Studi in vivo Potensi Aplikasi Oral dan Topikal Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica (L.,) Urban) terhadap Ekspresi TGF-β1, MMP-1 dan MDA Dermis Tikus (Rattus novergicus) Model Photoaging yang dipapar sinar Ultraviolet-B (UVB)
Main Authors: | Rahmawati, Yeny Diah, Prof. Dr. Aulanni’am,, drh. DES, Dr. Sasangka Prasetyawan,, MS |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195288/1/Yeny%20Diah%20Rahmawati.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195288/ |
Daftar Isi:
- Penuaan pada kulit merupakan proses biologi yang kompleks yang dipengaruhi baik oleh faktor endogen (genetik, rasial, hormonal) maupun eksogen (lingkungan dan gaya hidup). Penuaan yang disebabkan oleh faktor eksogen berupa radiasi sinar ultraviolet dari matahari dikenal dengan istilah photoaging. Pada kulit yang mengalami photoaging terjadi degradasi terus menerus terhadap komponen matriks ekstraseluler seperti kolagen dan elastin dan juga terjadi penurunan kecepatan sintesis kolagen. Ada dua regulator penting dalam pembentukan kolagen yaitu transforming growth factor (TGF)-β sebagai pro-collagen synthesis dan activator protein (AP)-1 yang mendorong kerusakan kolagen dengan me-upregulasi enzim yang disebut matrix metalloproteinase (MMP) yang berperan dalam collagen breakdown. Radiasi sinar ultraviolet-B (UVB, λ 280 – 314 nm) diketahui 1000 kali lebih reaktif dan menyebabkan sunburn daripada sinar UVA (λ 315 – 400 nm). Paparan kronis sinar UVB terhadap kulit mampu menginisiasi terbentuknya ROS di kulit dan menyebabkan penurunan antioksidan enzimatis secara signifikan serta menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif terhadap komponen sel seperti dinding sel, membran lipid, mitokondria dan DNA. Selain itu radiasi sinar UVB berlebih juga dapat menginduksi AP-1 dan menurunkan sinyal TGF-β sehingga terjadi degradasi kolagen dan penghambatan produksi kolagen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi oral dan topikal ekstrak pegagan terhadap jaringan kulit tikus tanpa rambut yang dipapar sinar UVB berdasarkan ekspresi TGF-β1, MMP-1 dan MDA dermis. Sebanyak 30 tikus wistar jantan dari jenis rattus novergicus usia 8-10 minggu sejak kelahiran, berat badan 180-200 gram dibagi dalam 6 kelompok percobaan yaitu KN=kelompok kontrol negatif (tanpa paparan UVB dan tanpa terapi); KP=kelompok kontrol positif (basis gelling agent HPMC tanpa ekstrak pegagan); P=kelompok terapi parasol (commercial brand anti-UV); T1=kelompok terapi topikal 2,5% ekstrak + oral 250 mg/kg bb; T2=kelompok terapi topikal 5% ekstrak + oral 250 mg/kg bb; T3=kelompok terapi topikal 10% ekstrak + oral 250 mg/kg bb. Ekstrak pegagan diperoleh dari maserasi simplisia herba pegagan (materia medica Malang) menggunakan etanol 96%. Total dosis radiasi UVB sebesar 840 mJ/cm2 terbagi dalam empat minggu yaitu minggu I, II, III, IV sebesar (mJ/cm2) 150, 210, 240, 240. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi oral dan topikal ekstrak pegagan (C. asiatica) ) secara signifikan (p<0.05) mampu menghambat penurunan ekspresi TGF-β1 (konsentrasi 5% dan 10%) serta menghambat kenaikan ekspresi MMP-1 (konsentrasi 2.5%, 5% dan 10%) dan MDA (konsentrasi 10% ekstrak) dibandingkan dengan kontrol positif. Kemampuan penghambatan tersebut diduga karena efek sinergis dari kandungan senyawa bioaktif utama triterpenoid saponin berupa asiaticoside, madecassoside dan madecassic acid yang mendorong sintesis kolagen dengan senyawa golongan flavonoid yang bersifat sebagai antioksidan.