Hubungan Tampilan Estrus Terhadap Keberhasilan Kebuntingan Sapi Perah Menggunakan Semen Sexing Pada Waktu Yang Berbeda

Main Author: Nuriathul Afwi, Umi
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195701/1/Umi%20Nuriathul%20Afwi.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195701/
Daftar Isi:
  • Keberhasilan kebuntingan pada sapi PFH ditentukan salah satu faktor oleh tampilan estrus, karena berpengaruh pada waktu ovulasi ovum dan ketepatan waktu IB. permasalahan yang sering terjadi pada sapi PFH di peternakan rakuyat adalah kurangnya pengetahuan peternak tentang deteksi estrus sehingga inseminator kesulitan menentukan waktu IB. satu kali IB pada sapi PFH sering mengalami kegagalan, sehingga aplikasi IB dengan waktu yang berbeda (jam ke-2 dan ke-8 setelah tanda-tanda estrus muncul) bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan kebuntingan. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja KOP SAE, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang yang dimulai pada Agustus 2021 sampai Januari 2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tampilan estrus dengan keberhasilan IB semen sexing pada waktu IB jam ke-2 dan jam ke-8 setelah ternak estrus pada sapi PFH. Materi yang digunakan adalah sapi betina PFH berjumlah 52 ekor yang memiliki BCS 2,5-4, berumur 2-8 tahun. Semen yang digunakan adalah semen sexing yang diproduksi oleh BBIB Singosari, Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Setelah mendapat laporan bahwa ternak estrus selanjutnya dilakukan pemberian vitamin Bio ATP sebanyak 10 ml yang diinjeksikan di bagian subkutan, kemudian di IB di jam ke-2 dan jam ke-8, sebelum di IB dilakukan proses thawing. Pelaksanaan IB dilakukan pada deposisi 4. Data diolah secara deskriptif dengan parameter meliputi tampilan estrus, NRR dan CR. Hasil pembahasan pada penelitian ini adalah pada kondisi sedikit kental memiliki persentase NRR dan CR 42,31% dan 21,15%. Warna vulva merah tidak merata memiliki persentase NRR dan CR 55,77% dan 26,92%. Pembengkakan pada kondisi bengkak memiliki persentase NRR dan CR 73,08%, dan 40,38%. Suhu ≥38°C memiliki persentase NRR dan CR 80,77%, dan 40,38%. pH 7 memiliki persentase NRR dan CR 78,85% dan 38,46%. Kesimpulan dari penelitian ini yang menunjukkan hasil terbaik adalah pada kondisi lendir yang sedikit kental, warna vulva merah tidak merata, terdapat pembengkakan vulva, suhu ≥38°C, dan PH 6 dan 7. Saran perlu dilakukan uji kualitas semen beku sexing, terutama motilitas individu sebelum diinseminasikan pada betina.