Penentuan Lokasi Gudang Spare Part Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process di PT.PJB UP Brantas

Main Author: Putri, Anisa Atma
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/2394/1/ANISA%20ATMA%20PUTRI.pdf
http://repository.ub.ac.id/2394/
Daftar Isi:
  • PT. PJB UP Brantas merupakan anak perusahaan PLN BUMN produsen listrik yang memasok kebutuhan listrik di Jawa Timur. PT. PJB UP Brantas terdiri dari 13 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan total kapasitas sebesar 281 MW dan di setiap masing-masing PLTA memiliki gudang penyimpanan spare part yang dikelompokkan menjadi 5 distrik. Permasalahan yang dihadapi PT PJB UP Brantas adalah terlalu banyak titik lokasi gudang spare part yang terpencar di 13 lokasi sehingga pihak perusahaan khususnya di bagian Inventory Control Catalouger dan Gudang mengalami kesulitan dalam controling gudang, pengiriman spare part ke PLTA yang sedang down tidak tepat waktu karena proses administrasi dan membutuhkan waktu yang lama dalam penerimaan laporan disebabkan letak gudang PLTA yang saling berjauhan, hal ini sering menyebabkan terjadinya distorsi informasi. Dari pihak perusahaan berencana membuat strategi baru yaitu sentralisasi gudang spare part di setiap distrik. Penelitian ini menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). AHP digunakan dalam pengambilan keputusan dan menentukan bobot kriteria dan subkriteria yang berpengaruh dalam pemilihan lokasi gudang spare part. Setelah mendapatkan nilai bobot kriteria dan subkriteria, lalu melakukan pembobotan pada alternatif gudang pada tiap distrik. Setelah diketahui bobot alternatif setiap distrik, dilakukan analisa hasil pembobotan dan memberikan hasil gudang terpilih pada tiap distrik. Setelah mengetahui gudang terpilih, dilakukan perhitungan biaya transportasi sentralisasi dan desentralisasi. Hasil penelitian ini, kriteria yang berpengaruh dalam penentuan lokasi gudang spare part yaitu : karakteristik lokasi, biaya, kondisi transportasi, dan aksesibilitas. Subkriteria dari kriteria karakteristik lokasi yaitu: luas fasilitas, mudah dilihat, dekat area parkir, dan tingkat kenyamanan. Subkriteria dari kriteria biaya yaitu: biaya perawatan dan biaya tenaga kerja. Subkriteria dari kriteria kondisi transportasi yaitu: kestrategisan dan tingkat kemacetan. Subkriteria dari kriteria aksesibilitas yaitu : jarak ke kantor pusat PJB, jarak dengan jalan arteri, dan kedekatan dengan jaringan transportasi. Dari keseluruhan subkriteria yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi gudang yaitu subkriteria luas fasilitas, kemudian diikuti subkriteria dekat kantor pusat PJB dan kestrategisan. Subkriteria yang lain memiliki bobot dibawah 10% sehingga tidak terlalu berpengaruh dalam pemilihan lokasi gudang spare part. Hasil dari pembobotan alternatif yaitu pada distrik A yang terpilih sebagai gudang sentral adalah gudang Sutami, pada distrik B adalah gudang Wlingi, pada distrik C adalah gudang Tulungagung, pada distrik D adalah gudang Mendalan, dan pada distrik E adalah gudang Giringan. Hasil perhitungan biaya transportasi desentralisasi sebesar Rp.7.057.640 dan biaya sentralisasi sebesar Rp. 3.920.830 Sehingga, strategi sentralisasi dapat menurunkan biaya transportasi sebesar 44,4% lebih rendah.