Analisa Integrasi Manajemen Transportasi dan Biaya Operasional Kendaraan Angkutan Barang Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan (Studi Empiris di Provinsi Jawa Timur)

Main Authors: Putranto, Kurniawan Hary, Prof. Eko Ganis Sukoharsono,, SE., Ak., M.Com (hons)., Ph.D., Prof. Dr. Ir. Soemarno,, MS., Dr. rer. Nat, Ir. Arief Rachmansyah.,, MS
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195554/1/Kurniawan%20Hary%20Putranto.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195554/
Daftar Isi:
  • Jawa Timur memegang peranan sebagai pintu masuk perdagangan untuk Indonesia wilayah timur, hal tersebut dapat ditinjau dari data perkembangan jenis kendaraan bermotor di Jawa Timur tahun 2011-2017 yang diperoleh dari Dispenda Provinsi Jawa Timur tahun 2017 yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah kendaraan pada setiap tahunnya, khususnya kendaraan angkutan barang. Adanya pertumbuhan yang pesat pada sektor transportasi berdampak pada penurunan kualitas kehidupan kota, dengan ditandai oleh penurunan kualitas udara perkotaan, peningkatan angka kecelakaan serta meningkatnya tekanan kejiwaan akibat kemacetan. Terjadinya peningkatan volume kendaraan yang digunakan, dimana lebih besar dari kebutuhan, harus diimbangi dengan kapasitas jalan raya. Saat kapasitas jalan raya ditingkatkan namun peningkatan tersebut tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan bermotor khususnya angkutan barang, maka akan berpengaruh terhadap kelancaran angkutan barang dan distribusi logistik di Jawa Timur. Transportasi yang lancar merupakan faktor pendukung pembangunan, baik pembangunan fisik, maupun ekonomi. Kelebihan muatan di Indonesia sudah di atur dengan peraturan daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2012 mengenai pengendalian kelebihan muatan angkutan barang mengenai berat muatan serta sanksi yang akan diberikan adalah sanksi denda, dimana sanksi yang diberikan kepada pengemudi dan/atau perusahaan angkutan umum barang dan/atau pemilik barang yang mengangkut barang dengan kelebihan muatan 5% sampai dengan 25% dari JBI berupa denda dengan besaran sesuai dengan kategori yang ditetapkan. Kerusakan konstruksi jalan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang disebabkan jarak tempuh menjadi lebih lama, pemborosan bahan bakar, kehilangan waktu perjalanan, serta akan percepatan proses kerusakan keausan suku cadang kendaraan. Perlunya menurunkan kelebihan muatan pada angkutan barang perlu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kerusakan jalan dan jalan dapat bertahan sesuai dengan umur rencananya. Kelebihan muatan yang terjadi di Indonesia diakibatkan kurangnya wawasan mengenai batas muatan yang telah ditetapkan pemerintah. Selain itu, sebagian besar pemilik jasa angkutan barang tidak memiliki fasilitas penimbang seperti yang dimiliki oleh jembatan timbang, sehingga muatan yang berlebih baru dapat diketahui ketika kendaraan melintasi jembatan timbang. Kerusakan jalan akibat muatan berlebih, menimbulkan dampak terhadap biaya kerusakan jalan dan biaya akibat pengurangan umur pelayanan jalan. Berdasarkan hal tersebut, muncul permasalahan dimana para pengusaha meminimalkan jumlah kendaraan yang berfungsi meminimalisir biaya yang dikeluarkan untuk angkutan barang. Seiring dengan berkembangnya permasalahan kelebihan muatan angkutan barang yang dipicu karena menekan pengeluaran biaya operasional sehingga memaksimalkan penggunaan kendaraan angkutan barang dengan jumlah yang terbatas, timbul berbagai permasalahan yang lain seperti kemacetan dan konsentrasi gas buang yang berlebih. Emisi yang dihasilkan dari kendaraan akan semakin tinggi, menyesuaikan dengan beban yang diangkut oleh angkutan barang. Pemerintah telah berupaya mengatasi permasalahan tersebut dengan menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah yang mengatur penetapan baku mutu udara dan baku mutu emisi gas buang. Emisi gas buang merupakan sisa gas pembakaran yang keluar dari celah antara piston dan dinding silinder gas buang dihasilkan dari uap bahan bakar dari tanki. Emisi gas buang yang terlalu tinggi berpengaruh terhadap kesehatan manusia, tingginya kandungan karbon monoksida (CO) akan mengurangi oksigen dalam darah sehingga menyebabkan gangguan berpikir, kandungan hidrokarbon (HC) yang melebihi ambang batas dapat menyebabkan iritasi mata, batuk, rasa ngantuk, bercak kulit dan perubahan kode genetik, serta kandungan karbon dioksida (CO2) berdampak pada pemanasan global. Emisi gas buang disebabkan oleh kebiasaan pola mengemudi, jenis mesin kendaraan, alat pengendali emisi bahan bakar, serta suhu operasi serta kualitas dari bahan bakar. Suatu kegiatan dalam bidang transportasi merupakan serangkaian gerak perpindahan baik manusia maupun barang. Hal tersebut tidak terlepas dari kecepatan bergerak yang merupakan komponen yang saling berkaitan dengan waktu tempuh. Kecepatan dinyatakan dalam kilometer/jam. Menurut Tamin (2008), waktu tempuh perjalanan merupakan waktu total yang diperlukan, meliputi waktu berhenti dan hambatan dari suatu tempat ke tempat lain dengan berdasarkan rute tertentu. Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan transportasi dan penetapan tarif adalah biaya. Biaya juga sebagai alat kontrol dalam pengoperasian mencapai tingkat yang seefisien dan seefektif mungkin. Menurut Kementerian Pekerjaan Umum, Biaya Operasional Kendaraan adalah biaya total yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kendaraan pada suatu kondisi lalu lintas dan jalan untuk jenis kendaraan per kilometer jarak tempuh. Analisis terhadap lingkungan merupakan salah satu komponen dalam Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan, dalam Sukoharsono (2007) menyatakan beberapa alasan mendasar yang harus dilakukan dalam pengelolaan perusahaan sebagai dasar dalam menjalankan prinsip ekologis. Terdapat enam dasar dalam paradigma pengelolaan lingkungan yaitu : keberlangsungan hidup manusia, konsesus umum, peluang pasar, pengurangan resiko, pengurangan biaya, dan integritas personal. Enam dasar tersebut bertujuan untuk meminimalkan efek keberadaan suatu perusahaan terhadap lingkungan dan sosial. Hal tersebut penting untuk diterapkan pada perusahaan jasa kendaraan angkutan barang, dimana perusahaan angkutan barang bersinggungan secara langsung dengan menimbulkan dampak nyata pada lingkungan. Kelancaran angkutan barang akan berdampak pada biaya transportasi angkutan barang karena Jika kondisi jalan mengalami kemacetan maka konsumsi BBM meningkat, dampak lain yang ditimbulkan adalah hilang opportunity cost karena waktu yang seharusnya dapat dihabiskan untuk aktifitas ekonomi yang lain kini dihabiskan di jalan. Pentingnya pengaruh Kinerja Transportasi Angkutan Barang yang terhadap pertumbuhan ekonomi berwawasan pembangunan berkelanjutan karena proses tersebut saling berkaitan, oleh karena itu penting untuk menganalisis faktor-faktor yang terkait dalam hal tersebut. Transportasi berkelanjutan adalah suatu sistem transportasi dengan penggunaan bahan bakar, emisi kendaraan, tingkat keamanan, kemacetan, dan aspek sosial serta ekonomi yang tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat diantisipasi oleh generasi yang akan datang (Richardson et al, 2002). Pengelolaan terhadap lingkungan merupakan salah satu komponen yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, fungsi pengelolaan terhadap lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja namun juga memerlukan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat yg terlibat. Adapun fungsi pemerintah dalam pengelolaan lingkungan berkaitan dengan fungsi pengawasan. Sukoharsono (2005) menyebutkan bahwa kebijakan tentang lingkungan hidup dikelompokkan menjadi peraturan lingkungan langsung dan tidak langsung dimana peraturan diklasifikasikan menjadi : Perundang – undangan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Keputusan/Peraturan Menteri. Terdapat beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan dampaknya terhadap kinerja angkutan barang di Indonesia, khususnya Jawa Timur. Beberapa faktor yang telah ditentukan dapat dikaji lebih lanjut untuk mengetahui faktor mana yang memiliki tingkat signifikansi tertinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui performa Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan di Jawa Timur dengan menganalisa pengaruh variabel bebas (X) yaitu Kelebihan Muatan (X1), Emisi Gas Buang kendaraan (X2), dan Travel Time (X3) terhadap variabel tidak bebas (Y) yaitu Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan secara langsung ataupun melalui variabel moderasi (Z) yaitu Biaya Operasional Kendaraan. Secara lebih rinci tujuan dari penelitian ini adalah (a) menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh Kelebihan Muatan terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan; (b) menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh Emisi Gas Buang angkutan barang terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan; (c) menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh Travel Time terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan; (d) menguji dan menganalisa apakah Biaya Operasional Kendaraan Angkutan Barang dapat memoderasi pengaruh antara Kelebihan Muatan terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan secara signifikan; (e) menguji dan menganalisa apakah Biaya Operasional Kendaraan Angkutan Barang dapat memoderasi pengaruh antara Emisi Gas Buang terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan secara signifikan; serta (f) menguji dan menganalisa apakah Biaya Operasional Kendaraan Angkutan Barang dapat memoderasi pengaruh antara Travel Time terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan secara signifikan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling – Partial Least Square (SEM – PLS) dengan data yang diperoleh dari hasil survei dengan menggunakan kuisioner dengan skala likert. PLS merupakan analisis yang fleksibel sehingga dapat diterapkan pada semua skala data yang tidak membutuhkan banyak asumsi dan ketentuan ukuran sampel yang besar. Model pada penelitian yang dilakukan terdapat variabel moderasi, dimana variabel moderasi merupakan variabel yang bersifat memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode PLS dengan variabel moderasi, pemilihan variabel moderasi didasarkan pada hasil pemikiran serta pertimbangan teoretis oleh peneliti sehingga suatu variabel memungkinkan untuk dijadikan variabel moderasi atau tidak. Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh kendaraan transportasi angkutan barang yang melintasi 4 koridor jembatan timbang, yaitu Jembatan Timbang Singosari, Jembatan Timbang Sedarum, Jembatan Timbang Trowulan, dan Jembatan Timbang Jrengik. Sampel pada penelitian ini merupakan 400 unit kendaraan angkutan barang yang melintasi masing-masing koridor penelitian. Penelitian ini pada dasarnya menjelaskan tentang hubungan antar variabel yang akan diteliti. Hubungan tersebut pada dasarnya dijelaskan dan dikuatkan oleh teori dan hasil – hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hubungan antar variabel yang diteliti pada penelitian ini dapat dijelaskan berdasarkan model yang dibuat dengan menggunakan variabel independen, variabel dependen, serta variabel moderasi. Penelitian ini mengambil beberapa daerah Provinsi Jawa Timur yang terwakili dalam empat koridor wilayah yang ditetapkan. Empat koridor yang dimaksud meliputi wilayah utara (Kabupaten Sampang), wilayah barat (Kabupaten Pasuruan), wilayah timur (Kabupaten Mojokerto) dan wilayah selatan (Kabupaten Malang). Keempat koridor tersebut memiliki titik awal perjalanan yang sama yaitu berasal dari Surabaya dengan titik akhir perjalanan kendaraan angkutan barang adalah di Jembatan Timbang (JT). Berdasarkan pemaparan yang demikian, maka populasi penelitian ini adalah seluruh golongan kendaraan berat angkutan barang di Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari golongan kendaraan 6A (truk 2 as), 6B (truk 2 as), 7A (truk 3 as), 7B (truk kombinasi/gandengan) dan golongan 7C (trailler). Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling dimana setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Pada simple random sampling pengambilan anggota sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata pada populasi tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh temuan bahwa evaluasi validitas konstruk baik formatif maupun reflektif menunjukkan hasil yang valid, dimana evaluasi validitas formatif menunjukkan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur variabel Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan dinyatakan valid dan evaluasi validitas konstruk reflektif menunjukkan bahwa indikator Kelebihan Muatan, Emisi Gas Buang, Travel Time, dan Biaya Operasional Kendaraan dinyatakan valid dalam mengukur variabel Kelebihan Muatan, Emisi Gas Buang, Travel Time, dan Biaya Operasional Kendaraan. Hasil evaluasi reliabilitas menunjukkan bahwa keempat variabel tersebut dinyatakan reliabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua hipotesis diterima secara signifikan. Kelebihan Muatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Emisi Gas Buang kendaraan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Travel Time memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Ketiga variabel tersebut penting untuk pengaruh Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan, dimana setiap terjadi peningkatan pada masing-masing dari 3 variabel tersebut, akan menurunkan Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan. Hasil lebih lanjut dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa Kelebihan Muatan yang dimoderasi oleh Biaya Operasional Kendaraan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Emisi Gas Buang kendaraan yang dimoderasi oleh Biaya Operasional Kendaraan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Travel Time yang dimoderasi oleh Biaya Operasional Kendaraan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Ini berarti bahwa variabel Biaya Operasional Kendaraan juga penting untuk pengaruh Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Berdasarkan penelitian, dapat dinyatakan bahwa para pemangku kepentingan dalam bidang transportasi, baik pemerintah pembuat kebijakan, pengemudi, pemilik transportasi dan masyarakat memiliki kontribusi positif terhadap kinerja angkutan barang yang berkelanjutan. Pemerintah dapat berkontribusi pada kebijakan biaya operasi, biaya jembatan timbang, jalan dan infrastruktur lainnya. Pengemudi dan pemilik transportasi juga dapat berkontribusi yang lebih baik pada performa kendaraan pengemudi dan pemilik transportasi tersebut, hal ini berarti bahwa ketika performa kendaraan semakin baik, maka akan berkontribusi pada kinerja yang baik pada transportasi angkutan barang berkelanjutan.