Aktivitas Antijamur Ekstrak Daun Babadotan (Ageratum Conyzoides L.) Dan Kersen (Muntingia Calabura L.) Tunggal Maupun Campuran Terhadap Alternaria Sp. Penyebab Bercak Coklat

Main Authors: Safitri, Riska Dewi, Dr. Ir. Mintarto Martosudiro,, M.S.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195368/1/Riska%20Dewi%20Safitri.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195368/
Daftar Isi:
  • Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum L.) merupakan salah satu tanaman yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Namun dalam kegiatan budidaya tanaman tomat ditemukan beberapa kendala, salah satunya yaitu serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur Alternaria sp.. Alternaria sp. dapat menyababkan penyakit bercak coklat yang mampu menyebabkan kehilangan hasil panen 5-78%. Untuk mengurangi dampak kerugian tersebut banyak petani yang mengaplikasikan fungisida sintetik secara intensif. Namun penggunaan fungisida tersebut dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Oleh karena itu digunakan alternatif lain yaitu penggunaan fungisida nabati berbahan dasar daun tanaman babadotan (Ageratum conyzoides L.) dan daun tanaman kersen (Muntingia calabura L.). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak tunggal daun babadotan dan kersen serta campurannya sebagai bahan fungisida nabati untuk menghambat pertumbuhan jamur Alternaria sp. baik secara in vitro maupun in vivo. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga September 2020 di Laboratorium Toksikologi Pestisida dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Sedangkan untuk uji fitokimia dilakukan di Laboratorium Unit Pelaksana Teknis (UPT) Materia Medica Batu. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat 6 taraf perlakukan dengan 4 kali pengulangan. Perlakuan terdiri dari kontrol tanpa ekstrak, ektrak tunggal daun babadotan, ekstrak tunggal daun kersen, ekstrak campuran daun babadotan dan daun kersen 1:1, ekstrak campuran daun babadotan dan daun kersen 1:2, dan ekstrak campuran daun babadotan dan daun kersen 2:1. Konsentrasi ekstrak pada setiap perlakuan digunakan sebesar 50.000 ppm. Metode ekstrasi daun babadotan dan kersen menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Isolasi jamur Alternaria sp. dari buah tomat yang terifeksi jamur. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara in vitro dan in vivo. Parameter pengamatan secara in vitro, yaitu penghambatan melalui pengukuran diameter dan persentase daya hambat, serta berat kering miselium. Sedangkan parameter untuk pengujian ekstrak secara in vivo, yaitu diameter bercak, perkecambahan konidia, dan persentase massa buah sakit. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Apabila perlakuan berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut BNT (beda nyata terkecil) dengan taraf kesalahan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun babadotan dan kersen tunggal maupun campuran mampu menghambat pertumbuhan Alternaria sp. baik secara in vitro dan in vivo dengan presentase daya hambat lebih dari 50%. Secara in vitro ekstrak yang memiliki kemampuan daya hambat terbaik, yaitu ekstrak daun babadotan tunggal. Sedangkan secara in vivo ekstrak yang memiliki kemampuan daya hambat terbaik, yaitu ekstrak daun babadotan tunggal dan campuran