Pemertahanan Bahasa Ciacia Oleh Penutur Masyarakat Desa Karya Baru Kecamatan Sorawolio Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara

Main Author: Eviani, Eva
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/1954/1/EVA%20EVIANI.pdf
http://repository.ub.ac.id/1954/
Daftar Isi:
  • Bahasa Ciacia merupakan bahasa daerah di Baubau, Surowalio, Sulawesi Tenggara. Meskipun bahasa ini masih banyak digunakan oleh penduduk setempat, bahasa ini berpotensi terancam punah karena beberapa faktor. Pertama, penggunan Bahasa Ciacia sudah tidak menyentuh ranah formal, tetapi hanya pada ranah informal. Kedua, para orang tua cenderung tidak menggunakan Bahasa Ciacia, tetapi menggunakan Bahasa Indonesia saat berbicara dengan anak. Dua hal ini menyebabkan kedudukan Bahasa Ciacia berpotensi terancam punah. Untuk itu, penelitian ini berusaha mencari tahu sejauh mana kebertahanan Bahasa Ciacia pada masyarakat Baubau, Surowalio, Sulawesi Tenggara. Penelitian ini terdiri pada (1) bagaimanakah vitalitas Bahasa Ciacia, (2) bagaimanakah kondisi diglosia Bahasa Ciacia dan bahasa lainnya pada masyarakat Baubau, (3) bagaimanakah proses ketirisan diglosia Bahasa Ciacia oleh bahasa lain, serta (4) apa saja upaya-upaya masyarakat dan pemerintah dalam mempertahankan kedudukan Bahasa Ciacia. Penelitian ini menggunakan mixed method research. Metode kuantitatif digunakan untuk menjawab fokus penelitian ke-1 dan metode kualitatif digunakan untuk menjawab fokus penelitain ke-2, ke-3, dank ke-4. Pengumpulan data dilakukan melalui proses triangulasi yang terdiri atas (1) observasi (mengamati kondisi bahasa secara langsung), (2) kuisionair (mengukur status vitalitas bahasa), dan (3) wawancara (mengetahui kondisi bahasa serta cara mesyarakat dan pemerintah mempertahankannya). Hasil penelitian ini adalah (1) status vitalitas Bahasa Ciacia berada pada “aman”, (2) Bahasa Ciacia mengalami proses diglosia dengan Bahasa Indonesia, (3) ketirisan diglosia Bahasa Ciacia yang berada di ranah informal juga ikut masuk pada ranah formal, begitu pula sebaliknya pada Bahasa Indonesia, (4) pemerintah mempertahankan penggunaan Ciacia yang sebenarnya tidak memiliki aksara sendiri dengan mengajarkannya di sekolah memakai aksara hangeul. Selain itu, pemertahanan bahasa juga dilakukan masyarakat Baubau dengan menuturkan Bahasa Ciacia pada kehidupan sehari-hari.