Kajian In Silico Dan Karakterisasi Fisiko-Kimia Kompleks Aspirin-Albumin Putih Telur-Caffeine Sebagai Peluruh Radikal Bebas
Main Authors: | Jayanti, Gatra Ervi, Prof. Sutiman Bambang Sumitro,, SU., D.Sc, Akhmad Sabarudin,, S.Si., M.Sc., Dr.Sc, Dr. Sri Widyarti,, M.Si |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195552/1/Gatra%20Ervi%20Jayanti.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195552/ |
Daftar Isi:
- Tubuh sebagai sistem redoks yang secara alami menghasilkan oksidan atau radikal bebas hasil dari metabolisme. Radikal bebas adalah atom atau kelompok atom yang berisi elektron tidak berpasangan, sangat reaktif dan memulai reaksi berantai. Tubuh secara alami bisa menangkal radikal bebas misalnya dengan SOD dan katalase. Tetapi bila radikal bebas tersebut memiliki jumlah yang lebih maka akan menimbulkan kondisi patologis. Radikal bebas yang berlebih memerlukan antioksidan dari luar tubuh. Antioksidan yang tidak berubah menjadi radikal ketika menerima atau kehilangan elektron. Pada penelitian ini digunakan aspirin, albumin putih telur dan caffeine sebagai scavenger kompleks. Albumin, adalah peluruh radikal bebas alamiah diperoleh dari putih telur ayam yang mudah di peroleh, murah dan halal. Albumin putih telur, merupakan scavenger radikal bebas yang mampu membentuk kompleks dengan aspirin, caffeine, dan vitamin. Selama ini antioksidan yang digunakan untuk menangkal radikal bebas, pada umumnya dikenal sebagai senyawa tunggal (seperti vitamin C dan E), sedangkan dalam tubuh merupakan aliran elektron yang mengalir secara terus-menerus. Bila antioksidan menyumbangkan elektron kepada atom yang kehilangan elektron, maka antioksidan tersebut akan menjadi radikal baru, oleh karena itu senyawa kompleks dibutuhkan sebagai scavenger. Tujuan dari penelitian ini untuk mendiskripsikan perubahan struktur ovalbumin setelah mengikat aspirin dan caffeine, melihat perubahan struktur kompleks dengan perlakuan suhu, mengetahui kemampuan senyawa kompleks sebagai scavenger dibandingkan dengan bentuk tunggalnya, gugus fungsi apa saja yang terdapat pada senyawa tunggal dan kompleks, dan untuk mengetahui nilai viskositas albumin ketika ditambahkan masing-masing senyawa. Penelitian dilakukan menggunakan software komputer (in silico), struktur aspirin, caffeine dari Pubchem dan ovalbumin diperoleh dari National for Biotechnology Information (NCBI), docking molekul dengan program Pyrex. Visualisasi hasil docking menggunakan program Pymol dan keberhasilan docking dapat dilihat dengan program LigPlot. Ovalbumin Hydrophobicity menggunakan program Chimera, Interaksi aspirin dan caffeine terhadap ovalbumin menggunakan program Ligandscout dan program Yasara untuk analisis Root-Mean-Square-Deviation. Dalam penelitian laboratorium, aktivitas radikal aspirin, caffeine, albumin putih telur, aspirinalbumin putih telur, caffeine-albumin putih telur, dan aspirin-albumin putih-caffeine (kompleks) dipelajari dengan menggunakan ESR dengan menggunakan DPPH sebagai radikal bebas. Hasil analisa in silico menunjukkan bahwa setelah mengikat ovalbumin, aspirin berotasi pada gugus karboksil dan ester dan menghasilkan perubahan sudut ikatan. Perubahan ini tidak terlihat secara jelas pada caffeine. Aspirin dan caffeine mengandung cincin siklik, tetapi aspirin mempunyai kelompok fungsional (rantai alifatik) yang lebih fleksibel daripada caffeine. Perubahan sudut ikatan yang terjadi pada aspirin disebabkan oleh penyusunan ulang atom. Analisis RMSD menunjukkan bahwa aspirin, serta caffeine, mengubah konformasi dinamis ovalbumin. RMSD kompleks hampir bertepatan dengan garis ovalbumin, dan tidak menunjukkan perubahan ikatan kimia yang signifikan terhadap struktur ovalbumin. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sifat ovalbumin tidak berubah, ini sebagai transporter aspirin dan caffeine. Serta dapat diterapkan sebagai antioksidan scavenger yang efektif. Kompleks aspirin-ovalbumin-caffeine dengan perlakuan suhu -70 °C menunjukkan intermolecular force. Selama proses freeze-drying, kompleks telah kehilangan air menjadi padat dan berpengaruh pada ikatan kimia. Medan magnet menjadi lebih kuat selama pembekuan kompleks. Pada kompleks, gerak atom stabil tetapi tidak fungsional, sehingga menghasilkan penguatan ikatan magnetik. Sementara ikatan hidrofobik kompleks melemah. Semua atom mulai saling menempel, dengan demikian, stabilitas struktur kompleks meningkat (tidak terdenaturasi) yang dapat mengubah fungsinya untuk menjadi scavenger yang kuat. Kompleks menghasilkan puncak resonansi magnetik DPPH paling rendah dibandingkan bentuk tunggalnya (aspirin, albumin putih telur dan juga caffeine). Semua analisis FTIR dalam penelitian ini menunjukkan adanya kelompok aromatik, yang berguna sebagai molekul scavenger. Nilai viskositas kompleks berada di antara nilai albuminaspirin dan albumin-caffeine, yaitu 6,87 cP yang hampir mirip dengan viskositas duodenum mucin.