Evaluasi Kualitas Air Kolong Berbagai Umur Pasca Penambangan Timah Di Bangka Belitung Berdasarkan Struktur Komunitas Plankton Sebagai Biondikator

Main Authors: Liliani, Rosa, Dr. Dra. Catur Retnaningdyah, M.Si, Dr. Endang Arisoesilaningsih,, MS
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193538/1/Rosa%20Liliani.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193538/
Daftar Isi:
  • Provinsi penghasil timah terbesar di Indonesia adalah Bangka Belitung. Dampak dari aktivitas penambangan timah adalah terbentuknya lubang-lubang besar yang menurut istilah di wilayah Bangka Belitung disebut kolong. Kolong pasca penambangan timah tersebut dibiarkan begitu saja dan selanjutnya terisi air limbah penambangan yang bercampur air hujan hingga menyerupai kolam yang besar. Kolong pasca penambangan timah pada dasarnya memiliki tingkatan umur yang berbeda-beda. Warna air kolong berbeda-beda tergantung pada tingkat umur kolong. Perbedaan warna ini diduga juga dipengaruhi oleh kualitas badan air di kolong tersebut. Evaluasi perbedaan kualitas air kolong berdasarkan tingkat umur kolong belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi profil lingkungan dan kualitas ekosistem riparian, mengevaluasi profil kualitas air berdasarkan parameter fisika kimia air dan menganalisis profil struktur komunitas, diversitas dan beberapa indeks biotik dari plankton sebagai bioindikator di kolong pasca penambangan timah berbagai umur. Hasil pemantauan digunakan untuk dasar rekomendasi pengelolaan kolong berdasarkan model keterkaitan antar parameter yang diamati. Sampel air diambil di sembilan kolong pasca penambangan timah dan satu rawa sebagai reference site. Pada tiap kolong ditentukan tiga stasiun penelitian dan diamati fisika kimia air (pH, suhu air, turbiditas, konduktivitas, COD, dan total fosfat) serta plankton. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 15 dan PAST untuk melihat pengelompokan masing-masing kolong, identifikasi plankton menggunakan indeks biotik (Taxa Richness, Indeks Nilai Penting, Indeks Diversitas (Margalef, Shannon- Wiener, Simpson), TDI, dan %PTV). Penentuan model keterkaitan berdasarkan beberapa variabel menggunakan WarpPLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetasi riparian di sekitar kolong bervariasi yaitu berupa jenis pohon, perdu, serta herba. Aktivitas manusia di sembilan kolong pasca penambangan timah berbagai umur yang diamati secara umum dapat berupa aktivitas wisata, pemancingan, MCK, dan tambang aktif. Sementara itu, rawa memiliki substrat dasar tanah dengan hutan di sekitarnya. Kualitas ekosistem riparian di sembilan kolong sudah terdegradasi ditandai dengan rendahnya nilai indeks Naturalness dan tingginya nilai indeks Hemeroby dibandingkan dengan rawa alami. Hasil pemantauan parameter fisika kimia air di sembilan kolong pasca penambangan timah berbagai umur dan juga rawa alami menunjukkan variasi dengan kisaran suhu air 29,8-33,9oC, pH 3,27-7,05, turbiditas 1,06-490,67 NTU, konduktivitas 10,64-278 μS/cm, COD 8,98-18,98 mg/l, dan total fosfat <0,0010-0,2867 mg/l. Kualitas air kolong dipengaruhi oleh umur, semakin tua umur kolong, kualitas fisika kimia air semakin bagus. Profil struktur komunitas plankton dan beberapa indeks biotik sebagai bioindikator kualitas air di kolong pasca penambangan timah dan rawa alami juga bervariasi. Kekayaan taksa plankton tidak dipengaruhi umur kolong yaitu 6-16 taksa (umur kolong ii < 10 tahun), 12-21 taksa (umur 10-20 tahun) dan 14-20 taksa (kolong umur > 30 tahun). Rawa sebagai pembanding kualitas baik dengan umur >30 tahun ditemukan nilai taksa paling tinggi yaitu sebanyak 24 taksa. Berdasarkan perhitungan indeks nilai penting (INP), spesies Nitzschia sp. dan Navicula. sp yang termasuk Kelas Bacillariophyceae mendominasi di semua lokasi penelitian. Berdasarkan indeks diversitas Shannon Wiener (H), kualitas air kolong berumur 10 tahun sampai > 30 tahun mempunyai kualitas lebih baik (1,62-3,32) dibandingkan kolong berumur <10 tahun (0,86-2,57). Aktivitas manusia berupa penambangan timah yang masih terus aktif di Air Beluluk dapat menyebabkan kualitas air kolong menjadi tercemar berat dengan nilai H terendah yaitu 0,3. Air kolong pasca penambangan timah di Bangka Belitung berdasarkan nilai TDI menunjukkan status nutrisi air menurun dibandingkan dengan rawa yaitu dari eutropik (TDI 56-72) menjadi meso-eutropik (TDI 39-44). Umur kolong tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai TDI. Berdasarkan Percentage Tolerant Value (%PTV) tingkat pencemaran organik di kolong Air Pedada tergolong ringan, sedangkan di Air Jangkang 2 dan rawa tergolong sedang. Tingkat pencemaran organik di air kolong lainnya termasuk berat dengan nilai PTV 62-94%. Berdasarkan hasil model keterkaitan menggunakan WarpPLS, umur kolong, aktivitas manusia, dan kualitas ekosistem riparian memengaruhi kualitas air (parameter fisika, kimia maupun berdasarkan indeks biotik dari plankton sebagai bioindikator). Semakin tua umur kolong, kualitas ekosistem riparian semakin bagus dan aktivitas manusia semakin sedikit, sehingga dapat meningkatkan kualitas air. Berdasarkan hasil penelitian ini direkomendasikan pengelolaan kolong melalui upaya penurunan aktivitas manusia (penambangan timah, kolong sebagai tempat wisata) dan meningkatkan kualitas vegetasi riparian dengan melakukan penanaman berbagai jenis vegetasi.