Analisis Sebaran Panjang, Panjang Berat dan Status Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Layang yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi

Main Authors: Ramadia, Ninda, Muhammad Arif Rahman, S.Pi, M. App.Sc, Dr. Ir. Dewa Gede Raka Wiadnya, M.Sc
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/194583/1/Ninda%20Ramadia.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/194583/
Daftar Isi:
  • Hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi merupakan ikan layang. Terdapat beberapa jenis spesies namun ikan layang disana masih belum jelas identitas jenis spesiesnya. Terdapat banyak famili carangidae tapi untuk pembeda jenis ikan layang masyarakat prigi masih kurang bisa memahami perbedaannya. Contohnya pada saat penelitian pada bulan Februari, Maret dan April tahun 2022 terdapat ikan layang yang mendarat di PPN Prigi masyarakat menyebutnya ikan layang saja, ada juga yang menyebutnya ikan layang benggol atau bahasa lokalnya menyebut ikan teropong janggel. Membicarakan tentang ikan layang, ikan layang ini merupakan ikan pelagis kecil yang hasil tangkapannya dominan di PPN Prigi. Tahun 2020 hasil tangkapan ikan layang menurun sangat drastis yaitu sebesar 70% dari tahun sebelumnya total hasil tangkapan tahun 2019 sebesar 13.395.232 kg, sedangkan tahun 2020 hanya 3.167.167 kg ikan deles (Prigi, 2020). Penurunan drastis juga terjadi pada ikan layang benggol dari tahun 2020 terdapat 1.043.686 kg sedangkan tahun 2021 terdapat 183.003 kg, diikuti dengan perubahan ikan layang anggur tahun 2020 terdapat 619.283 kg dan pada tahun 2021 terdapat 384.236 kg. Kelestarian dari ikan layang sangatlah penting untuk dijaga. Salah satu untuk menjaga kelastarian ikan layang tersebut dengan memperhatikan hubungan panjang dan berat ikan layang (data primer). Pertumbuhan panjang dan berat ikan layang perlu kita ketahui karena, mengetahui hal tersebut menjadi tahu ikan layang yang ditangkap pertumbuhannya seperti apa dan bisa juga untuk digolongan sudah memijah atau belum melalui referensi jurnal yang menjelaskan mengenai berapa ukuran ikan layang pertama kali matang gonad. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sudah mencapai mana tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan ikan layang. Tujuannya adalah supaya ikan layang lestari. Untuk mengetahui lestari itu perlu menganalisis data sekunder yaitu hasil tangkapan ikan layang (data statistik PPN Prigi) supaya tahu berapa tangkapan ikan yang diperbolehkan tahun kedepannya. Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, tepatnya di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan mengambil data primer yaitu panjang dan berat ikan layang biru dan meminta data sekunder berupa data statistik tahun 2012-2021. Pengambilan sampel berupa ikan layang biru dilakukan pada bulan Februari-April 2022. Pengambilan sampel dilakukan di dermaga timur tepatnya di gudang es. Sampel yang ada di Gudang es adalah sampel dari hasil tangkapan kapal purse seine/pukat cincin yang dioperasikan dengan 1 kapal. Ukuran kapal tersebut antara lain 30 GT dan 70 GT. Biasanya kapal ini melaut sekitar 5-8 hari namun, rata-rata 7 hari baru mendarat. Metode yang peneliti gunakan antara lain schaefer, FOX, dan feedback harvest control rule (FHCR). Peneliti menggunakan ketiga metode tersebut untuk membandingkan tingkat pemanfaatan ikan layang. Dengan menggunakan ketiga metode tersebut diharapkan peneliti mengetahui metode mana yang cocok untuk mengetahui kelestarian ikan layang yang ada di PPN Prigi. Model Schaefer merupakan pola yang terbentuk dari persamaan kuadratik nilai koefisien a dan b melalui regresi linear. Model