Kombinasi Ekspresi Vimentin, E-Cadherin, CD44 dan CD24 sebagai Model Prediktor Respons Kemoterapi Neoajuvan Berbasis Antrasiklin pada Kanker Payudara Stadium IIIB Subtipe Luminal
Main Authors: | Budianto, Mochamad Bachtiar, Prof. Dr. dr. Bambang Pardjianto,, SpB, SpBP-RE(K), Dr. dr. Setyawati Soeharto, , M.Kes, Dr. dr. Edy Mustofa,, SpOG(K) |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195717/1/Mochamad%20Bachtiar%20Budianto.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195717/ |
Daftar Isi:
- Kanker payudara adalah salah satu kanker paling banyak pada wanita dengan 1,3 juta kasus dan 450.000 kematian setiap tahun di seluruh dunia, sementara di Indonesia tidak ada data yang cukup baik. Perkembangan kanker payudara sangat bervariasi dari stadium in situ, karsinoma invasif sampai ke karsinoma metastasis. Di antara penderita yang terkena kanker payudara, hanya 60% yang bisa diterapi dengan baik, sementara sekitar sepertiga meninggal karena komplikasi dan metastasis. Perlu dipahami bahwa 60-70% kasus kanker baru pasien kanker payudara datang dalam stadium lanjut dan metastasis. Stadium kanker payudara terbanyak adalah stadium IIIB, yaitu sebesar 65%, metastasis mempunyai peran penting pada tingginya tingkat kematian kasus kanker secara umum. Ketidakseimbangan antara onkogen dan gen supresor tumor dianggap sebagai jalur seluler utama yang mengatur proliferasi, diferensiasi, apoptosis dan respons terhadap kerusakan genetik. Mutasi germline dalam gen E-cadherin mempengaruhi penyebaran kanker dan berhubungan dengan prognosis yang buruk. Selain itu hilangnya fungsi E-cadherin menyebabkan perubahan dari tumor jinak (adenoma) menjadi tumor invasif lebih cepat dan terjadinya metastasis karsinoma. Sebagai hasil dari penghambatan E-cadherin selama proses aktifasi epitthelial to mesenchymal transition (EMT), yaitu proses perubahan fenotype epitelial menjadi fenotype mesenkhimal yang sangat penting dalam terjadinya progresifitas dan metastasis sel kanker, pada saat yang sama juga peningkatan ekspresi Vimentin dikaitkan dengan peningkatan grading sel tumor, tingkat invasi dan metastasis yang lebih tinggi. Protein Vimentin ini dianggap sebagai indikator perkembangan kanker. Selain peningkatan ekspresi vimentin dan penurunan E-cadherin, populasi CD44 yang tinggi dan CD24 rendah juga disebutkan sebagai karakteristik EMT. Lebih dari itu ekspresi populasi CD44 yang tinggi dan CD24 yang rendah terkait dengan resistensi kemoterapi. Beberapa penanda aktivasi EMT yang telah dijelaskan tersebut adalah protein-protein yang merupakan bagian dari mekanisme perkembangan kanker yamng berhubungan dengan EMT. Saat ini diketahui bahwa terdapat interaksi genetik kanker, yaitu keadaan saling mempengaruhi antar gen yang mengalami mutasi, interaksi antara gen-gen tersebut akan menghasilkan satu produk fenotif dan aktifitas yang berbeda. Demikian pula dengan protein dapat berinteraksi dengan banyak jenis molekul. Interaksi ini dapat berupa intermolekular (antara protein dan bagian yang melekat secara kovalen) atau intramolekul (interaksi protein non-kovalen dengan molekul lain). Interaksi semacam itu terkait dengan fungsi mereka dan karena itu merupakan obyek studi dalam biologi molekular. Penghantaran sinyal di dalam sel tergantung pada interaksi protein dengan protein (PPI) antara berbagai molekul sinyal. Rekrutmen jalur sinyal melalui PPI disebut transduksi sinyal dan memainkan peran mendasar dalam banyak proses biologis dan dalam banyak penyakit termasuk kanker. Sehingga dimungkinkan logika ilmiah bahwa keempat protein prediktor terdsebut di atas mempunyai nilai berbeda pada saat bekerja bersama-sama dibandingkan saat bekerja sendiri-sendiri. Karena itu analisis kombinasi protein penanda Vimentin, E-cadherin, CD44 dan CD24 ini diharapkan dapat dipakai sebagai prediktor respons kemoterapi neoajuvan yang lebih baik. Prosedur kemoterapi yang dilakukan saat ini masih banyak didapati resistensi dan respons kemoterapi yang buruk. Demikian pula kemoterapi saat ini belum memiliki indikator biomolekul yang tepat sebagai pertimbangan dalam keputusan pemberian kemoterapi,sehingga kemanjuran kemoterapi belum dapat dinilai secara efektif. Sehingga diharapkan dengan dilakukan studi komprehensif untuk melihat tingkat korelasi dari masing-masing studi penanda biologis potensial Vimentin, E-cadherin, CD44 dan CD24 dapat dipakai sebagai prediktor perkembangan kanker payudara setelah kemoterapi neoajuvan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kemungkinan kombinasi ekspresi potensial dari vimentin, E-cadherin, CD44 dan CD24 dapat dipakai sebagai model prediktor dari perkembangan kanker payudara setelah pemberian kemoterapi neoadjuvant. