Daftar Isi:
  • Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan tingkat ancaman kepunahan biodiversitasnya juga tinggi. Hal ini diakibatkan oleh adanya degradasi lingkungan, sehingga memerlukan upaya konservasi. Konservasi sumber daya alam dapat dilakukan dengan mengintegrasikan pengetahuan lokal masyarakat dalam melestarikan lingkungannya dan melakukan upaya pengembangan melalui konsep ekowisata. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis perkembangan sejarah Hutan Pelawan, kearifan lokal masyarakat dalam mendukung upaya pengembangan potensi sumber daya alam dan menganalisis persepsi wisatawan terhadap objek ekowisata Hutan Pelawan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016-Februari 2017 di Taman Keanekaragaman Hayati Hutan Pelawan, Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung. Metode penelitian dilakukan melalui kegiatan wawancara secara mendalam (in-depth interview), inventarisasi diversitas flora dan fauna, penyebaran kuesioner wisatawan dan melakukan kegiatan FGD (Focus Group Discussion). Data sejarah hutan dan kearifan lokal dianalisis secara deskriptif kualitatif, sedangkan data mengenai ekowisata dianalisis secara kuantitatif menggunakan skala Likert. Data dilanjutkan melalui kegiatan FGD untuk merumuskan analisis SWOT yang berguna dalam mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap pengembangan ekowisata Hutan Pelawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hutan Pelawan setelah dijadikan sebagai Taman Kehati Hutan Pelawan, memiliki 3 fungsi utama yaitu: fungsi konservasi sumber daya hayati, fungsi pembangunan berkelanjutan, dan fungsi logistic support (penelitian, pendidikan, dan monitoring). Diversitas Hutan Pelawan terutama flora hasil inventarisasi terdapat 41 jenis dari 24 famili tumbuhan, yang didominasi famili Myrtaceae. Hutan Pelawan memiliki spesies kunci berupa pohon pelawan (Tristaniopsis merguensis), sedangkan spesies yang rentan terhadap ancaman kepunahan yaitu pohon namang (Gonystylus bancanus). Pada kelompok Fauna Hutan Pelawan yang diolah dari data sekunder, terdapat 135 jenis fauna yang terdiri dari: amphibi 3 famili (6 jenis), reptil 8 famili (16 jenis), burung 35 famili (99 jenis), dan mamalia 8 famili (14 jenis). Selain itu, fauna Hutan Pelawan memiliki spesies endemik Pulau Bangka yaitu: burung paok hijau (Pitta sordida) dan spesies bendera (flagship species) yaitu mentilin (Cephalopachus bancanus). Pengembangan Hutan Pelawan sebagai ekowisata melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya melalui kearifan yang ada seperti: adat tradisi nganggung, dimana tradisi ini mencermikan nilai-nilai kebersamaan dan saling membantu antar warga dan dilakukan pada hari-hari besar keagamaan umat islam. Saat ini, tradisi tersebut mulai dikembangkan sebagai wisata kuliner yang tetap mempertahankan nilai-nilai budaya masyarakat. Tradisi musung madu juga dikenal sebagai kearifan lokal yang mendukung pengembangan viii ekowisata Hutan Pelawan. Madu yang ada di Hutan Pelawan dikenal sebagai lebah madu liar (Apis dorsata), oleh masyarakat kegiatan musung madu ini sebagai salah satu kegiatan untuk mendapatkan air madu dengan teknik pengasapan. Selain itu, masyarakat juga mempercayai bahwa tumbuhnya jamur Pelawan (Heimioporus sp.) yang menjadi daya tarik wisata, hanya dapat muncul saat hujan disertai dengan petir. Jamur ini juga hanya dapat tumbuh disekitar pohon pelawan (Tristaniopsis merguensis) sebagai inangnya. Hutan Pelawan berdasarkan persepsi wisatawan sangat sesuai sebagai kawasan ekowisata, hal ini didukung oleh potensi sumber daya alam yang khas dan unik, sosialbudaya, keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan dan pengembangan yang dapat memberi manfaat langsung dalam mendukung peningkatan ekonomi masyarakat tersebut. Beberapa hal masih menjadi perhatiaan khusus dalam pengembangan ekowisata Hutan Pelawan seperti: aksesibilitas, sarana dan prasarana, kegiatan promosi, dan serta perlunya peningkatan kesadaran wisatawan mengenai lingkungan untuk mencegah dampak terburuk terhadap ekowisata Hutan Pelawan. Berdasarkan dari sejarah Hutan Pelawan yang didukung oleh diversitas flora dan fauna yang khas dan unik, dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal mempunyai peran yang sangatlah penting sebagai upaya dalam menjaga dan melestarikannya. Hutan Pelawan ini diharapkan dapat menjadi pusat pembelajaran maupun penelitian berdasarkan potensinya, serta dapat memberi dampak positif dalam peningkatan ekonomi masyarakat lokal.