Schaefer hanya berlaku apabila nilai slope (b) negatif dengan arti dalam penambahanan upaya penangkapan akan menyebabkan nilai CPUE menurun dan apabila nilai b dalam perhitungannya positif, maka tidak perlu dilanjutkan perhitungan potensi dan upaya penangkapan optimumnya karena penambahan upaya penangkapan masih memungkinkan untuk meningkatkan hasil tangkapan. Schaefer bertujuan untuk mengetahui jumlah tangkapan yang diperbolehkan (YJTB), jumlah hasil tangkapan maksimum lestari (YMSY), upaya maksimum lestari (FMSY), menduga tingkat pemanfaatan (Wiranata & Wisudo, 2018). Metode FOX lebih ke memperhitungkan tingkat penurunan upaya penangkapan (Hutagalung et al., 2015). Metode FHCR merupakan mengestimasikan banyaknya kuota tangkapan yang diperbolehkan agar sumber daya tetap lestari. FHCR mampu menganalisis multispesies ikan dengan sangat baik. FHCR untuk mengetahui stok ikan tahun 2022 atau bisa dikatakan allowable biological catch (ABC) dan allowable biological effort (ABE) (Eikeset et al., 2013). Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan ikan yang disebut oleh masyarakat prigi ikan layang benggol yang didaratkan di PPN Prigi pada bulan Februari-April adalah ikan layang biru, namun masyarakat Prigi menyebutnya ikan layang benggol atau nama lokalnya teropong janggel/benggol. Terbukti pada saat di lapang ditandai dengan perbedaan linea lateralis dan bentuk rahang dari pada ikan layang biru. Pada ikan layang biru linea lateralisnya terdapat scute lalu depannya scute masih terdapat garis panjang 18-39 sisik. Dan pada rahang ikan layang biru diketahui memiliki bentuk rahang lurus miring ke bawah (gambar 9)(Carpenter & Niem, 1999). Hasil pengolahan data primer panjang dan berat ikan layang biru di PPN Prigi berupa persebaran panjang ikan yang tertangkap dan hubungan panjang dan berat ikan. Persebaran panjang yang didaratkan yaitu berda pada rentang 11-33,2 cm yang berarti ikan yang tertangkap masih banyak terdapat ikan-ikan berukuran kecil. Sedangkan rata-rata panjang ikan layang biru yang tertangkap di PPN Prigi pada bulan Februari = 23,1 cm, Maret = 22,7 cm, dan April = 23,6 cm. Data primer diambil sebanyak 17 kali dari bulan Februari-april 2022 yang terkumpul 10.031 ekor ikan layang biru. Pengukuran panjang untuk menganalisis length frequency dan pengukuran berat untuk menganalisis length weight. Berdasarkan nilai low confidence dan up confidence didapatkan 9 cohort atau kumpulan populasi kelahiran tahun yang sama. Cohort ini ditentukan berdasakan nilai low confidence dan up confidence yang saling berhimpitan, dikatakan berhimpitan ketika ada dua garis yang terbentuk dari nilai low confidence dan up confidence yang berhimpitan. Cohort 1 = 23,446-25,837; 23,997-24,554; 23,826-24,198; 24,143-24,655, cohort 2 = 22,373-23,412; 22,819-23,161; 22,856-23,275; 22,677-23,024; 22,737-23,140; 22,915-23,347; cohort 3 = 21,230-21,671; cohort 4 = 21,654-22,276; cohort 5 = 22,306-22,694; cohort 6 = 22,352-22,806; cohort 7 = 23,039-23,494; cohort 8 = 23,144-23,555; cohort 9 = 23,232-23,686. Hubungan panjang dan berat selama bulan Februari-April didapatkan bahwa nilai b= 3,1. Hubungan panjang dan berat berarti tergolong kedalam pola pertumbuhan alometrik positif dimana pertumbuhan panjang lebih lambat dari pada pertumbuhan berat dan sebaliknya. Apabila pecah per bulan hubungan panjang dan berat ikan pada bulan Februari 2022 nilai b sebesar 3,1 yang berarti alometrik positif. Bulan Maret nilai b sebesar 3,1 yang berarti alometrik positif. Sedangkan bulan April nilai b sebesar 2,8 yang berarti alometrik negatif. Pengolahan Schaefer menggunakan data sekunder spesies Ikan Layang (Decapterus spp) tahun 