Belerang Dan Toksisitas: Kehidupan Masyarakat Penambang Belerang Gunung Welirang

Main Author: Fitriyah., Jamilatul
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196280/1/JAMILATUL%20FITRIYAH.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196280/
Daftar Isi:
  • Indonesia yang terletak di sekitar Cincin Berapi Pasifik (Ring of Fire) menjadikan Indonesia kaya akan sumber daya alam. Belerang merupakan salah satu keanekaragaman geologi yang terbentuk dibeberapa titik gunung api di Indonesia. Belerang merupakan sumber daya alam dengan nilai guna tinggi bagi kehidupan manusia. Pelaku produksi banyak menyebut belerang sebagai “Pemutih alami”. Belerang sendiri banyak digunakan dalam pembuatan gula, tepung, sandal, obat-obatan, hingga kepentingan pertanian. Masyarakat masih mempertahankan sektor pertambangan ini dengan berbagai faktor sebagai alasannya. Adapun faktor ekonomi hingga faktor lingkungan yang membuat masyarakat sepenuhnya sadar bahwa pertambangan belerang adalah pekerjaan turun temurun yang harus dilestarikan, disamping pandangan tentang pekerjaan ini sebagai bentuk kerja keras yang berat dan berbahaya. Melalui latar belakang tersebut rumusan masalah dari tulisan ini adalah (1) Bagaimana dinamika perkembangan kegiatan pertambangan belerang di Gunung Welirang. (2) Bagaimana para penambang masih bertahan ditengah lingkungan kerja yang toxic. Peneliti menggunakan konsep Precarity yang mengacu pada masyarakat penambang sebagai pekerjaan informal, fleksibel, tanpa jaminan dan berdampingan dengan toksisitas-toksisitas belerang. Melalui metode etnografi deskriptif-kualitatif, peneliti berharap mampu menjawab rumusan masalah yang telah dipaparkan. Adapun data penelitian akan dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan, serta analisis data audio visual. Melalui tulisan etnografi ini peneliti ingin menunjukkan bahkan sebuah entitas yang beracun atau toxic pun memiliki nilai guna bagi kehidupan masyarakat. Terlepas dari resiko yang besar dan penanganan serta tindakan pencegahan yang mungkin kurang, tidak menutup fakta bahwa ada kemungkinan masyarakat menganggap sesuatu dengan efek beracun tersebut sebagai bagian dari kehidupan. Mereka akan mempertahankan dan menurunkannya kepada anak cucu mereka