Pengaruh Ekstrak Enzim Kitinase Jamur Trichoderma Spp. Terhadap Perkecambahan Spora Jamur Sporisorium Scitamineum (Syd.) Penyebab Penyakit Luka Api Pada Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.)
Main Authors: | Harahap, Adrian Syahputra, Luqman Qurata Aini,, SP., M.Si., Ph.D, Antok Wahyu Sektiono,, SP., MP. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196314/1/Adrian%20Syahputra%20Harahap.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196314/ |
Daftar Isi:
- Tanaman tebu memiliki peran strategis dalam persediaan gula di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2019) tingkat permintaan gula di Indonesia relatif meningkat setiap tahunnya seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, namun, menurut data Badan Pusat Statistika (2019) produksi tebu Indonesia sejak tahun 2014 hingga 2018 mengalami penurunan. Salah satu penyebabnya adalah adanya infeksi patogen tebu. Salah satu penyakit penting pada tanaman tebu adalah penyakit luka api yang disebabkan oleh jamur patogen Sporisorium scitamineum (Syd.). Oleh karena itu, diperlukan upaya pengendalian yang berpotensi dalam mengatasi masalah penyakit luka api salah satunya dengan pemanfaatan agens antagonis. Menurut Hidayah (2020) pengendalian penyakit luka api secara hayati dengan memanfaatkan mikroba berpeluang untuk dikembangkan. Salah satu jamur agen antagonis yang dapat dikembangkan yaitu jamur Trichoderma spp. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat yang berlokasi di Jalan Raya Karangploso Km 4, Kotak Pos 199, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia dan di Laboratorium Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universita Brawijaya Kota Malang. Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2022 hingga bulan Maret 2022. Perlakuan ekstraksi enzim kitinase ini menggunakan empat isolat jamur Trichoderma melalui media koloidal kitin. Perlakuan ekstrak enzim kitinase memiliki tingkat konsentrasi yang berbeda (5, 10, dan 15%). Masing-masing konsentrasi ekstrak enzim dicampurkan kedalam suspensi spora dan media WA 2% dengan masa inkubasi pada suhu 30°C selama 18 jam pada suspensi spora dan 6 jam pada media WA 2%. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop untuk menghitung nilai persentase perkecambahan spora jamur patogen S. scitamineum (Syd.) dan persentase hambatan pada masing-masing isolat. Analisa data menggunakan RAK dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf signifikan 5% menggunakan bantuan software SPSS dan Ms. Excel. Hasil pemanfaatan ekstrak kasar kitinase yang berasal dari jamur Trichoderma spp. terhadap persentase perkecambahan spora jamur S. scitamineum (Syd.) pada uji skala in vitro memiliki nilai hambatan dengan efektivitas yang cukup tinggi yaitu berada pada angka 28.11 hingga 88.44% yang hampir mencapai angka 100% yaitu untuk pengendalian menggunakan fungisida berbahan aktif Flutriafol. Tingkat konsentrasi 5, 10, dan 15% juga menunjukkan pengaruh yang signifikan pada penghambatan perkecambahan spora, yakni semakin tinggi konsentrasi ekstrak enzim, persentase perkecambahan spora jamur S. scitamineum (Syd.) semakin rendah (8%). Hasil ini mengindikasi bahwa ekstrak enzim kitinase jamur Trichoderma spp. memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai agens hayati untuk mengendalikan jamur S. scitamineum (Syd.)