Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Physalis Angulata L. Terhadap Jumlah Vaskuler, Kadar Malondialdehid (MDA), dan Ekspresi NFkB Pada Ginjal Tikus Wistar Jantan Model Disfungsi Endotel Yang Diinduksi L-NAME
Main Authors: | Febianti, Zahrah, Dr. drg. Nur Permatasari,, MS, Dr. dr. Setyawati Soeharto,, M.Kes |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193683/1/Zahrah%20Febianti.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193683/ |
Daftar Isi:
- Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan global dengan biaya tinggi. Hemodialisis dan transplantasi ginjal masih menjadi manajemen utama ketika proses penyakit mencapai stadium akhir. Faktor komorbid terbanyak dari penyakit ini adalah hipertensi dan diabetes. Sedangkan penyakit kardiovaskuler adalah penyebab mortalitas tertinggi dari penyakit ini. Patomekanisme yang menghubungkan antara penyakit ginjal dengan faktor komorbidnya dan dengan penyebab mortalitasnya adalah disfungsi endotel. Pada disfungsi endotel terjadi penurunan bioavailabilitas vasodilator, terutama NO, sehingga memicu kondisi prokoagulasi, proinflamasi, disregulasi pertumbuhan dan remodelling vaskuler. Salah satu bentuk remodelling vaskuler akibat defisiensi NO adalah fragmentasi vaskuler. Fragmentasi vaskuler menyebabkan berkurangnya densitas kapiler ginjal. Penurunan densitas kapiler ginjal berkaitan dengan proses penuaan dan penyakit degeneratif akibat disfungsi endotel. Pada disfungsi endotel juga terjadi stres oksidatif dan inflamasi. Stres oksidatif di ginjal akan merusak sel ginjal dan menghasilkan senyawa akhir hasil peroksidasi lipid yang dinamakan malondialdehid (MDA). Stres oksidatif juga akan memperparah inflamasi melalui peningkatan ekspresi dan aktivasi faktor transkripsi, NFkB. NFkB akan meningkatkan sintesis sitokin proinflamasi. Pada jaringan yang normal, iskemia dan inflamasi akan diikuti mekanisme kompensasi yaitu pembentukan pembuluh darah baru. Namun, pada disfungsi endotel kompensasi ini terganggu akibat adanya remodelling vaskuler berupa fragmentasi mikrovaskuler. Belum jelas apakah terdapat hubungan antara inflamasi, stres oksidatif, dan fragmentasi vaskuler yang terjadi pada ginjal dengan disfungsi endotel. Begitu kompleksnya efek iskemia dan inflamasi dalam patogenesis penyakit ginjal kronik akibat disfungsi endotel, sehingga dibutuhkan manajemen medikamentosa yang bersifat pencegahan dan dapat mengatasi ketidakseimbangan biovailabilitas NO pada disfungsi endotel. Daun ceplukan, Physalis angulata L., berdasarkan penelitian terdahulu diketahui memiliki kandungan bahan aktif fisalin yang dapat meningkatkan kadar NO secara in vitro dan memiliki efek antiinflamasi melalui inhibisi TNFα. Pemberian ekstrak air daun ceplukan pada tikus model disfungsi endotel diharapkan dapat mencegah penurunan kadar NO sehingga mencegah terjadinya stres oksidatif dan inflamasi ginjal yang pada akhirnya akan memicu proses perbaikan jaringan melalui angiogenesis dan mencegah fragmentasi vaskuler ginjal. Metode penelitian ini adalah true experimental dengan sampel tikus Wistar jantan, yang diinduksi L-NAME 40 mg/kgBB secara intraperitonel selama 15 hari. Pemberian L- NAME sebagai analog L-arginin akan menghambat sintesis NO sehingga terjadi ketidakseimbangan biovailabilitas NO seperti yang terdapat pada kondisi disfungsi endotel. Tikus Wistar jantan dibagai menjadi lima kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (NS 40 mg/kgBB intraperitoneal), kelompok kontrol positif (L-NAME 40 mg/kgBB i.p), kelompok dosis 1 (L-NAME 40 mg/kgBB dan diberi ekstrak air daun ceplukan dengan dosis 500 mg/kgBB peroral), kelompok dosis 2 (L-NAME dan ekstrak air daun ceplukan dengan dosis 1500 mg/kgBB), kelompok dosis 3 (L-NAME dan diberi ekstrak air daun ceplukan dengan dosis 2500 mg/kgBB). Variabel yang diukur antara lain adalah jumlah vaskuler sebagai penanda perbaikan jaringan, kadar MDA sebagai penanda stres oksidatif, dan ekspresi NFkB sebagai penanda inflamasi. Kadar MDA diukur melalui reaksi Thiobarbituric acid reaction (TBARs) dengan spektrofotometri. Sedangkan ekspresi NFkB dianalisis dengan immunohistokimia menggunakan antibodi p65. Jumlah vaskuler dihitung dengan mikroskop cahaya perbesaran 400x pada preparat yang dicat HE. Analisa data dilakukan dengan uji -tidak berpasangan dan ANOVA dengan signifikansi p < 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi L-NAME 40 mg/kg BB i.p selama 15 hari dapat meningkatkan kadar MDA dan ekspresi NFkB namun tidak signifikan, dan dapat menurunkan jumlah vaskuler ginjal namun tidak signifikan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh mekanisme autoregulasi ginjal yang tidak hanya dipengaruhi NO, namun juga angiotensin. Mekanisme autoregulasi ini kemungkinan masih intak sehingga diperlukan waktu induksi yang lebih lama atau dosis L-NAME yang lebih besar. Peningkatan kadar MDA dan ekspresi NFkB dapat dicegah pada pemberian dosis ekstrak 500 mg/kgBB dan dosis 1500 mg/kgBB, namun pada dosis 2500 mg/kgBB justru terjadi peningkatan kadar MDA dan peningkatan ekspresi NFkB bila dibandingkan dosis kontrol positif. Hal ini kemungkinan terjadi akibat efek senyawa bioaktif lain yang terdapat dalam daun Physalis angulata L. yang bersifat prooksidan dan diduga efeknya menjadi lebih dominan ketika dosisnya ditingkatkan. Selain itu, peningkatan kadar NO yang berlebihan yang dapat terjadi akibat pemberian ekstrak, akan memberikan efek prooksidan dan proinflamasi. Sementara itu, pemberian ekstrak dosis 500 mg/kgBB dan dosis 1500 mg/kgBB dapat meningkatkan jumlah vaskuler ginjal secara signifikan, namun pada dosis 2500 mg/kgBB justru mengakibatkan penurunan jumlah vaskuler walaupun tidak signifikan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh terjadinya peningkatan kadar NO yang berlebihan pada kedua dosis tersebut sehingga justru memicu apoptosis vaskuler. Dapat disimpulkan bahwa suplementasi ekstrak air daun Physalis angulata pada dosis tertentu dapat mencegah fragmentasi vaskuler, stres oksidatif, dan inflamasi ginjal pada tikus Wistar jantan yang diinduksi L-NAME.