Daftar Isi:
  • nfeksi nifas adalah seluruh inflamasi yang terjadi akibat masuknya bakteri ke dalam organ genitalia pada saat proses persalinan maupun pada masa nifas. Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri gram positif yang sering ditemukan pada infeksi nifas. Staphylococcus aureus masuk ke dalam tubuh melalui perlukaan jalan lahir atau perlukaan pada daerah traktus genetalia dan naik menuju uterus. Kehadiran bakteri secara terus menerus kedalam uterus memicu respon inflamasi dan perubahan patologis yang kemudian dapat menyebabkan keterlambatan dalam involusi. Jumlah bakteri patogen yang berkoloni dalam uterus ibu postpartum yang cukup besar memungkinkan bakteri untuk mengalahkan mekanisme pertahanan uterus dan menyebabkan infeksi yang mengancam jiwa Staphylococcus aureus yang masuk kedalam tubuh dianggap sebagai antigen yang akan dieliminasi oleh neutrofil dan makrofag dalam perannya sebagai sistem imun alami. Makrofag yang teraktivasi akan mensekresi beberapa sitokin proinflamasi antara lain TNF-α, IL-1β dan IL-6. Peningkatan kadar sitokin menunjukkan keparahan dari suatu penyakit. Beberapa infeksi Staphylococcus aureus masih bisa diobati dengan jenis antibiotik sederhana, namun saat ini mulai munculnya bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik menyebabkan penggunaan antibiotik menjadi tidak efektif sehingga diperlukan pengobatan alternatif. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan adalah ekstrak daun turi merah yang mempunyai kandungan saponin, tannin dan flavonoid sebagai antibiotik alami. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh ekstrak daun turi merah (Sesbania grandiflora L.Pers) terhadap jumlah koloni bakteri dan kadar IL-6 pada mencit nifas yang diinokulasi Staphylococcus aureus. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2017. Penelitian ini dilakukan secara in vivo pada 25 ekor mencit (Mus musculus) nifas 0-12 jam. Metode penelitian ini adalah True Experiment dengan pedekatan Posttest Only Control Group Design. Sampel selanjutnya dikelompokan menjadi 5 (lima) kelompok yang diambil secara random dan dibagi menjadi kelompok K(-) adalah kelompok mencit bunting yang tidak diberikan perlakuan apapun, kelompok K(+) adalah kelompok mencit bunting yang diinokulasi Staphylococcus aureus, kelompok P1 adalah kelompok mencit yang diinokulasi Staphylococcus aureus dan ekstrak daun turi merah dengan dosis 125 mg/kgBB, kelompok P2 adalah kelompok mencit yang diinokulasi Staphylococcus aureus dan ekstrak daun turi merah dengan dosis 250 mg/kgBB, kelompok P3 adalah kelompok mencit yang diinokulasi Staphylococcus aureus dan ekstrak daun turi merah dengan dosis 500 mg/kgBB. Pengukuran kadar IL-6 dilakukan dengan metode elisa dan penghitungan jumlah koloni bakteri secara Total Plate Count dengan metode Pour Plate Slide. Analisis data menggunakan uji One Way Anova dan uji lanjut LSD 5% pada variabel kadar IL-6.Sedangkan pada variabel jumlah koloni bakteri menggunakan uji One Way Anova dan uji lanjut Dunnet T3. Hasil analisis secara keseluruhan menunjukkan pemberian ekstrak daun turi merah mampu menurunkan kadar IL-6 dan jumlah koloni bakteri di uterus pada mencit nifas yang diinokulasi Staphylococcus aureus. Pemberian ekstrak daun turi merah pada mencit nifas yang diinokulasi Staphylococcus aureus berpengaruh signifikan menurunkan kadar IL-6 dan jumlah koloni bakteri di uterus. Kandungan senyawa flavonoid, tannin dan saponin mampu menurunkan kadar IL-6 dengan mengaktivasi makrofrag dan menghambat proses transkripsi NF-kB, sehingga aktivasi NF-KB menurun. Senyawa ekstrak daun turi merah juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri secara langsung yang dapat menurunkan jumlah koloni bakteri di uterus. Oleh karena itu ekstrak daun turi merah dapat bermanfaat sebagai imunomodulator dan antibakteri dalam mengatasi masalah infeksi terutama pada masa nifas.