Peran TGF-β1 terhadap Ekspresi RHO GTPase, GSK3, JNK, MMP-2, b-katenin dan a-SMA pada Kultur Sel Myofibroblas Orbital Soket Kontraktur
Main Authors: | Dewi, Debby Shintiya, Dra. Diana Lyrawati, Apt.,M.Kes.,Ph.D., Dr. dr. RR. Tinny Endang Hernowati, SpPK. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193630/1/DEBBY%20SHINTIYA%20DEWI.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193630/ |
Daftar Isi:
- Orbital soket kontraktur, selanjutnya disebut sebagai soket kontraktur, merupakan masalah yang sering terjadi pada Soket anoftalmia. Pada keadaan ini protesa (mata palsu) tidak dapat terpasang dengan baik, sehingga menimbulkan masalah kosmetik bagi penderita. Soket kontraktur memberikan gambaran klinis hilangnya fornik dengan scar dan granulasi. Soket kontraktur dapat terjadi akibat keradangan kronik atau trauma kimia/api. Pemakaian protesa juga dapat menyebabkan iritasi kronis sehingga menimbulkan respon berupa proses penyembuhan luka kronis. Penatalaksanaan soket kontraktur sampai saat ini masih menjadi dilema dan tantangan bagi dokter mata. Dilaporkan tidak lebih dari 50% kasus yang membaik dengan operasi. Hal ini dapat dicapai dengan perluasan area menggunakan flap dan graft. Keberhasilan rekonstruksi soket dicapai bila dapat dibentuk fornik yang dalam, soket yang stabil dan permukaan konjungtiva yang luas, sehingga dapat menahan protesa pada posisi baik secara kosmetik dan mempertahankan fungsi kelopak mata. Penyebab tersering terjadinya soket kontraktur kembali segera setelah operasi rekonstruksi karena jaringan fibrosis tersebut terjadi kembali dengan cepat pada saat proses penyembuhan luka operasi rekonstruksi soket ulang. Saat ini belum didapatkan penanganan soket kontraktur yang efektif dan efisien. Beberapa studi menyebutkan berbagai teknik belum benar-benar dapat mencegah terjadinya soket kontraktur dan berulangnya keadaan ini pada penderita pasca operasi rekonstruksi. Pencegahan ini dapat dimungkinkan apabila telah diketahui penyebab biomolekular terjadinya soket kontraktur dan atau berulangnya keadaan tersebut. Patogenesis terjadinya soket kontraktur dapat disebabkan oleh banyak faktor. TGF-b1 sebagai sitokin profibrotik utama merupakan salah satu faktor penyebab dan dapat pula dipengaruhi oleh faktor atau protein yang lain. Pada penelitian ini difokuskan pada TGF-b1 dan beberapa protein yang berhubungan dan merupakan sinyaling lanjutan dari TGF-b1 sampai terjadinya fibrosis soket kontraktur. TGF-b adalah sitokin multifungsional yang meregulasi morfogenesis dan diferensiasi jaringan melalui sel proliferasi, diferensiasi, apoptosis dan produksi matrik ekstraselular. TGF-β memegang peranan terbesar pada setiap fase pada proses penyembuhan luka pada mata dengan meningkatkan sekresi growth factor yang terlibat pada migrasi sel, proliferasi, deposisi ECM dan pembentukan myofibroblas. Oleh karenanya TGF-β masih menjadi target kunci yang potensial untuk intervensi pengobatan proses scarring. TGF-b merupakan sitokin profibrotik dan peningkatan kadarnya berperan penting dalam deposisi kolagen dan matrik ekstraseluler, penyembuhan luka dan pembentukan scar pada jaringan soket kontraktur. Sinyal TGF-β1 melalui jalur Smad- dependen dan Smad-independen. Jalur Smad-dependen (Smad2/3) mengaktifkan perubahan seluler yang diinduksi TGF-β, misalnya sintesa dan sekresi kolagen yang akan meningkatkan pembentukan scar. Jalur sinyaling Smad-independen (melalui mitogen-activated protein kinase (MAPK), phosphoinositide 3 kinase (PI3K) atau Rho/rho-associated kinase) meningkatkan penyembuhan luka. Namun sampai saat ini mekanisme molekuler yang menjadi pencetus dan meregulasinya masih dipelajari lebih jelas. TGF-β1 berinteraksi dengan jalur sinyaling lain seperti Wnt/ β-catenin dan Rho untuk menginduksi efek biologis. Induksi TGF-β1 akan mengaktivasi Rho GTPase, GSK3, JNK dan b-catenin. Pada akhirnya sinyaling tersebut akan meningkatkan aktivitas matrik metaloproteinase-2 (MMP-2) dalam pembentukan ECM dan remodeling jaringan ikat, serta meningkatkan kadar a-SMA sebagai protein utama dalam diferensiasi fibroblas menjadi myofibroblas.Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah peran TGF-ß1 terhadap ekspresi RHO GTPase, GSK3, JNK, MMP-2, b-katenin dan a-SMA pada kultur sel myofibroblas orbital soket kontraktur? Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan model invitro yang terbagi dalam 2 tahap. Penelitian tahap 1 bertujuan untuk mengetahui pengaruh TGF-ß1 dan jumlah pasase terhadap ekspresi a- SMA dan perubahan morfologi sel pada kultur myofibroblas soket kontraktur. Penelitian tahap 2 bertujuan untuk menganalisa pengaruh TGF-ß1 berbagai dosis terhadap ekspresi RHO GTPase, GSK3, JNK, MMP-2, b-katenin dan a-SMA pada kultur sel myofibroblas soket kontraktur. Pemeriksaan ekspresi a-Sma dengan imunohistokimia dan mikroskop konfokal. Pemeriksaan ekspresi RHO GTPase, GSK3, JNK, MMP-2, b- katenin dan a-SMA menggunakan ELISA KIT, sedang morfologi sel fibroblas dan atau myofibroblas diperiksa dengan pembesaran 100x dengan mikroskop inverted Olympus IX 71 dan pembesaran 400x dengan CLSM FV1000 Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa peningkatan jumlah subkultur/pasase meningkatkan ekspresi a-SMA dan tidak merubah morfologi sel myofibroblas menjadi fibroblas. Pemberian TGF-β1 10 ng/mL tidak mampu mempertahankan, bahkan menurunkan ekspresi a SMA dan morfologi sel tetap dalam bentuk myofibroblas dengan peningkatan jumlah pasase. Peningkatan dosis TGF-β1 pada subkultur/pasase 3 menurunkan ekspresi a-SMA dan tidak terdapat perubahan morfologi sel myofibroblas. Morfologi sel myofibroblas tidak dapat berubah kembali menjadi fibroblas. Peningkatan dosis TGF-ß1 meningkatkan ekspresi JNK, sedikit meningkatkan ekspresi RHO GTPase, menurunkan ekspresi GSK3 dan a-SMA, serta tidak berpengaruh pada ekspresi MMP-2 dan b-katenin pada kultur sel myofibroblas soket kontraktur.