Ekologi Populasi Dan Status Taksonomi Ikan Penja Di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat Berdasarkan Sekuen 16s Rdna
Main Authors: | Fitri, -, Dr. Agung Pramana Warih Marhendra,, S.Si., M.Si, Nia Kurniawan,, S.Si., M.P., D.Sc |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195329/1/F%20I%20T%20R%20I.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195329/ |
Daftar Isi:
- Ikan merupakan salah satu kekayaan hayati Indonesia yang melimpah terdapat 4000 spesies ikan yang hidup di perairan Indonesia.Sulawesi termasuk salah satu pulau besar di Indonesia yang memiliki karakteristik geomorfologi yang kompleks. Fauna air tawar Sulawesi dikenal memiliki banyak ikan-ikan endemik. Sulawasi memiliki 69 jenis ikan air tawar dimana 52 jenis (77%) adalah ikan endemik. Salah satu ikan yang dianggap sebagai spesies endemik yaitu ikan Penja yang berada di Sulawesi Barat karena belum ditemukan di perairan lain di Indonesia, ikan ini belum banyak dikenal dan belum diketahui jelas jenis spesiesnya. Metode penelitian tahap petama yang bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan di sekitar lokasi melimpahnya ikan Penja sehingga diketahui faktor abiotik yang berpengaruh terhadap kelimpahan ikan Penja di kabupapten Polewali Mandar yang meliputi kecerahan, suhu, pH, salinitas, kecepatan arus, dan jumlah ikan. Pengamatan dilakukan pada 2 lokasi penelitian masing-masing lokasi dibagi menjadi 3 titik dan dilakukan 3 kali ulangan. Hasil pemantauan faktor abiotik kemudian ditabulasi dalam tabel selanjutnya dianalisi dengan one way anova program SPSS for window release 16. Untuk melihat pengaruh waktu dan faktor abiotik terhadap kelimpahan ikan Penja dilakukan analisis PCA (Principle Component Analysis) menggunakan PAST 3. Penelitian tahap kedua yang bertujuan menentukan status taksonomi ikan Penja di Kabupaten Polewali Mandar berdasarkan karakter morfologi dan sekuen 16S rDNA. Dengan diketahui status taksonomi ikan lokal dari kabupaten Polewali Mandar diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan tentang biologi ikan lokal, menambah jumlah daftar kekayaan hayati Indonesia Sebagai bekal strategi konservasi dan langkah dasar dalam mengeksplor potensi lokal yang dapat dikembangkan di kabupaten Polewali Mandar. Pengambilan Ikan dilakukan di dua Muara Sungai lokasi melimpahnya ikan Penja dengan teknik tebar jaring. Karakter morfometrik yang diamati sebanyak 8 karakter. Sampel yang diukur sebayak 5 jantan dan 5 betina dari masing-masing lokasi. Individu ikan penja masing-masing spesies dari dua lokasi untuk diisolasi DNA totalnya menggunakan KIT Geneaid. Amplikasi sekuen 16S rDNA yang merupakan primer universal. Selanjutnya dilakukan elektroforesis menggunkan agarosa 1% dan dilaunjutkan dengan sekuensing dan analisis genetik. Hasil sekuensing selanjutnya dianalisis dengan sekuncer dan mega 6 untuk membuat pohon filogeni dan melihat p- distance/jarak, sehingga diketahui posisi status taksonomi ikan Penja. Hasil pemantauan kondisi perairan. pengukuran kecerahan di muara sungai Mapilli dan kassi-kassi berkisar antara 28 – 37 cm, pada bulan Januari terlihat berbeda nyata dengan bulan Maret, April dan Mei. Suhu rata-rata diperairan muara sungai Mapilli dan Kassi-kassi berada pada kisaran 17 – 29 oC. Nilai rata-rata pH air di Muara sungai Mapilli dan Kassi- kassi berkisar antara 7-9, nilai derajat keasaman (pH) diseluruh lokasi pada semua bulan tidak ada yang menonjol karena memiliki nilai yang masih berada pada kisaran ambang batas kategori baik untuk pertumbuhan ikan Penja. Hasil pengukuran salinitas di muara sungai Mapilli dan Kassi-kassi berkisar antara 0 – 29 ‰. Januari hingga Maret terlihat nilai salinitas yang tinggi karena pada bulan tersebut terjadi pasang air laut yang masuk kemuara, viii berbeda pada bulan April dan Mei, nilai salinitas tergolong rendah disebabkan pada bulan tersebut terjadi hujan di daerah hulu yang menyebabkan air sungai lebih