Gender-Based Strategies in Expressing Gratitude in English Realized by Indonesian EFL Learners

Main Authors: Nisa, Lulu Safira, Isti Purwaningtyas,, S.S., M.Pd.,
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2020
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195228/1/Lulu%20Safira%20Nisa.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195228/
Daftar Isi:
  • Mengekspresikan rasa terima kasih adalah salah satu tindak tutur yang sering digunakan dalam hubungan interpersonal antara pengguna bahasa. Eisenstein dan Bodman (1986) telah mendefinisikan rasa terima kasih atau terima kasih sebagai semacam tindakan ilokusi yang dilakukan oleh seorang pembicara berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh pendengar di masa lalu. Tindakan yang dilakukan ini memiliki manfaat tertentu bagi pembicara dan pembicara percaya pada masalah ini. Oleh karena itu, pembicara memiliki perasaan bersyukur atau penghargaan dan mengungkapkan perasaannya melalui ungkapan terima kasih atau terima kasih. Sementara itu, mengucapkan terima kasih adalah masalah bagi peserta didik L2 karena mereka perlu tahu kapan dan bagaimana berterima kasih pada budaya lawan bicara (Bodman dan Eisenstein, 1988; Eisenstein dan Bodman, 1986, 1993). Mills menunjukkan bahwa gender dapat memainkan peran penting dalam menentukan strategi mana yang sesuai dalam situasi yang berbeda dan bahwa hubungan antara gender dan kesopanan bahkan lebih kompleks ketika membandingkan budaya yang berbeda. Karena itu, pengetahuan tentang strategi syukur dalam bahasa lain bisa sangat bermanfaat. Berkenaan dengan fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi rasa terima kasih yang direalisasikan oleh pelajar perempuan dan laki-laki EFL Indonesia dalam menanggapi berbagai situasi formal. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif untuk menjawab masalah penelitian. Data dikumpulkan dari 85 mahasiswa sarjana Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya, Malang dengan menggunakan (O'Keeffe et.al, 2011) Tugas Penyelesaian Wacana. Penelitian ini mengungkapkan bahwa strategi syukur yang digunakan oleh para peserta penelitian ini sebagian besar menggunakan strategi yang sama sesuai dengan budaya mereka. Hal ini sejalan dengan Pishgadam & Zarei (2011) yang menyatakan bahwa penutur bahasa di komunitas mana pun dapat mengungkapkan rasa terima kasih melalui kata-kata terima kasih, pujian, atau penghargaan. Namun mengenai data pada bab sebelumnya, pelajar EFL pria dan wanita dalam penelitian ini berbeda dalam alasan yang mereka nyatakan diikuti oleh strategi yang mereka gunakan. Ini mungkin karena Holmes (2013) menyatakan di mana perempuan dan laki-laki tidak berbicara dengan cara yang persis sama satu sama lain di komunitas mana pun. Singkatnya, temuan ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang telah menunjukkan bahwa gender memainkan peran penting dalam mengekspresikan rasa terima kasih dalam bahasa Inggris. Peneliti juga menyarankan peneliti berikutnya untuk mensosialisasikan guru bahasa Inggris untuk menggunakan DCT (Tugas Penyelesaian Wacana) sebagai sarana untuk mengajar ungkapan terima kasih dalam bahasa Inggris sehingga pelajar menjadi terbiasa dengan tindakan berbicara dan fungsinya. Selain itu, akan lebih baik jika peneliti berikutnya menyelidiki data dalam jumlah yang lebih besar seperti pada sebuah lembaga dan universitas dengan perbedaan latar belakang budaya dari masing-masing peserta untuk mencapai hasil yang lebih baik.