Studi Fenomenologi: Pengalaman Psikologis Perempuan Suku Dayak Ma’anyan Menjalani Adat Ipilah
Main Authors: | Lanawati, Dr. dr. Retty Ratnawati, MSc., Dr. Asti Melani Astari, S.Kp.,M.Kep,Sp. Mat. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193944/1/Lanawati.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193944/ |
Daftar Isi:
- Perempuan sering digambarkan sebagai sosok yang lembut dan lemah yang dikonstruksikan dengan sikap pantas dan patut serta diperlakukan secara berbeda. Gambaran fisik yang dimiliki perempuan menimbulkan citra bahwa perempuan adalah makhluk tidak sempurna (second clas), tidak penting (subordinate) dan dipinggirkan (marginalization), sehingga penderita perempuan dalam fenomena sosio-kultural dianggap biasa. Gambaran fisik pada perempuan juga menimbulkan streotif peran gender yang menyebabkan perempuan sering mendapatkan perlakukan tabu dalam seluruh proses biologis yang dialaminya, termasuk kehamilan. Kehamilan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan perempuan dan merupakan masa krisis terjadinya ketidakseimbangan psikologis karena terjadi perubahan identitas serta peran. Kesehatan mental ibu hamil pada masa ini sangat dipengaruhi oleh penerimaannya terhadap kehamilan. Pada masa ini, dukungan sosial penting diberikan agar ibu hamil dapat beradaptasi secara adaptif terhadap kehamilannya. Namun apabila, kehamilan tersebut tidak diinginkan, maka hal tersebut akan menjadi stresor bagi ibu hamil yang akan mempengaruhi psikologis dan menimbulkan stres serta dapat berdampak negatif pada ibu hamil. Kehamilan yang tidak diinginkan seperti kehamilan di luar nikah masih dipandang tabu di Indonesia, demikian pula dalam suku Dayak Ma’anyan di Kalimantan Tengah. Hal tersebut dianggap sebagai pelanggaran dari perilaku buruk yang harus segera diperbaiki kembali dengan membayar sanksi adat dalam sebuah acara yang disebut Ipilah. Acara adat Ipilah ini dilakukan untuk memberikan efek jera dan pelaku pelanggaran dapat diterima kembali di tengah masyarakat adat. ironisnya, pelaksanaan adat dapat memperberat stresor pada ibu hamil serta menimbulkan diskriminasi karena hanya diberlakukan pada perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeskplorasi pengalaman psikologis perempuan suku Dayak Ma’anyan menjalani acara adat Ipilah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretive dan dianalisis dengan Interpretive Phenomenological Analysis (IPA). Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dibantu panduan daftar pertanyaan yang telah dibuat. Lama wawancara berkisar antara 20 – 90 menit, menggunakan bahasa Dayak Ma’anyan. Teknik tersebut dipilih untuk dapat mengeskplorasi pengalaman dari partisipan. Pada penelitian ini, peneliti mengintergrasikan ungkapan partisipan dengan respon non verbal serta intonasi suara dari setiap kata yang diucapkan. Penelitian ini melibatkan 5 (lima) orang partisipan yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan dan dipilih