Keanekaragaman Jamur Entomopatogen Dari Rizosfer Kopi Monokultur Dan Tumpangsari Dengan Kacang Tanah
Main Authors: | Alamsyah, Hafizh Nur, Prof. Dr. Ir. Aminudin Afandhi, ,MS, Tita Widjayanti,, SP., M. Si |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196399/1/Hafizh%20Nur%20Alamsyah.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196399/ |
Daftar Isi:
- Praktek budidaya kopi telah bergeser dari sistem naungan tradisional (tumpangsari) ke sistem intensif (monokultur) mulai tahun 1970-an. Sistem pertanian monokultur mengakibatkan hilangnya tutupan kanopi berharga yang ditemukan di perkebunan kopi tumpangsari. Perkebunan kopi tumpangsari memiliki kompleksitas struktural tinggi yang menawarkan tempat tinggal bagi berbagai macam organisme. Organisme yang dapat terganggu habitatnya adalah agens hayati yang berperan dalam mengendalikan hama tanaman yaitu jamur entomopatogen. Sistem tanam mempengaruhi kondisi rizosfer sehingga berdampak pada keberadaan jamur entomopatogen. Analisis keanekaragaman jamur entomopatogen pada rizosfer berbagai sistem tanam kopi perlu dilakukan dengan tujuan informasi hasil penelitian ini dapat menjadi tumpuan penerapan sistem pertanian yang berkelanjutan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2021 hingga Juli 2021 di Laboratorium Pengendalian Hayati, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Pelaksanaan Penelitian terdiri dari pengambilan sampel tanah pada lokasi, isolasi, perhitungan keanekaragaman, purifikasi dari hasil isolasi dan pembuatan preparat jamur untuk selanjutnya dapat diidentifikasi secara mikroskopis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keanekaragaman jamur entomopatogen pada rizosfer kopi monokultur dan tumpangsari kopi - kacang tanah. Sebanyak 5 genus jamur entomopatogen ditemukan pada rizosfer monokultur kopi dan tumpangsari kopi - kacang tanah: Aspergillus, Fusarium, Mortierella, Metarhizium, dan Penicillium. Genus Metarhizium hanya ditemukan pada lahan monokultur, sedangkan genus Penicillium hanya diperoleh pada lahan tumpangsari. Indeks keanekaagaman Shannon (H’) jamur entomopatogen dari rizosfer tumpangsari lebih tinggi (1,39) dibandingkan monokultur (0,95). Analisis keanekaragaman jamur entomopatogen menunjukkan bahwa sistem tanam berpengaruh sama terhadap kekayaan genus, namun berpengaruh berbeda dalam kelimpahan individu. Sistem tanam tumpangsari perlu diterapkan karena memiliki kompleksitas tinggi menyediakan tempat tinggal bagi jamur entomopatogen.