Penerapan Manajemen Risiko Operasional Perusahaan Mebel dengan Menggunakan Metode House of Risk

Main Author: Mahardika, Angga
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/2017/1/ANGGA%20MAHARDIKA.pdf
http://repository.ub.ac.id/2017/
Daftar Isi:
  • UD. Tan Im merupakan perusahaan mebel tradisional dengan perkembangan cukup baik. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari jumlah pesanan yang cenderung stabil, pelanggan yang semakin banyak, serta cakupan area layanan yang semakin luas. Namun seiring dengan semakin berkembanganya perusahaan, risiko yang dihadapi pun semakin tinggi. Tingginya jumlah kerusakan yang terjadi pada produk, baik pada saat produk dibuat maupun pada saat proses pengiriman menjadi salah satu risiko yang mengganggu kegiatan operasional perusahaan. Risiko – risiko tersebut berdampak pada penurunan kualitas produk serta kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Oleh karena itu, manajemen risiko perlu dilakukan sebagai upaya untuk menanggulangi kejadian risiko yang terjadi. Tahap awal untuk melakukan manajemen risiko adalah mengidentifikasi seluruh kejadian risiko di perusahaan dengan menggunakan metode Risk Breakdown Structure (RBS). Metode ini dapat mengelompokkan kejadian risiko berdasarkan tempat asal risiko tersebut terjadi. Selain itu metode ini juga tidak membatasi cakupan identifikasi sehingga proses identifikasi dapat dilakukan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan. RBS menggunakan tiga level kategori, level 1 menunjukkan sumber risiko operasional, level 2 menunjukkan tempat munculnya risiko operasional, dan level 3 merupakan uraian aktivitas yang menimbulkan kerugian operasional. Setelah itu dilanjutkan dengan mengidentifikasi penyebab dari setiap kejadian risiko. Seluruh hasil identifikasi tersebut menjadi masukan pada proses pengolahan dengan menggunakan metode House of Risk (HOR). Metode ini mengolah risiko yang terjadi dan menghasilkan sebuah tindakan yang proaktif. HOR terbagi menjadi dua fase, fase 1 dan fase 2. Fase 1 merupakan proses memilih risiko yang diprioritaskan untuk diselesaikan. Pemilihan risiko berdasarkan nilai Aggregrat Risk Potential (ARP). Risiko dengan nilai ARP terbesar menjadi prioritas karena memberikan dampak besar bagi perusahaan apabila tidak segera diberikan tindakan. Selanjutnya pada fase 2, risiko terpilih diberikan usulan tindakan mitigasi risiko. Setiap usulan dilakukan penilaian Effectiveness to Difficulty (ETD). ETD digunakan untuk menilai tingkat efektifitas usulan strategi serta tingkat kemudahan dalam menerapkannya. Nilai ETD yang besar menunjukkan usulan tersebut efektif serta mudah untuk diterapkan Hasil penelitian mendapatkan hasil 43 kejadian risiko dan 85 penyebab risiko. Dari seluruh penyebab risiko, dipilih 10 penyebab dengan nilai ARP terbesar yang selanjutnya dibuat usulan strategi mitigasi. Terdapat 14 usulan strategi yang dihasilkan dan hanya 4 strategi dengan nilai ETD terbesar yang dipilih. Usulan terpilih kemudian dibuat perancangan strategi mitigasi. Hasil perancangan strategi tersebut adalah: Melakukan evaluasi supplier serta pengukuran kinerja supplier dengan menggunakan Analytical Hierarchy Procesess (AHP) dan Traffic Light System (TLS), mengkombinasikan bahan pengemas produk, dan mengemas produk menggunakan PE Foam dengan estimasi penambahan biaya Rp1500,00 per produk seukuran kursi.