Optimasi Ekstraksi Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Menggunakan Microwave Assisted Extraction (MAE) dan Pemanfaatannya Sebagai Sediaan Kosmetik

Main Authors: Nabila, Amelia Fabriarni, Dr. Ir. Sukardi,, MS., Arie Febrianto Mulyadi, , STP, MP.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196050/1/Amelia%20Fabriarni%20Nabila.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196050/
Daftar Isi:
  • Kayu manis merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta tergolong sebagai komoditas ekspor potensial. Indonesia merupakan negara pemasok kayu manis terbesar keempat di dunia (45%). Pada tahun 2014, produksi kayu manis di Indonesia mencapai 91.400 ton. Kayu manis (cassiavera) yang banyak dihasilkan di Indonesia merupakan jenis Cinnamomum burmanii. Kulit kayu manis memiliki kandungan senyawa aktif yaitu senyawa fenolik seperti sinamaldehid, eugenol, kumarin, safrol, tanin (polifenol), alkaloid, steroid, terpenoid, flavonoid, dan saponin dalam jumlah yang tinggi sehingga dapat berperan sebagai antioksidan kuat yang dapat menangkal radikal bebas. Namun, pemanfaatan kulit kayu manis saat ini masih kurang optimal. Dalam hal ini, untuk meningkatkan nilai ekonomis kulit kayu manis dilakukan proses ekstraksi dengan metode Microwave Assisted Extraction (MAE) untuk memperoleh ekstrak kayu manis sebagai salah satu upaya diversifikasi produk. Penggunaan metode MAE pada ekstraksi kulit kayu manis dipilih karena sangat efisien dalam mempercepat proses ekstraksi, meminimalkan jumlah pelarut yang digunakan serta mendapatkan ekstrak dengan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan metode konvensional. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan waktu ekstraksi dan rasio bahan:pelarut yang optimal pada ekstraksi kulit kayu manis dengan menggunakan metode MAE. Rancangan percobaan pada penelitian menggunakan metode Response Surface Methodology (RSM) dengan 2 faktor yaitu waktu ekstraksi (2, 4, 6 menit) dan rasio bahan:pelarut (1:3, 1:4, 1:5 b/v). Adapun daya yang digunakan yakni 100 watt. Pada penelitian ini, respon yang ingin diketahui yaitu rendemen, total fenol dan aktivitas antioksidan. Hasil ekstraksi yang menghasilkan output optimal akan digunakan sebagai bahan utama pembuatan bedak tabur (loose powder) antioksidan. Solusi optimum diperoleh pada waktu ekstraksi 6 menit dengan rasio bahan:pelarut yakni 1:5 b/v. Pada perlakuan tersebut diperoleh nilai prediksi pada respon rendemen yakni 20,1062%; total fenol yakni 81,8187 mg GAE/gr; dan aktivitas antioksidan yakni 57,4446 ppm. Berdasarkan hasil verifikasi diperoleh nilai pada respon rendemen yakni 19,67%; total fenol yakni 83,93 mg GAE/gr; dan aktivitas antioksidan yakni 59,90 ppm. Dalam hal ini, nilai perbedaan pada respon rendemen, total fenol dan antioksidan <5% serta nilai ketepatan > 50% sehingga dapat dikatakan bahwa model sangat tepat dalam memprediksi hasil optimal serta proses verifikasi telah sesuai dengan hasil yang disarankan oleh program. Hasil optimal ekstrak yang diperoleh yakni pada sampel dengan perlakuan waktu ekstraksi 6 menit dengan rasio bahan:pelarut yakni 1:5 b/v digunakan sebagai bahan pembuatan bedak yang terdiri atas kontrol dan bedak dengan penambahan sampel. Dari hasil pengujian diperoleh sampel kontrol memiliki kadar air 1,5%; aktivitas antioksidan sebesar 133,46 ppm; nilai pH sebesar 6,9 serta sifat organoleptik yakni memiliki warna putih pucat, tidak beraroma, dan memiliki tekstur halus. Pada sampel bedak dengan penambahan ekstrak (7%) memiliki kadar air sebesar 2%; aktivitas antioksidan sebesar 71,31 ppm; nilai pH sebesar 6,9 serta sifat organoleptik yakni memiliki warna coklat muda, beraroma khas kayu manis, dan memiliki tekstur halus.