Analisis Postur Tubuh Pekerja pada Proses dan Feeding Menggunakan Metode Novel Ergonomic Postural Assessment (NERPA) dan Muscle Fatigue Assessment (MFA) (Studi Kasus pada Koperasi Karyawan Redrying Bojonegoro (KAREB), Jawa Timur)
Main Authors: | Pratiwi, Niken Mahardika, Wike Agustin P.D., STP, M.Eng., Ph.D., Isti Purwaningsih,, STP, MT |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195233/1/Niken%20Mahardika%20Pratiwi.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195233/ |
Daftar Isi:
- Tembakau (Nicotina tabacum L.) yaitu tanaman semusim yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, banyak diteliti, dan tergolong komoditas perdagangan penting di dunia. Peran industri tembakau yakni meningkatkan pendapatan petani tembakau dan terserapnya tenaga kerja pada industri pengolahan tembakau. Proses produksi pengeringan tembakau dilakukan berulang selama 7,5 jam dengan peralatan kerja yang kurang sesuai dengan anthropometri tenaga kerja. Hal tersebut berdampak pada tingkat produktivitas dan tingkat kesehatan pekerja yang menurun sehingga dapat merugikan perusahaan juga pekerjanya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis faktor penyebab dan tingkat risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) postur kerja pada proses feeding di Koperasi Kareb. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-April 2022 di unit threshing Koperasi KAREB menggunakan metode pengukuran postur tubuh yakni Muscle Fatigue Analysis (MFA) dan Novel Ergonomic Postural Assessment (NERPA). Metode MFA bertujuan mengetahui kelelahan otot yang ditinjau dari faktor risiko fisik di tempat kerja, sedangkan metode NERPA digunakan untuk menganalisis dan menilai postur tubuh bagian atas dan bawah dari sistem muskuloskeletal. Terdapat korelasi kedua metode tersebut yang dapat dijadikan acuan untuk memberi usulan perbaikan postur tubuh pekerja. Selain itu digunakan kuesioner Nordic Body Map sebagai alat bantu pengukuran ergonomi sederhana untuk mendeteksi bagian otot yang mengalami keluhan mulai dari tidak sakit hingga sangat sakit. Setelah itu dilakukan pengukuran metode MFA dilakukan dengan mengisi tabel identifikasi kerja dan tabel MFA dengan hasil akhir berupa nilai priority of change. Selanjutnya pengukuran metode NERPA dilakukan dengan mengisi tabel skor NERPA dengan hasil akhir berupa kategori action level. Hasil pengolahan dan analisis kedua metode tersebut yakni diketahui faktor penyebab keluhan MSDs pekerja, tingkat risiko, dan usulan perbaikan kerja. Hasil penelitian menunjukkan terdapat faktor keluhan MSDs dirasakan pekerja yakni postur tidak alamiah seperti membungkuk, menunduk, berdiri dalam jangka waktu lama dan gerakan repetitif yang menyebabkan kelelahan. Pada metode NERPA, dari ketiga aktivitas yang memiliki skor paling tinggi yakni aktivitas pengambilan tembakau pada pekerja B dan C yang berarti diperlukan penelitian lebih lanjut dan tindakan sekarang. Bagian tubuh yang paling berisiko mengalami keluhan yakni leher, lengan atas, dan punggung. Lalu pada metode MFA diantara ketiga aktivitas yang memiliki skor action level paling tinggi yakni pada peletakan tembakau ke meja feeding. Bagian tubuh yang yang memerlukan perbaikan yakni bahu, punggung, lengan/siku, dan pergelangan tangan/tangan/jari. Fasilitas kerja yang perlu disesuaikan yakni meja bahan baku yang jangkauannya terlalu rendah. Selain itu juga dikarenakan fasilitas kerja yang kurang sesuai dengan antropometri pekerja. Penilaian NERPA tertinggi berada pada aktivitas pengambilan tembakau dengan skor 7 sedangkan pada metode MFA aktivitas yang paling berisiko yakni peletakan tembakau ke meja feeding dengan action level H (high). Bagian tubuh yang berisiko mengalami keluhan MSDs yakni lengan, bahu, lengan atas, dan punggung. Implikasi manajerial yang diberikan dengan menambah tinggi meja bahan baku, rotasi posisi pekerja, dan perbaikan pada kursi kerja pekerja.