Pengaruh Komposisi Lanskap Terhadap Populasi Walang Sangit (Leptocorisa Acuta Tunberg) Pada Pertanaman Padi

Main Authors: Sutrisno, Enjang, Dr. Akhmad Rizali,, SP., M.Si.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196375/1/Enjang%20Sutrisno.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196375/
Daftar Isi:
  • Tanaman padi merupakan komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia. Tanaman padi dapat menghasilkan beras yang merupakan bahan makanan pokok penduduk Indonesia. Namun, pada tahun 2021 luas panen padi di Indonesia mengalami penurunan dibandingkan tahun 2020. Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat kendala di dalam proses produksi tanaman padi. Salah satu kendala adalah serangan hama. Hama merupakan organisme yang dapat mengurangi ketersediaan, kualitas, atau nilai sumber daya manusia. Salah satu hama penting tanaman padi adalah walang sangit, Leptocorisa acuta Tunberg (Hemiptera: Alydidae). Serangan hama ini dapat menurunkan hasil produksi padi hingga 40%, sedangkan pada serangan berat dapat menurunkan hasil hingga 100%. Faktor pendukung keberadaan walang sangit pada persawahan meliputi faktor lingkungan, keberadaan tanaman inang, keberadaan predator, sistem penanaman padi, dan komposisi lanskap di setiap daerah. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi lanskap dan cara budidaya terhadap populasi walang sangit di pertanaman padi. Pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan Januari – Maret 2022 di 14 lokasi yang tersebar dalam 3 provinsi (Sulawesi Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur), 7 Kabupaten, dan 9 Kecamatan. Identifikasi dan analisis data dilakukan pada bulan April – Mei 2022. Pemetaan dan karakterisasi lanskap dilakukan di setiap lokasi penelitian dengan radius 500 m dari titik pengamatan. Pemetaan dilakukan untuk mengetahui komposisi lanskap berdasarkan tipe penggunaan lahan di setiap lokasi pengamatan. Pengamatan secara langsung perlu dilakukan untuk mengetahui setiap penggunaan lahan yang ada di setiap lanskap dengan memetakan setiap 8 tipe penggunaan lahan. 8 tipe penggunaan lahan yang dipetakan diantaranya adalah lahan pertanian, perkebunan, hutan, pemukiman, jalan, sungai, lahan terbuka, dan area industri. Setelah pengamatan secara langsung dilakukan, maka perlu dilakukan digitasi atau proses pemetaan lanskap secara digital dengan menggunakan aplikasi Q-GIS. Hasil dari digitasi secara digital kemudian diubah ke dalam bentuk data Class Area (CA) yang merupakan luasan setiap penggunaan lahan, dan Number of Patch (NP) yang merupakan jumlah fragmen setiap 8 tipe penggunaan lahan. Setiap masing- masing lahan ditentukan plot pengamatan yang berukuran 10 x 10 m dengan jarak antar lokasi minimal 1 km. Metode pengamatan dan pengambilan sampel walang sangit dan predator dilakukan 2 kali. Pada fase vegetatif dimulai pengamatan pada umur padi 5 minggu setelah tanam (MST) dan fase generatif di mulai pengamatan pada umur padi 11 MST. Metode pengambilan sampel serangga adalah dengan menggunakan perangkap lampu dan perangkap pitfall. Hasil yang didapatkan kemudian disortir dan diidentifikasi hingga morfospesies. Selain itu juga dilakukan pengukuran suhu dan kelembapan relatif yang diambil dari data BMKG dan wawancara ke petani secara vi langsung sebagai data pendukung. Analisis pengaruh kondisi habitat, pemupukan, dan pestisida terhadap populasi walang sangit dilakukan dengan menggunakan analisis ragam, sedangkan hubungan lanskap pertanian, perkebunan, dan hutan, individu predator, spesies predator, suhu, dan kelembapan terhadap populasi walang sangit dianalisis menggunakan analisis regresi. Semua analisis menggunakan perangkat lunak R Studio versi 4.2.0. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa setiap lokasi penelitian memiliki karakteristik dan komposisi lanskap yang berbeda-beda. Sebagian besar komposisi lanskap setiap lokasi didominasi oleh lahan pertanian. Hasil identifikasi diperoleh populasi walang sangit dari 14 lokasi adalah sebanyak 214 individu. Lahan pengamatan L01 memiliki populasi individu walang sangit paling banyak dengan total 36 individu. Populasi individu paling sedikit terdapat pada lahan pengamatan L08 yaitu 4 individu. Populasi individu walang sangit pada waktu pengamatan padi pada fase generatif (11 MST) lebih banyak dibandingkan pada wakut pengamatan padi pada fase vegetatif (5 MST) Faktor komposisi lanskap yang memiliki hubungan dan pengaruh adalah Class Area (CA) perkebunan dan keberadaan habitat alami, sedangkan yang tidak berhubungan adalah CA pertanian, Number of Patch (NP) pertanian, NP perkebunan, CA hutan, dan NP hutan. Semua faktor cara budidaya tidak berpengaruh terhadap populasi walang sangit diantaranya adalah suhu, kelembapan, pemupukan, pestisida, spesies predator dan individu predator.