Pengaruh Penambahan Ekstrak Wortel (Daucus Carota L.) Dalam Pengencer Tris Aminomethan Kuning Telur Terhadap Kualitas Semen Beku Kambing Boer

Main Authors: Simbolon, Chairun Nisa Aperi, Prof. Dr. Ir. Sri Wahjuningsih, , M.Si.,
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/194952/1/Chairun%20Nisa%20Aperi.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/194952/
Daftar Isi:
  • Inseminasi buatan merupakan salah satu metode bioteknologi reproduksi yang digunakan untuk meningkatkan mutu genetik ternak. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan inseminasi buatan ialah kualitas dari semen beku yang digunakan. Proses pembekuan semen dapat menyebabkan terjadinya cekaman dingin (cold shock) pada spermatozoa dan kerusakan membran plasma spermatozoa akibat dari reaksi peroksidasi lipid oleh radikal bebas yang dihasilkan selama proses metabolisme sehingga menurunkan kualitas semen. Kerusakan membran spermatozoa dapat diminimalkan dengan menambahkan antioksidan dalam pengencer. Wortel (Daucus carota L.) mengandung senyawa antioksidan berupa vitamin C dan β-karoten. Kandungan βkaroten dalam wortel berperan sebagai senyawa antioksidan pemutus reaksi rantai reaksi peroksidasi lipid. Pengencer kombinasi ekstrak wortel (Daucus carota L.) dengan trisaminomethan kuning telur diharapkan mampu mempertahankan kualitas semen beku kambing Boer. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Sumbersekar dan Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya yang dimulai pada 10 Januari - 26 Februari 2022. Tujuan dari penelitian untuk menganalisis pengaruh penambahan ekstrak wortel (Daucus carota L.) dalam pengencer tris aminomethan kuning telur terhadap kualitas semen beku kambing Boer. Hasil dari penelitian diharapkan dapat memperoleh pengencer semen dengan kualitas baik melalui penambahan ekstrak wortel (Daucus carota L.) yang tepat pada pengencer tris aminomethan kuning telur dan diharapkan juga dapat menjadi referensi kepada akademisi terkait penambahan ekstrak wortel (Daucus carota L.) dalam pengencer tris aminomethan kuning telur. Materi yang yang digunakan dalam penelitian ialah semen segar dari pejantan kambing Boer dengan kriteria motilitas massa minimal 2+, motilitas individu minimal 70%. Pengencer yang digunakan ialah tris aminomethan kuning telur dengan penambahan ekstrak wortel (Daucus carota L). Pembuatan ekstrak wortel (Daucus carota L.) dilakukan di UPT Materia Medica Batu Malang. Gliserol yang digunakan sebanyak 13% sebagai krioprotektan intraseluler. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 10 ulangan yaitu P0: 80% pengencer tris aminomethan + 20% kuning telur, P1 : 80% pengencer tris aminomethan + 20% kuning telur + 1% ekstrak wortel, P2 : 80% pengencer tris aminomethan + 20% kuning telur + 2% ekstrak wortel dan P3 : 80% pengencer tris aminomethan + 20% kuning telur + 3% ekstrak wortel. Masing-masing perlakuan dimasukkan kedalam straw dan diletakkan dalam goblet lalu disimpan dalam kontainer berisi nitrogen cair dengan suhu -196oC. Tiap perlakuan diamati pada tahap before freezing dan post thawing. Variabel yang diamati meliputi persentase motilitas individu, viabilitas, abnormalitas dan integritas membran plasma. Analisis data yang digunakan adalah analisis ragam (Analysis of variance/ ANOVA), apabila terdapat hasil yang berbeda nyata (P<0,05) atau berbeda sangat nyata (P<0,01) maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan (Duncan’s Multiple Range Test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak wortel (Daucus carota L.) dengan konsentrasi yang berbeda dalam pengencer tris aminomethan kuning telur setelah pembekuan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase motilitas individu, viabilitas dan integritas membran plasma spermatozoa (P<0,01). Persentase motilitas individu spermatozoa dari nilai perlakuan tertinggi hingga terendah secara berurutan yaitu P1 (49 ± 3,9%), P2 (47 ± 2,6%), P0 ( 40 ± 3,3%) dan P3 (39 ± 3,9%). Berdasarkan hasil analisis ragam dan uji lanjut duncan menunjukkan bahwa P1 merupakan perlakuan terbaik. Hal tersebut menunjukkan penambahan ekstrak wortel 1% dalam pengencer tris aminomethan kuning telur mampu mempertahankan motilitas individu semen beku kambing Boer. Penambahan ekstrak wortel lebih 2% (P2) memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap P1 namun kemampuan mempertahankan motilitas individu tidak sebaik pada perlakuan P1. Motilitas individu P0 lebih rendah dari P1 dan P2 diduga spermatozoa mengalami stres oksidatif akibat kurangnya antioksidan dalam media pengencer semen P0. Berdasarkan