Pengaruh Perbedaan Bobot Biji Per Tongkol Terhadap Efektivitas Seleksi Populasi Jagung Pakan (Zea Mays L.) Hasil Silang Puncak
Main Authors: | Saputra, Hendra, Dr. Darmawan Saptadi,, S.P., M.P. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196405/1/HENDRA%20SAPUTRA.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196405/ |
Daftar Isi:
- Upaya peningkatan produktifitas jagung menggunakan varietas unggul baru dapat dilakukan dengan perbaikan genetik. Proses perbaikan genetik jagung dapat diperoleh melalui pendekatan program pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman merupakan seni dan science untuk menghasilkan tanaman baru yang unggul dan berguna. Salah satunya melalui proses seleksi untuk menghasilkan varietas hibrida. Seleksi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan frekuensi dari gen-gen baik pada karakter yang diinginkan. Keberhasilan seleksi ditentukan oleh penemuan dan pengembangan keragaman genetik dalam sifat-sifat agronomi serta pemilihan sifat- sifat genetik yang menguntungkan. Namun, selain ditentukan oleh keragaman genetik yang luas, keberhasilan seleksi juga ditentukan oleh pemilihan kriteria seleksi atau indeks seleksi yang tepat. Proses seleksi tanaman jagung pada umumnya dilakukan berdasarkan kriteria seleksi bobot biji. Seleksi pada jagung berdasarkan bobot biji mampu meningkatkan hasil sebesar 43,2%. Bobot biji merupakan karakter penting tanaman jagung yang dipengaruhi oleh genotipe. Oleh karena itu, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan bobot biji per tongkol terhadap seleksi tanaman jagung dan interaksinya dengan galur. Serta untuk mempelajari bentuk hubungan antara sumber benih hasil seleksi yang akan digunakan sebagai kriteria seleksi terhadap karakter tanaman jagung. Sedangkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: (a) bobot biji level 5 memberikan pengaruh yang lebih baik, serta (b) terdapat bentuk hubungan yang nyata antara bobot biji dan karakter tanaman jagung, dan (c) terdapat interaksi antara perbedaan bobot biji dan galur. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan pada bulan Juli hingga Oktober 2021 di kebun percobaan milik CV. Blue Akari yang berlokasi di Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan rancangan lingkungan RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan rancangan perlakuan faktorial 4 x 5. Faktor pertama bersifat kualitatif, yaitu adalah genotipe populasi F1 hasil top cross yang terdiri atas empat galur, yaitu IONBY 2, IONBY 4, IONBY 5, dan IONBY 6. Faktor kedua bersifat kuantitatif, yaitu bobot biji yang dibagi ke dalam lima level, yaitu: Level 1 (39,50 g), Level 2 (78,25 g), Level 3 (115,00 g), Level 4 (145,50 g), dan Level 5 (185,00 g). Masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 60 satuan plot unit percobaan. Setiap plot percobaan diambil sebanyak 10 tanaman sampel sehingga terdapat 600 tanaman sampel yang diamati. Data hasil pengamatan yang telah dipastikan menyebar secara normal kemudian dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) pada taraf 5%. Variabel pengamatan terdiri atas bobot tongkol dengan klobot (g), bobot tongkol tanpa klobot (g), berat biji per tongkol (g), bobot janggel (g), rendemen (%), bobot 100 butir (g), panjang tongkol (cm), diameter tongkol (mm), jumlah susunan baris biji (brs), tinggi tanaman (cm), tinggi letak tongkol (cm), dan produksi hasil pipilan kering per tongkol (g). Pada faktor galur yang berbeda nyata dilanjutkan uji ortogonal kontras untuk mengetahui perbedaan pengaruh di antara masing masing galur tersebut. Sedangkan pada faktor bobot biji yang berbeda nyata dilakukan analisis regresi untuk mengetahui bentuk hubungan antara perlakuan bobot biji (peubah bebas) dengan karakter tanaman (peubah tak bebas). Model regresi yang digunakan diperoleh dari hasil pendugaan model dengan ortogonal polinomial. Kemudian untuk mengetahui pengaruh dari bobot biji terhadap produksi tanaman jagung dilakukan uji t berpasangan. Sedangkan untuk mengetahui keragaman genetik pada beberapa karakter yang diuji, maka perlu dilakukan perhitungan Koefisien Keragaman Genetik (KKG), sedangkan untuk mengetahui besarnya proporsi pengaruh antara faktor genetik dan faktor lingkungan terhadap ekspresi suatu karakter tanaman yang diamati dilakukan pendugaan nilai heritabilitas dalam arti luas. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu: (a) Terdapat interaksi antara perbedaan bobot biji per tongkol sebagai sumber benih dengan galur tanaman jagung sebagai sumber genotipe. Interaksi ini tidak terjadi pada semua galur melainkan spesifik pada galur-galur tertentu saja yang disebabkan oleh tingkat keragaman genetik. (b) Seleksi yang didasarkan pada bobot biji level empat dan level lima memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap nilai tengah populasi serta terdapat bentuk hubungan kuartik antara variabel bobot biji dengan karakter rendemen dan jumlah susunan baris biji. Dan hubungan kubik antara bobot biji dengan karakter tinggi letak tongkol. (c) Hasil pengukuran parameter genetik pada karakter-karakter tanaman jagung diketahui memiliki keragaman genetik yang tergolong sempit (1,64% - 4,79%) dan sedang (5,47% - 7,52%) serta nilai duga heritabilitas yang tergolong rendah (0,08 – 0,16) dan sedang (0,28 – 0,47). Seleksi dapat dilakukan pada karakter-karakter yang memiliki nilai heritabilitas sedang dengan cara perbaikan populasi melalui rekombinasi keturunan menggunakan seleksi berulang dengan intensitas seleksi ringan (20-30%).