besar menuju laut. Hasil pengamatan kecepatan arus menunjukkan, kecepatan arus berada pada kisaran 9- 17 cm/s, Tingginya curah hujan menyebabkan kecepatan arus menjadi tinggi. Hasil penelitian menunjukkan, kelimpahan ikan Penja di lokasi penelitian berkisar antara 25 -161 ekor. Kelimpahan ikan Penja terendah dijumpai pada bulan januari. Berdasarkan analisis biplot, terlihat bahwa pada bulan januari dicirikan oleh kecerahan dan salinitas yang tinggi serta ditemukan jumlah ikan paling sedikit/kurang (253 ekor). Pada bulan maret dicirikan oleh nilai pH yang tinggi, salinitas dan kecepatan arus sedang, dan jumlah ikan ditemukan cukup ikan tinggi/banyak (430 ekor). Pada bulan april dicirikan oleh kecepatan arus dan jumlah ikan Penja yang ditemukan cukup tinggi (453 ekor). Pada bulan mei dicirikan oleh nilai pH yang sedang, salinitas yang rendah, kecerahan yang sedang dan jumlah ikan Penja yang ditemukan berada pada kisaran sedang (351 ekor), yaitu lebih rendah dibandingkan pada bulan maret dan April. Jumlah ikan Penja tertinggi ditemukan pada bulan Maret dan April. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ikan Penja masih tergolong toleran terhadap faktor abiotik di perairan Polewali Mandar dan faktor yang mempengaruhi kelimpahan ikan tersebut belum diketahui secara jelas. Karakteristik ikan Penja memiliki bentuk tubuh fusiform atau cerutu (torpedo), bentuk demikian berarti terdiri atas dua belahan yang sama, apabila tubuh dibelah dua terdapat belahan yang sama dan sirip telah terdapat sirip dorsal berjumlah 2, terdapat sirip pada bagian anal. Sirip ventral berupa cakram/piringan penghisap yang berbentuk seperti piring yang menempel pada perut. bentuk sirip ekor berpinggiran tegak (Truncate). Tipe letak mulut ikan Penja berbentuk terminal yaitu terletak di ujung hidung dan bagian mulut dapat disembulkan. Bagian yang pertama kali untuk mencirikan ikan penja adalah garis melintang secara vertical pada tubuhnya yang disebut sebagai garis melanopor berwarna hitam yang dapat dilihat dari mulai pangkal ekor hingga kepala ikan penja. selain garis melanopor juga terdapat sirip perut yang berupa cakram, cakram tersebut berfungsi sebagai alat menempel pada dasar sungai serta bebatuan dalam yang cenderung memiliki arus yang deras. Beberapa data didukung dengan hasil analisis PCA dan Cluster yang mendukung pengelompokan tersebut. Hasil rekontruksi filogenetik antara 4 sampel ikan penjah berada pada satu cabang yang sama yang menunjukkan sampel merupakan spesies yang sama dengan nilai bootstrap pada model perhitungan Maximum Parsimony sebesar (64%) yang disimpulkan bahwa nilai bootstrap yang sedang. Sampel ikan penja dengan spesies acuan yang bersumber dari hasil BLAST di NCBI terlihat bahwa spesies yang paling dekat yaitu Sicyopterus pugnans karena berada dalam satu clade yang sama dengan nilai bootstrap yang tinggi pada perhitungan perhitungan Maximum Parsimony sebesar (92%). sampel ikan penja kode MJ, MB, KJ, dan KB merupakan spesies yang sama, walaupun pada ikan penja kode KB memiliki nilai jarak genetik yang berbeda, namun nilai jarak genetik masih dalam kisaran nilai intraspesies sebesar 0-0,6%. Sedangkan dengan Sicyopterus pugnans berada dalam kisaran nilai yang menunjukkan kesamaan genus 1,0-1,2%, berdasarkan nilai perbandingan jarak genetik dengan outgrup Glossogobius aureus pada kisaran nilai tingkat famili sebesar 12,8-13,8%. Berdasarkan analasisi morfologi yang didukung dengan data molekuler terlihat bahwa ikan Penja memiliki kemiripan dengan Sicyopterus pugnans, berdasarkan pohon filogeni dan p-distance menunjukkan keempat sampel ikan Penja memiliki kedekatan jarak genetik dengan Sicyopterus pugnans namun tidak berada dalam satu clade. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ikan penja berbeda spesies dengan ikan Sicyopterus pugnans, namun berada dalam genus yang sama yaitu Sicyopterus. Sehingga diasumsikan bahwa ikan penja merupakan spesies baru