Pemodelan Pergerakan Pejalan Kaki Di Kota Manado
Daftar Isi:
- Transportasi merupakan unsur utama pembentuk kota yang berkaitan dengan banyak hal, antara lain kegiatan perekonomian, kesehatan manusia, bahkan lingkungan hidup. Disadari atau tidak, pengaruh kualitas lingkungan terhadap terjadinya outdoor activities secara umum mendasari penciptaan area pejalan di perkotaan. Kota Manado adalah Ibukota Propinsi Sulawesi Utara dengan luas wilayah 157,26 Km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 415.115 jiwa. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang bertambah mengakibatkan banyaknya aktivitas dan variasi kegiatan dilakukan, termasuk berjalan kaki. Nasib pejalan kaki di Kota Manado kurang diperhatikan, bahkan cenderung diabaikan. Secara kasat mata pada beberapa titik dan jalur pedestrian di Kota Manado ternyata tidak berfungsi secara maksimal karena penggunaan material trotoar yang kurang tepat seperti terlalu licin, mudah rusak, berlubang, kondisi yang tidak rata konstruksinya sehingga menyebabkan pejalan kaki harus turun kebadan jalan untuk melanjutkan perjalanan, penempatan papan reklame yang tidak pada tempatnya, tidak adanya pepohonan sebagai peneduh, beralihfungsinya pedestrian menjadi tempat berjualan PKL, tempat pangkalan gojek, dan torotar menjadi tepat parkir bagi kendaraan bermotor. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan kenyamanan dan keamanan pejalan kaki belum terakomodasi dengan baik sehingga menyebabkan rendahnya minat masyarakat untuk menggunakan pedestrian yang ada. Dengan demikian kota Manado mengalami permasalahan transportasi semakin kompleks. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik pejalan kaki di Kota Manado , mengetahui karakteristik pelayanan fasilitas pejalan kaki di Kota Manado, menentukan model pergerakan pejalan kaki di Kota manado dan menetapkan standar pelayanan minimal untuk pejalan kaki di Kota Manado. Penelitian ini dilakukan di Kota Manado dengan data yang didapatkan adalah data primer melalui survai kuisioner terhadap 100 responden yang mewakili pejalan kaki di Sembilan titik lokasi. Metode yang dipakai dalam analisis pada penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, Structural Equation Modelling (SEM) dan Importanace Performance Analysis (IPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Karakterstik responden pejalan kaki di Kota Manado, mayoritas adalah usia yang produktif dalam melakukan perjalanan yaitu 25 tahun dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 58%, dan perjalanan dengan jalan kaki juga masih diminati semua kalangan pekerja sebesar 41%. Pejalan kaki di kota Manado mempunyai tingkat keseringan dalam melakukan perjalanannya adalah setiap hari. (2) Menurut aspek pengelolaan untuk pejalan kaki memiliki 4 atribut yang termasuk kedalam tingkat prioritas tinggi (kuadran 1). (3) Menurut aspek Teknis Transportasi dan Fasilitas untuk pejalan kaki memiliki 5 atribut Mahasiswa PDTS PMD Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Guru Besar Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 3 Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya ii yang termasuk kedalam tingkat prioritas tinggi (kuadran 1). (4) Menurut kualitas pelayanan (KL) untuk pejalan kaki memiliki 3 atribut yang termasuk kedalam tingkat prioritas tinggi (kuadran 1). (5) Menurut kepuasan pelanggan dinilai dari hasil analisis IPA yang didasarkan pada penilaian dari tingkat kepentingan dan kepuasan masingmasing atribut. Pada analisis tersebut menyebutkan bahwa kepuasan pejalan kaki (KP) untuk pejalan kaki memiliki 14 atribut yang termasuk kedalam tingkat prioritas tinggi (kuadran 1). (6) Model hubungan pejalan kaki meliputi dua hal sebagai berikut: (a) Model hubungan yang terdapat pada kualitas pelayanan dipengaruhi oleh dua aspeka yaitu: Aspek pengelolaan dan Aspek Teknis Transportasi dan Fasilitas, (b) Model hubungan yang terdapat pada kepuasan pejalan kaki dipengaruhi oleh tiga aspek yaitu: Aspek kualitas pelayanan, Aspek pengelolaan dan Aspek Teknis Transportasi dan Fasilitas. (7) Pedoman Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk kepuasan pejalan kaki dikota Manado disusun dengan mengacu pada kebijakan dan referensi yang ada dengan memperhatikan indikator-indikator : Kemudahan, Frekuensi, Ketersediaan, Keamanan dan Estetika. Dari hasil penelitian maka dapat direkomendasikan bahwa dalam dalam memprioritaskan perbaikan dan peningkatan pelayanan kepuasan pejalan kaki maka harus didasarkan kepada kepentingan, harapan dan kepuasan pengguna. Pedoman di dalam pembangunan dan pengoperasian moda pejalan kaki untuk yang diprioritaskan maka Standar Pelayanan Minimal yang di susun dalam penelitan ini dapat menjadi referensi untuk menyusun Standar Pelayanan minimal moda pejalan kaki di Manado. Perlu adanya jaminan keterpaduan, baik dari aspek penataan bangunan dan lingkungan, aksesilibitas antar lingkungandan kawasan, maupun sistim transportasi. Perlu dipertimbangkan suatu sistem transportasi yang mengakomodasi pejalan kaki. Akomodasi pejalan kaki dapat dilakukan dengan membuat suatu kebijakan agar pejalan kaki terjamin dalam sistem transportasi. Sehingga dapat disarankan perlu dilakukan kajian dan penelitian yang mengkaji kinerja dan penetapan standar pelayanan minimal pejalan kaki yang belum terakomodasi dalam penelitian ini. Perlu dilakuka kajian lebih lanjut untuk menetapkan Walkability Index atau Walkability Score yang mencerminkan kualitatif suatu kawasan tentang kenyamanan transportasi dengan berjalan kaki. Untuk penelitian selanjutnya dapat pula dipertimbangkan variabel responden dari pihak pemerintah sehingga dapat meningkatkan kepuasan pengguna moda tersebut. Perlu dilakukan program jangka pendek oleh pemerintah untuk perbaikan fasilitas pejalan kaki yang ada.