Penerapan Metode Analitycal Hierarchy Process Untuk Menentukan Prioritas Pengembangan Objek Wisata Pantai Di Kabupaten Cilacap
Main Authors: | Widotomo, Jalu, Mochammad Fattah, S.Pi., M.Si |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/194350/1/Jalu%20Widotomo.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/194350/ |
Daftar Isi:
- Pariwisata adalah kegiatan yang dilakukan sekelompok orang atau orang dalam periode sementara untuk memenuhi kebutuhan rekreasi pada objek wisata yang akan dikunjungi. Penelitian ini dilakukan di objek wisata pantai Kabupaten Cilacap. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan kondisi wisata pantai di Kabupaten Cilacap dan menganalisis prioritas pengembangan pantai untuk wisata di Kabupaten Cilacap dengan metode Analytical Hierarchy Process. Analytical Hierarchy Process merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah komplek menjadi sebuah bentuk hirarki. Jenis penelitian menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data primer melalui kuesioner yang diisi oleh responden dengan sampel penelitian orang ahli, yaitu Pengelola Pantai Teluk Penyu, Widarapayung dan Jetis serta DISPORAPAR Kabupaten Cilacap. Data sekunder melalui literatur jurnal berupa kondisi wisata pantai. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling (teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu). Pantai Widarapayung menawarkan keindahan alam pesona luasnya Samudra Hindia, surfing, berkuda, All Train Vehicle (ATV) dan upacara tradisional ritual adat sedekah bumi. Fasilitas berupa toko souvenir, rumah makan, MCK, mushola, parkir, pos informasi keamanan, sarana komunikasi, dan gazebo. Pantai Teluk Penyu menawarkan keindahan alam pemandangan Pulau Nusakambangan dan aktifitas kapal tanker, berkuda, upacara tradisional ritual adat sedekah bumi dan Festival Naga. Fasilitas berupa toko souvenir, rumah makan, MCK, mushola, parkir, pos informasi keamanan, sarana komunikasi, dan gazebo. Pantai Jetis menawarkan keindahan panorama sunset serta pemandangan pegunungan kapur, taman cemara, hutan wisata mangrove dan upacara tradisional ritual adat sedekah bumi. Fasilitas berupa toko souvenir, rumah makan, MCK, mushola, parkir, pos informasi keamanan, sarana komunikasi. Akses ketiga pantai cukup memadai dengan jalan yang beraspal. Matriks berpasangan antar kriteria dengan aplikasi Expert Choice 11 menghasilkan nilai Inconsistency Ratio menunjukkan 0,05. Matriks perbandingan alternatif menghasilkan nilai Inconsistency Ratio menunjukkan 0,04. Berdasarkan prioritas kriteria menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi prioritas pengembangan wisata pantai, yaitu fasilitas sarana dan prasarana dengan bobot prioritas 0,457, atraksi wisata dengan bobot prioritas 0,357, aksesibilitas dengan bobot prioritas 0.106 dan kelembagaan dengan bobot prioritas 0,081. Berdasarkan prioritas alternatif pantai menunjukkan bahwa pantai yang menjadi prioritas pengembangan wisata pantai, yaitu Pantai Widarapayung dengan bobot prioritas sebesar 0,561, Pantai Jetis dengan bobot prioritas sebesar 0,279 dan Pantai Teluk Penyu dengan bobot prioritas sebesar 0,170. Berdasarkan pembahasan penulis memberikan saran yang diharapkan dapat meningkatkan inovasi dalam penambahan atraksi, yaitu pembuatan Widarapayung Fest dan fasilitas penunjang, yaitu penambahan gazebo,pemisahan tempat sampah, pemisahan toilet berdasarkan jenis kelamin, perbaikan jalan yang rusak maupun peningkatan lahan parkir dan mengoptimalkan potensi wisata yang ada di kawasan Pantai Widarapayung dengan cara mengadakan pelatihan berkelanjutan tentang pengelolaan wisata pantai secara optimal. Peneliti diharapkan dapat mengembangkan lagi penelitian ini dan memasukkan variabel kriteria lain yang mempengaruhi prioritas pengembangan wisata pantai.