakibatkan terjadinya suasana yang abnormal ditandai dengan perubahan konsentrasi hidrogen peroksida (H2O2) yang merupakan hasil dari produksi flora normal Lactobacillus di vagina. Penurunan konsentrasi H2O2 ini akan digantikan oleh peningkatan konsentrasi bakteri anaerob salah satunya Gardnerella vaginalis. Dimana G.Vaginalis sebanyak 95% muncul pada kasus BV. BV dapat didukung adanya faktor resiko antara lain wanita yang memiliki banyak pasangan atau berganti-ganti pasangan seksual, pemakaian kontrasepsi IUD, penggunaan antibiotik jangka panjang, bilas vagina (douching) dan merokok. Akibatnya terjadinya BV pada wanita usia subur dapat memperparah infeksi saluran genital, endometritis, infeksi pascaoperasi, dan infeksi saluran kemih meningkatkan resiko penyakit Pelvic Inflamatory Deases serta meningkatkan risiko komplikasi pada penyakit menular seksual, HIV, maupun infeksi penyakit kelamin lainnya. G. vaginalis mampu membentuk biofilm yang menempel pada epitel vagina wanita dengan BV. Biofilm tersebut dapat memfasilitasi kelompok bakteri lain untuk ikut masuk ke dalam lapisan. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa ada kemungkinan untuk bakteri anaerob lain ikut menginvasi vagina. G. vaginalis juga memproduksi vaginolysin toxin, yang merupakan anggota dari family Cholesterol-Dependent Cytolysin (CDC), toxin ini lisis dalam sel darah merah manusia dan sel-sel epitel. Kemudian vaginolysin toxin akan dikenali oleh Antigen Precenting Cell (APC). APC akan mengeluarkan sitokin – sitokin sebagai pemicu aktivasi T naive membentuk Th1, Th2, Treg dan Th 17. Salah satu sitokin yang dikeluarkan oleh APC adalah Interleukin – 23 (IL-23) yang membuat T naïve berdiferensiasi menjadi Th17 yang kemudian mengeluarkan IL17 dan IL-22. Kemudian IL-22 sebagai hasil dari sekresi Th 17 berperan penting dalam modulasi respon jaringan selama terjadi inflamasi serta mempertahankan host dari paparan penyakit dan juga bakteri pathogen ekstraseluler. Untuk meningkatkan imunitas alami dari flora normal vagina dapat diberikan terapi. Salah satu nya dengan diberikan Glucomannan Hydrolysates (GMH) yang mengandung prebiotic glucose dan mannose yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan Lactobacillus didalam mukosa vagina. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Antibiotik, Glucomannan Hydrolisates (GMH) + Antibiotik, Balance Active (BA) dan Kombinasi GMH + BA terhadap kadar sitokin IL-23 dan IL-22 pada Bacterial Vaginosis wanita usia subur. Metode penelitian ini menggunakan rancangan Experimental secara in vivo. Subjek yang dipilih pada racangan penelitian ini menggunakan teknik acak (Randomized). Sampel selanjutnya dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu P1 WUS dengan BV yang diberikan antibiotik Metronidaziole peroral dengan dosis perhari 1000mg selama 7 hari berturut-turut, P2 WUS dengan BV yang diberikan GMH 300mg + Antibiotik 1000mg selama 9 hari penggunaan, P3 WUS dengan BV yang diberikan BA dengan dosis 5mL selama 7 hari berturut-turut, P4 WUS dengan BV yang diberikan kombinasi GMH+BA. Untuk menilai kadar sitokin IL-23 dan IL-22 menggunakan metode ELISA. viii Analisis data menggunakan Kruskal-Wallis kemudian dilakukan pengujian komparasi menggunakan One-Way Anova dan uji lanjut menggunakan Pearson. Berdasarkan pengujian dengan Kruskal-Wallis dapat diketahui bahwa diantara keempat kelompok yang diberikan terapi, peningkatan kadar sitokin IL-23 dan IL-22 yang signifikan terdapata pada kelompok P4 dengan pemberian kombinasi GMH+BA. Simpulan dari penelitian ini adalah pengaruh pemberian kombinasi GMH dan BA dapat meningkatkan kadar sitokin IL-23 dan IL-22 secara signifikan dibandingkan dengan terapi yang lain. Oleh karena itu disarankan penggunaan GMH dan BA untuk meningkatkan imunitas mukosa vagina apabila mengalami bacterial vaginosis terutama pada wanita usia subur.