rataan pada P3 dengan penamabahan ekstrak wortel 3% merupakan motilitas individu terendah dari setiap perlakuan, diduga penambahan ekstrak wortel yang terlalu banyak akan menjadi toksik bagi spermatozoa, mengingat pada ekstrak wortel mengandung senyawa tanin dan fenol. Persentase viabilitas spermatozoa dari nilai perlakuan tertinggi hingga terendah secara berurutan yaitu P1(65,89 ± 1,4%), P2 (63,31 ± 2,0%), P3 (60,86 ± 2,7%) dan P0 (59,73 ± 2,5%). Berdasarkan hasil analisis ragam dan uji lanjut duncan menunjukkan bahwa P1 merupakan perlakuan terbaik. Hal tersebut menunjukkan penambahan ekstrak wortel 1% dalam pengencer tris aminomethan kuning telur mampu mempertahankan viabilitas spermatozoas semen beku kambing Boer. Penambahan ekstrak wortel lebih 2% (P2) memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap P1 namun kemampuan mempertahankan viabilitas spermatozoa tidak sebaik pada perlakuan P1. Viabilitas spermatozoa P0 lebih rendah dari P1, P2 dan P3. Spermatozoa pada P0 mengalami stres oksidatif akibat kurangnya antioksidan dalam media pengencer semen P0. Persentase integritas membran plasma spermatozoa dari nilai perlakuan tertinggi hingga terendah yaitu P1(65,31 ± 2,0%), P2 (62,72 ± 1,8%), P3 (61,39 ± 2,0%) dan P0 (60,08 ± 2,4%). Perlakuan P0 dan P3 menunjukkan persentase rataan integritas membran plasma terendah. Spermatozoa pada perlakuan P0 mengalami cold shock dan stres oksidatif akibat kurangnya aktioksidan dalam media pengencer P1. Secara alami proses metabolik dan fisiologis normal spermatozoa akan menghasilkan radikal bebas, jika spermatozoa tidak mampu mengatasi kerusakan akibat radikal bebas pada akhirnya spermatozoa akan mengalami kematian. Pada P3 merupakan kualitas terendah dari perlakuan P1 dan P2 hal inidikarenakan ekstrak etanol wortel (Daucus carota L.) mengandung tanin dan fenol. Senyawa tanin dan fenol merupakan senyawa yang dapat mengganggu motilitas spermatozoa. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak wortel (Daucus carota L.) yang ditambahkan maka semakin tinggi pula kandungan tanin dan fenol yang bersifat toksik dan dapat menyebabkan kematian pada spermatozoa (Putranti, Kustono dan Ismaya, 2010). Rusdi (2003) menambahkan bahwa kadar tanin yang semakin meningkat dapat menghambat pergerakan spermatozoa, hal ini dikarenakan tanin mampu mengikat protein komplek, karbohidrat dan lemak. Penambahan ekstrak wortel (Daucus carota L.) dengan konsentrasi yang berbeda dalam pengencer tris aminomethan kuning telur setelah pembekuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase abnormalitas spermatozoa (P>0,05). Berikut persentase abnormalitas spermatozoa dari nilai perlakuan terendah hingga tertinggi secara berurutan yaitu P1 (5,56 ± 1,7%), P2 (6,03 ± 1,5%), P3 ( 6,55 ± 1,2%) dan P0 (7,04 ± 0,5%). persentase abnormalitas pada P0 dan P3 menunjukkan angka abnormalitas lebih tinggi dari pada P1 dan P2 yang artinya penambahan ekstrak wortel 1 -2 % merupakan konsentrasi yang optimal. Perlakua P0 spermatozoa mengalami cold shock dan stres oksidatif akibat kurangnya aktioksidan dalam media pengencer P0, sehingga persentase abnormalitas tinggi. Perlakuan P3 angka persentase abnormalitas lebih tinggi dari P1 dan P2, hal ini dikarenakan penambahan ekstrak wortel lebih dari 2% menyebabkan toksik pada spermatozoa. Ekstrak etanol wortel (Daucus carota L.) mengandung tanin dan fenol. Senyawa tanin dan fenol merupakan senyawa yang dapat mengganggu motilitas spermatozoa. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak wortel (Daucus carota L.) yang ditambahkan maka semakin tinggi pula kandungan tanin dan fenol yang bersifat toksik dan dapat menyebabkan kematian pada spermatozoa Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan ekstrak wortel (Daucus carota L.) dengan konsentrasi berbeda dalam pengencer tris aminomethan kuning telur berpengaruh terhadap kualitas semen beku kambing Boer ditinjau dari motilitas individu, viabilitas dan integritas membran plasma spermatozoa dengan perlakuan terbaik didapatkan pada P1 yaitu 80% tris aminomethan + 20% kuning telur + 1% ekstrak wortel. Penambahan ekstrak wortel (Daucus carota L.) dengan konsentrasi berbeda dalam pengencer tris aminomethan kuning telur tidak berpengaruh terhadap kualitas semen beku kambing Boer ditinjau dari abnormalitas spermatozoa. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai penggunaan ekstrak wortel (Daucus carota L.) dalam pengencer tris aminomethan kuning telur pada konsentrasi yang berbeda terhadap kualitas semen beku kambing Boer untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.