Deteksi Perubahan Luasan Padang Lamun Menggunakan Citra Satelit Landsat di Perairan Pulau Lemukutan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat
Main Authors: | Lee, Miserio Dias Roceangho David, Citra Satrya Utama Dewi, S.Pi., M.Si, Ir. Aida Sartimbul, M.Sc., Ph.D |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/194490/1/Miserio%20Dias%20Roceangho%20David%20Lee.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/194490/ |
Daftar Isi:
- Ekosistem lamun merupakan komponen pendukung wilayah pesisir dan pantai yang memiliki berbagai fungsi ekologis. Ekosistem lamun rentan terhadap ancaman kerusakan baik akibat manusia maupun faktor alam. Pulau Lemukutan memiliki keanekaragaman sumberdaya hayati laut dan berbagai jenis ekosistem yang potensial untuk dimanfaatkan, salah satunya ekosistem lamun. Penelitian mengenai perubahan luasan padang lamun perlu diperbaharui untuk mengetahui kondisi tutupan padang lamun terkini. Informasi tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan untuk pengelolaan wilayah pesisir oleh pemerintah Kabupaten Bengkayang serta pentingnya informasi mengenai distribusi spasial dan temporal padang lamun di Pulau Lemukutan. Teknologi satelit penginderaan jauh memiliki kemampuan merekam data dan informasi secara luas, berulang dan lebih terinci untuk mendeteksi perubahan ekosistem. Pengindraan jauh merupakan suatu teknik yang memungkinkan orang dapat mengumpulkan data tanpa langsung kelapangan. Data yang digunakan merupakan data Citra Satelit Landsat 8 OLI dan Landsat 7. Data tersebut terdiri dari tahun 2010, 2015 dan 2020. Tutupan lamun di perairan Pulau Lemukutan tergolong miskin atau rusak akibat dari berbagai faktor yaitu aktivitas lingkungan sekitar, kondisi oseanografis (kimia maupun fisika), dan penggunaan alat tangkap. Distribusi spasial lamun tiap tahunnya berbeda. Pada tahun 2010 luasan lamun 279,09 hektar, tahun 2015 luasan lamun 250,02 hektar, dan pada tahun 2020 luasan lamun sebesar 71,64 hektar. Secara temporal dari tahun 2010 – 2020 distribusi lamun di perairan Pulau Lemukutan mengalami penurunan. Penurunan paling drastis terjadi pada tahun 2015 – 2020 yaitu sebesar 178,38 hektar. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan status pulau ini sebagai destinasi wisata sejak tahun 2004.