2012-2021 yang menggunakan alat tangkap purse seine 1 kapal, purse seine 2 kapal, jaring insang, payang, pancing tonda, pancing ulur. Nilai FMSY sebesar -204 trip, YMSY sebesar -4 ton, UMSY sebesar 0, 0181 ton/trip, YJTB sebesar -2,58 ton. Hasil pengolahan Tingkat pemanfaatan ikan layang tahun 2012-2021 didapatkan nilai -271036% yang artinya metode Schaefer tidak dapat digunakan dalam menentukan status pemanfaatan ikan layang. Sedangkan Schaefer bisa dianalisis ketika menggunakan data sekunder spesies Ikan Layang Anggur (Decapterus kurroides) tahun 2018-2021 yang menggunakan alat tangkap purse seine 1 kapal, purse seine 2 kapal, payang, dan pancing ulur. Nilai FMSY sebesar 13.744 trip, YMSY sebesar 453 ton, UMSY sebesar 0,0330 ton/trip, YJTB sebesar 317.42 ton. Hasil pengolahan Tingkat pemanfaatan ikan layang anggur tahun 2018-2021 didapatkan nilai 130% yang artinya status pemanfaatan spesies decapterus kurroides dalam status pemanfaatan over exploited. Pengolahan FOX menggunakan data sekunder spesies Decapterus spp tahun 2012-2021 yang menggunakan alat tangkap alat tangkap purse seine 1 kapal, purse seine 2 kapal, jaring insang, payang, pancing tonda, pancing ulur. nilai FMSY sebesar 3.719 trip, YMSY sebesar 87 ton, UMSY sebesar 0,023432795 ton/trip, YJTB sebesar 61 ton. Hasil pengolahan Tingkat pemanfaatan ikan layang anggur tahun 2018-2021 didapatkan nilai 11.476% yang artinya status pemanfaatan spesies Decapterus spp dalam status pemanfaatan tidak teridentifikasi. Namun dapat terindikasi pada saat FOX menggunakan data sekunder spesies Ikan Layang Anggur (Decapterus kurroides) tahun 2018-2021 yang menggunakan alat tangkap purse seine 1 kapal, purse seine 2 kapal, payang, dan pancing ulur. Nilai FMSY sebesar 6.206 trip, YMSY sebesar 435 ton, UMSY sebesar 0,070129648 ton/trip, YJTB sebesar 304,64 ton. Hasil pengolahan Tingkat pemanfaatan ikan layang anggur tahun 2018-2021 didapatkan nilai 135% yang artinya status pemanfaatan spesies Decapterus kurroides dalam status pemanfaatan over exploited. Pada metode FHCR hasil pengolahan data sekunder didapatkan bahwa nilai ABC2022 didapatkan sebesar 1.563.894 ton yang berat hasil tangkapan ikan layang harus diturunkan dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil pengolahan data sekunder idapatkan bahwa nilai ABE2022 didapatkan sebesar 3.412 trip yang berat upaya penangkapan harus diturunkan dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa ikan layang yang didaratkan di PPN Prigi bulan Februari-April 2022 adalah ikan layang biru (Decapterus macarellus) dengan ciri pembedanya dibagian linea lateralis dan bentuk rahang menurut buku carpenter. Hubungan panjang dan berat ikan layang biru dari keseluruhan pengambilan data primer yaitu alometrik positif (b>3) yang artinya pertumbuhan berat lebih cepat dari pada pertumbuhan panjangnya denan nilai nilai b sebesar 3,1. pengukuran panjang ikan layang biru menggunakan ukuran forked length (FL). Metode yang dapat digunakan dalam analisis tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan ikan layang adalah metode feedback harvest control rule (FHCR). Dikarenakan metode FHCR bisa menganalisis multispesies dengan maksimal. nilai ABC2022 didapatkan sebesar 1.563,894 ton yang berat hasil tangkapan ikan layang harus diturunkan dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil pengolahan data sekunder idapatkan bahwa nilai ABE2022 didapatkan sebesar 3.412 trip yang berat upaya penangkapan harus diturunkan dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan model surplus produksi (Schaefer dan FOX) bisa menganalisa hasil tangkapan ikan dengan baik apabila 1 spesies jenis ikan.