Biologi Dan Statistik Demografi Aphis Glycines Pada Tanaman Kedelai

Main Authors: Putra, Exa Ricky Choirul, Prof. Dr.Ir. Bambang Tri Rahardjo,, SU.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2020
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195216/1/Exa%20Ricky%20Choirul%20Putra.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195216/
Daftar Isi:
  • Kebutuhan masyarakat Indonesia akan produksi kedelai rata-rata 2,3 ton per tahun. Tingginya minat masyarakat terhadap kebutuhan kedelai berbanding terbalik dengan hasil produksi kedelai yang dihasilkan, dimana pada tahun 2017 Indonesia hanya mampu memproduksi sebanyak 675 ribu ton kedelai dibandingkan dengan produksi kedelai pada tahun sebelumnya. Kebutuhan kedelai di Indonesia dipenuhi dengan melakukan kegiatan impor kedelai dari luar negeri sebesar 67,99%. Rendahnya produksi kedelai di Indonesia diakibatkan beberapa faktor, salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil produksi akibat gangguan hama. Salah satu hama pada tanaman kedelai adalah A. glycines. Kerusakan secara langsung yang disebabkan oleh A. glycines yaitu menghisap daun dan batang tanaman, sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas produksi kedelai. Sedangkan, kerusakan secara tidak langsung yang disebabkan oleh A. glycines yaitu menjadi vektor dari beberapa virus penyebab penyakit tanaman, diantaranya Soybean Mosaic Virus (SMV) dan Soybean Dwarf Virus (SbDV). Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian mengenai biologi dan statistik demografi mengenai pertumbuhan dan perkembangan A. glycines sehingga dapat mengetahui bagaimana pertumbuhan populasi A. glycines pada tanaman kedelai. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Rumah Kawat, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan November 2019 sampai Maret 2020. Penelitian ini dimulai dengan melakukan perbanyakan A. glycines pada tanaman kedelai di rumah kawat. Tanaman kedelai ditanam pada 15 polybag dengan masing- masing empat benih kedelai setiap polybag. Saat tanaman kedelai berumur dua minggu setelah tanam (MST), sebanyak tiga sampai empat imago A. glycines diinokulasi pada setiap tanaman kedelai menggunakan kuas, sehingga dibutuhkan sekitar 240 imago A. glycines. Kemudian, setiap polybag disungkup menggunakan mika berbentuk silindris. Sementara itu dilakukan identifikasi A. glycines sebanyak 20 imago dari perbanyakan dibawa ke laboratorium untuk pembuatan preparat A. glycines yang dilakukan dengan mengacu pada metode Blackman dan Eastop. Selanjutnya, dilaksanakan penelitian kohort A. glycines. Tanaman kedelai ditanam pada 20 gelas plastik dengan masing-masing dua benih kedelai pada setiap gelasnya. Saat tanaman kedelai berumur tujuh hari setelah tanam (HST), sebanyak satu sampai dua imago A. glycines diinoukulasi setiap tanaman kedelai menggunakan kuas, sehingga diperlukan sekitar 40 imago A. glycines. Hari berikutnya, diharapkan imago betina A. glycines menghasilkan nimfa A. glycines instar satu yang digunakan untuk penelitian demografi. Untuk penelitian demografi dilakukan penanman tanaman kedelai pada 20 polybag dengan masing-masing empat benih kedelai setiap polybag. Saat tanaman kedelai berumur tiga MST, sebanyak satu individu nimfa A. glycines instar satu diinokulasikan pada setiap tanaman kedelai dengan menggunakan kuas, sehingga diperlukan 80 nimfa A. glycines instar satu. Kemudian setiap tanaman kedelai disungkup dengan botol plastik pada bagian atas dan bawahnya ditutupi kain kasa, serta dialasi karton hitam. ii Karton hitam digunakan untuk mempermudah mengamati A. glcyines yg mati. Pengamatan apglcyines A. glycines yang masih hidup, pertumbuhan tiap instar yang ditandai dengan adanya pergantian kulit, jumlah nimfa yang dilahirkan dilakukan setiap hari pda pagi siang dan sore. Pengamatan ini dilakukan sampai imago tersebut mati. Sementara itu pengukuran suhu dan kelembaban menggunakan termohigrometer dilakukan setiap hari pada waktu pagi, siang, dan sore. Individu A. glycines yang masih hidup pada setiap harinya diperoleh data peluang hidup (lx) dan keperidian harian (mx). Dari data neraca kehidupan tersebut, dilakukan perhitungan untuk menentukan parameter statistik demografi yaitu: laju reproduksi kotor (GRR), laju reproduksi bersih (R0), laju pertumbuhan intrinsik (rm), dan masa generasi (T). Laju reproduksi kotor (GRR) adalah jumlah keturunan betina per induk yang dihasilkan oleh suatu individu yang hidupnya mencapai umur maksimal (GRR = Σ mx). Laju reproduksi bersih (R0) adalah banyaknya keturunan betina yang dihasilkan oleh imago betina dalam setiap generasi (R0 = Σ lxmx). Laju pertumbuhan intrinsik (rm) adalah kapasitas suatu populasi mengalami peningkatan, dimana nilai yang diperoleh ditentukan dalam berbagai aspek yang berhubungan dengan sejarah kehidupan organisme yaitu kematian, kelahiran, dan waktu perkembangan (rm = Σ lxmxe-rx, dengan r awal = ln (R0)/T). Masa generasi (T) adalah waktu yang dibutuhkan sejak nimfa dilahirkan sampai menjadi imago dan melahirkan nimfa untuk pertama kalinya (T = Σ Xlxmx/Σ lxmx). Data yang diperoleh dalam penelitan ini, selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan software Microsoft Office Excel 2007 Worksheet. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa A. glycines mempunyai tahap perkembangan meliputi fase nimfa A. glycines instar satu sampai instar empat dengan rataan perkembangan berturut-turut berlangsung selama 1,000; 1,118; 1,068; 1,091 hari. Rataan siklus hidup A. glycines terjadi selama 4,352 hari dengan jumlah keperidian sebanyak 50,363 individu/imago betina. Rataan lama hidup A. glycines terjadi selama 12,843 hari. Tipe perkembangan populasi A. glycines tergolong kedalam tipe I, karena kematian dalam jumlah sedikit pada awal perkembangan kemudian akan mengalami penurunan secara perlahan seiring bertambahnya umur dan kematian dalam jumlah besar pada umur tua. Nilai statistik demografi A. glycines pada tanaman kedelai diperoleh antara lain nilai laju reproduksi kotor (GRR) sebanyak 50,373 individu/generasi, nilai laju reproduksi bersih (R0) sebanyak 35,681 individu/induk/generasi, nilai laju pertambahan intrinsik (rm) sebanyak 0,285 individu/induk/hari, dan nilai masa generasi (T) selama 12,557 hari