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan pre-post study, dimana peneliti akan melihat perubahan parameter yang diukur setelah pemberian kemoterapi en kanker payudara stadium IIIB subtipe Luminal. Kemudian hasilnya akan dianalisis untuk menentukan potensi e-cadherin, Vimentin, CD44 dan CD24 sebagai penanda invasi dan kemampuan metastatik sel kanker untuk paparan kemoterapi ajuvan pada pasien kanker payudara di dr. Saiful Anwar Malang. Pemilihan subyek penelitian menggunakan teknik accidental sampling mulai di mana pendekatan ini mencakup metode untuk memilih pasien yang dirawat di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang yang telah memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian dengan menandatangani informed consent. Kemudian mengukur ekspresi Vimentin, E-chaderin, CD44 dan CD24 dari jaringan kanker payudara sebelum kemoterapi menggunakan pemeriksaan imunohistokimia yang akan menganalisis gambar yang dilihat dengan mikroskop untuk memastikan ekspresi immunostaining di dalam inti sel atau di sitoplasma. Prosedur ini akan dilakukan sebelum pemberian kemoterapi neoajuvan, kemudian setelah siklus ketiga kemoterapi respons klinis pasien dinilai dengan mengukur perubahan ukuran tumor. Hasil penelitian ini semua faktor diskriminan (Vimentin, E-cadherin, CD44 dan CD24) menunjukkan variasi fungsi yang signifikan (p.value 0,000) untuk digunakan sebagai prediktor respon kemoterapi neajuvan berbasis antrasiklin pada pasien kanker payudara stadium IIIB subtipe Luminal dengan nilai korelasi kanonik 0899. Keempat variabel independen memberikan kontribusi 80,82% untuk penentuan respons kemoterapi neoajuvan berbasis antrasiklin yang diperoleh dari nilai kuadrat korelasi kanonik. Vimentin adalah prediktor respon kemoterapi terkuat dengan nilai -0,697, berturut-turut diikuti oleh CD24 (0,529), E-cadherin (0,525) dan CD44 terlemah (0,487). Meskipun Vimentin secara statistik terbukti sebagai prediktor terkuat dalam menentukan respon terhadap kemoterapi, tetapi jika dipelajari dalam distribusi data peserta, peningkatan ekspresi Vimentin di atas 50% tidak selalu menunjukkan tidak ada respon terhadap kemoterapi. Ada beberapa partisipan menunjukkan ekspresi Vimentin di bawah 50% namun menunjukkan respons progresif. Selain itu, ekspresi E-cadherin pada beberapa partisipan yang menunjukkan ekspresi 100% tapi menunjukkan respons parsial, sementara ada partisipan yang menunjukkan ekspresi E-cadherin yang lebih rendah tapi menunjukkan respon komplit. Variasi respons juga terlihat pada hasil CD44, di mana respon parsial dan respon komplit tidak terlihat pada partisipan dengan ekspresi CD44 yang lebih tinggi, dan ini berbeda dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa CD44 adalah protein transmembran yang terlibat dalam inisiasi, metastasis dan agresivitas tumor. CD24 adalah protein penanda sel yang perlahan membelah. Konsep ini dikaitkan dengan resistensi kemoterapi karena kemoterapi hanya bekerja pada sel yang aktif membelah cepat. Oleh karena itu agresivitas sel kanker dan sifat lambat pembelahan sel dalam kasus kanker payudara hampir selalu dikaitkan dengan ekspresi CD44 dan CD24. Keseluruhan konsep teoritis yang mendasari aktifitas setiap parameter yang diukur dalam penelitian ini akan berbeda ketika dianalisis secara sendiri-sendiri dengan bila dianalisis secara bersamaan dalam rekonstruksi model prediktor respons kemoterapi seperti pada hasil penelitian ini. Skor akurasi 97% dan sensitivitas 100% dari empat variabel gabungan sebagai model prediktor respons kemoterapi menunjukkan bahwa model ini sangat kuat untuk aplikasi klinis. Penjelasan mengenai alasan perbedaan dalam aktifitas keempat variabel ketika diteliti secara sendiri-sendiri dengan bila diperiksa secara bersama-sama dalam penelitian ini masih merupakan Black Box yang masih m embutuhkan kajian-kajian untuk melihat aktifitas keempat variabel ketika dikombinasikan secara biomolekuler. Pendekatan studi cross-sectional yang digunakan dalam penelitian ini menjelaskan bahwa keempat variabel saling terkait untuk menentukan respon kemoterapi dan menunjukkan perbedaan dalam aktifitas bila dibandingkan dengan analisis terpisah dari setiap aktivitas variabel. Secara ilmiah kemungkinan bahwa keempat protein prediktif ketika hadir dalam sel-sel tubuh pasien akan bekerja secara saling terkait dan mempengaruhi, sehingga kombinasi parameter ekspresi Vimentin, E-cadherin, CD44 dan CD24 sebagai model prediktor keseluruhan sangat mungkin untuk digunakan sebagai satu predictor untuk pedoman pemberian kemoterapi neoajuvan pada kanker payudara. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kombinasi ekspresi Vimentin, E-cadherin, CD44 dan CD24 dapat digunakan sebagai model prediktor respons kemoterapi neoajuvan pada kanker payudara stadium IIIB subtipe Luminal di RSUD dr. Saiful Anwar Malang.