Daftar Isi:
  • Sipermetrin merupakan salah satu jenis insektisida golongan piretroid sintetik yang banyak digunakan oleh pertani sayur dan buah di Indonesia. Sipermetrin dipilih karena efektifitas terhadap hama tinggi dan harganya yang murah. Namun, residu sipermetrin ini akan melekat pada sayur dan buah hasil pertanian dalam dosis rendah. Jika residu ini masuk ke dalam tubuh akan berefek toksik pada kesehatan, termasuk sistem reproduksi wanita. Kasus infertilitas didunia penyebab salah satunya adalah karena pestisida. Dampak ini dapat menyebabkan atresia folikel dan endometrium menipis. Organ target sipermerin antara lain adalah otak dan organ reproduksi, melalui Hypotalamic Pytuitary Gonadal-Axis (HPG-Axis) sekresi Gonadothrophyn Releasing Hormone (GnRH) akan berkurang sehingga kadar Folikle Stimulating Hormone (FSH) menurun. Hal ini akan berefek produksi estrogen oleh folikel juga akan menurun sehingga menjadi penyebab penurunan tebal endometrium. Paparan sipermetrin per oral juga dapat meningkatkan Reactive Oxygen Spesies (ROS) dan penurunan antioksidan tubuh sehingga menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang ditandai dengan kerusakan DNA, disfungsi protein dan meningkatnya lipid peroksidase. Gejala ini akan memicu terjadinya apoptosis endometrium pada uterus. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh paparan sipermetrin per oral terhadap indeks apoptosis dan ketebalan endometrium tikus betina galur wistar (Rattus novergicus). Desain penelitian ini adalah true experimental dengan post test only with control group design dengan menggunakan hewan coba tikus betina (Rattus Novergicus) galur Wistar usia 10-12 minggu dengan berat 100-200 gr. Sampel terbagi atas 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan dengan pemberian dosis 10 mg/kg BB, 15 mg/kg BB dan 20 mg/kg BB. Sipermetrin yang diberikan bermerk Rizotin 100 EC, berupa bahan cair. Larutan disiapkan fresh saat perlakuan dengan menambahkan larutan stok dengan aquades sesuai penghitungan dosis. Perlakuan dilakukan selama 28 hari dengan memberikan paparan sipermetrin per oral melalui sonde lambung. Kemudian pada hari ke-29 dilakukan swab vagina, hal ini dilakukan untuk menentukan tikus berada pada fase proestrus, lalu tikus ini diinjeksi ketamine 1 % secara IP (Intra Peritoneal) dengan dosis 0,2 ml dan dibedah. Organ uterus diambil dan dimasukkan ke dalam pot plastic yang berisi fixative buffer formalin 10% dan disiapkan untuk pembuatan preparat histopatologi. Pemeriksaan indeks apoptosis endometrium menggunakan TUNEL assay dan menghitung tebal endometrium melalui pewarnaan Hematoxyline Eosin (HE). Data dianalisi secara statistik menggunakan program SPSS versi 20.00 menggunakan uji normalitas Shapiro Wilk, uji homogenitas, uji One Way Annova dan Kruskal Wallis. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa berat badan selama paparan sipermetrin tikus setiap minggu sejak 0 minggu hingga minggu ke-3 terjadi kenaikan berat badan, namun penurunan berat badan pada kelompok perlakuan ketiga dosis signifikan terjadi penurunan setelah minggu ke 3 dibandingkan kelompok kontrol. Kemungkinan hal ini terjadi akibat diare, muntah dan kurangnya nafsu makan pada tikus setelah hari ke 20 perlakuan. Indeks apoptosis endometrium meningkat secara signifikan (p-value<0,05) dan sejalan dengan terjadinya penurunan ketebalan endometrium. Peneliti berasumsi bahwa sipemetrin menyebabkan stress oksidatif otak sehingga terjadi kerusakan hipotalamus dan mengganggu HPG-Axis yang kemudian menurunkan sekresi estrogen sehingga tebal endometrium menurun. Sipermetrin juga menyebabkan stress oksidatif endometrium sehingga terjadi kerusakan DNA dan meningkatnya lipid peroksidase, hal ini memicu terjadinya apoptosis endometrium. Dengan adanya kematian sel karena apoptosis epitel, 7 stroma maupun kelenjar endometrium maka hal ini juga dapat menurunkan tebal endometrium. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa paparan sipermetrin per oral dapat meningkatkan indeks apoptosis endometrium secara signifikan pada dosis 15 mg/kg BB dan menurunkan ketebalan endometrium secara signifikan pada dosis 10mg/kg BB. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menyarankan perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan waktu yang lebih panjang sehingga dapat melihat efek kerusakan organ yang lain. Peneliti juga menyarankan dilakukan penelitian lanjutan dengan memberikan pengaruh vitamin dan antioksidan yang mungkin dapat mencegah efek dari kerusakan organ reproduksi tikus yang terpapar sipermetrin.