Daftar Isi:
  • Energi panas bumi (geothermal) merupakan energi terbarukan yang potensial guna menjadi solusi alternatif krisis energi bahan bakar fosil. Energi yang dihasilkan oleh panas bumi ini umumnya diterapkan pada pembangkitan listrik. Pada pembangkitan listrik, pipa merupakan salah satu komponen paling penting yang digunakan untuk menyalurkan fluida dari suatu unit ke unit yang lainnya. Instalasi pipa yang aman sangat dibutuhkan guna menjamin kelangsungan dari sistem instalasi. Namun, pada kenyataannya masih ditemukan kegagalan-kegagalan yang terjadi pada pipa. Salah satu kegagalan yang sering terjadi adalah cacat retak. Pada penilitian ini, peneliti melakukan peneltian mengenai pengaruh kecepatan fluida dalam dan ukuran retak terhadap stress intensity factor pada instalasi pipa geothermal. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini simulasi komputer menggunakan software berbasis metode elemen hingga. Intalasi pipa dimodelkan dengan dua pipa lurus yang dihubungkan oleh elbow 90o. Material pipa geothermal adalah ASTM A106 Grade B dengan nilai fracture toughness material sebesar 81 MPa√m. Variabel bebas dari penelitian ini adalah kecepatan fluida dalam pipa (20,30, dan 40 m/s) dan ukuran retak (1,3, dan 5 mm). Jenis retak pada pipa adalah semi circular surface crack. Retak dimodelkan pada elbow pipa. Hasil dari penelitian diperoleh bahwa kecepatan fluida dalam pipa berpengaruh terhadap stress intensity factor. Semakin besar kecepatan fluida dalam pipa semakin besar pula distribusi stress intensity factor dari pipa retak yaitu mulai dari kecepatan 20,30, dan 40 m/s berurutan dari yang terkecil. Selain itu, semakin besar ukuran retak maka semakin besar pula distribusi stress intensity factor yaitu mulai dari retak 1,3,5mm. Pipa geothermal dengan ukuran retak 5mm dengan kecepatan fluida dalam pipa 40m/s merupakan pipa yang berpotensi cepat mengalami perambatan retak dikarenakan stress intensity factor pada retak 5mm melebihi nilai fracture toughness dari material pipa.