Vaksinasi Peroral Hemaglutinin 49,8 Kda Subunit Pili Shigella Flexneri Menginduksi Respon Imun Mukosa Ig A Sekretori Dan Il-17 Serum Pada Mencit Balb/C
Main Authors: | Prasetya, Adrian, Prof. Dr. dr. Sumarno, DMM,, Sp.MK (K), Prof. Dr. Dra. Sri Winarsih,, M.Si, Apt. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193671/1/Full%20Text_Adrian%20Prasetya.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193671/ |
Daftar Isi:
- Shigellosis merupakan infeksi diare akut yang disebabkan oleh bakteri Shigella sp. Angka kejadian Shigellosis mencapai 188 juta kasus diseluruh dunia dengan case fatality rate sekitar 0,09% tiap tahunnya. Walaupun jarang bersifat fatal, Shigellosis berkaitan dengan angka kejadian stunting dan peningkatan resiko mortalitas dari penyakit infeksi lain, oleh karena itu, pencegahan dengan vaksinasi menjadi sangat penting dilakukan. Di Indonesia sendiri, epidemiologi terbaru Shigellosis sulit diketahui secara pasti, karena pemeriksaan laboratorium yang masih terbatas dan tersamarkannya dengan sebutan diare secara umum, namun dari epidemiologi etiologi di beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan, dari keempat spesies Shigella sp., Shigella flexneri merupakan spesies yang paling sering menyebabkan Shigellosis. Hingga saat ini belum ada vaksin yang berlisensi dan efektif yang tersedia untuk Shigella sp. dikarenakan banyaknya diversitas antigen O polisakarida strain Shigella sp., oleh karena itu beberapa jenis kandidat vaksin Shigellosis yang masih dalam tahap penelitian dan perkembangan terus digencarkan. Pengembangan vaksin yang efektif harus didasarkan pada patogenesis mikroba penyebab dan sebagai tahap pertama dalam perjalanan penyakit, Shigella sp. harus mampu melakukan adhesi atau perlekatan yang diperankan oleh pili dan OMP. Bakteri yang tidak mampu melakukan adhesi akan dikeluarkan dari tubuh oleh cairan mukus dan gerakan peristaltik tubuh, oleh karena itu vaksinasi dengan bahan antigen pili maupun OMP akan lebih efektif sebagai kandidat bahan vaksin karena mampu mencegah adanya perlekatan tersebut. Beberapa protein pili Shigella flexneri juga telah diidentifikasi diantaranya protein dengan berat molekul 49,8 kDa yang memiliki titer hemaglutinin yang paling tinggi. Vaksinasi melalui rute per oral juga dianggap lebih efektif dalam dalam mencetuskan imunitas mukosa yang penting untuk mencegah infeksi patogen yang melibatkan mukosa seperti Shigella sp. Selain itu, vaksinasi peroral dinilai lebih ekonomis, tidak invasif dan minimun resiko infeksi akibat penggunaan jarum suntik serta memiliki profil keamanan yang tinggi sehingga cocok diterapkan di negara berkembang seperti di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikkan adanya peningkatan respon imun yang ditandai peningkatan kadar s-Ig A pada mukosa usus mencit dan peningkatan kadar IL-17 pada serum darah mencit yang divaksinasi dengan molekul hemaglutinin 49,8 kDa subunit pili Shigella flexneri. Metode penelitian dimulai dari kultur Shigella flexneri pada media selektif Salmonella Shigella Agar dan media Thioproline carboate Glutamate (TCG) untuk memperkaya pertumbuhan pili. Hasil kultur bakteri, kemudian dilakukan pemotongan pili dengan pili cutter desain Sumarno. Selanjutnya, dilakukan viii profiling menggunakan SDS-PAGE dan purifikasi protein dengan metode elektroelusi untuk mendapatkan protein pili dengan berat molekul 49,8 kDa sebagai bahan kandidat vaksin. Pada penelitian ini digunakan hewan coba mencit balb/c jantan usia 6-8 minggu, setelah aklimatisasi selama 1 minggu, kelompok perlakuan kemudian divaksinasi peroral dengan molekul hemaglutinin 49,8 kDa yang telah dikonjugasikan dengan CTB selama 28 hari, yaitu pada hari 7, 14, 21 dan 28. 7 hari setelah dosis vaksin terakhir, mencit kemudian dikorbankan sesuai protokol etik. Selanjutnya, dilakukan pembedahan untuk pengambilan sampel kerokan mukosa usus untuk diukur kadar s-Ig A dan pengambilan darah dari jantung untuk diukur kadar IL-17 dengan metode ELISA. Hasilnya dilakukan analisa statitistik. Berdasarkan hasil uji Mann Whitney untuk data pengukuran kadar IL-17 didapatkan, terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dengan (p<0,001). Sedangkan untuk hasil uji T-independent untuk hasil data pengukuran kadar s-Ig A juga didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan (p<0,001). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian molekul hemaglutinin 49,8 kDa subunit pili Shigella flexneri sebagai kandidat vaksin dapat mencetuskan respon imun yang penting dalam sistem imun mukosa yang ditunjukkan adanya peningkatan yang bermakna untuk kadar s-Ig A pada mukosa usus mencit dan kadar IL-17 pada serum darah mencit. Namun dari kesimpulan tersebut masih perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui protektifitas molekul hemaglutinin 49,8 kDa subunit pili Shigella flexneri sebagai kandidat vaksin dengan metode MLIL dan uji protektifitas terhadap spesies Shigella sp. lain untuk pengembangan vaksin yang homolog