Perbandingan Lama Menjadi Kader Terhadap Kinerja Kader Posyandu yang Dimediasi Pengetahuan dan Motivasinya pada Pencegahan Stunting di Puskesmas Pagelaran dan Gedangan

Main Authors: Afifa, Irma, Dr. Lilik Zuhriyah,, SKM, M.Kes;, dr. Muljo Hadi Sungkono,, SpOG(K)
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193526/1/Irma%20Afifa.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193526/
Daftar Isi:
  • Stunting merupakan kondisi gizi kronis dengan indikator panjang atau tinggi badan menurut umur dengan nilai z-score kurang dari-2SD. Stunting dapat berdampak pada terganggunya tumbuh kembang balita. Salah satu penyebab terjadinya stunting dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu dalam mengoptimalkan pemberian gizi dan nutrisi selama periode 1000 Hari Pertama Kehidupan. Kurangnya pengetahuan tersebut dapat diatasi dengan pemberian edukasi gizi oleh kader posyandu. Berdasarkan pilar penanganan stunting disebutkan bahwa pemberdayaan kesehatan masyarakat dilakukan dengan melibatkan kader posyandu. Kader posyandu berwewenang untuk memberikan penyuluhan gizi ataupun kesehatan kepada ibu hamil, menyusui, dan ibu balita. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan pengetahuan, motivasi, lama menjadi kader terhadap kinerja kader pada program pencegahan stunting. Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Pagelaran dan Puskesmas Gedangan dikarenakan Puskesmas Pagelaran memiliki prevalensi stunting tertinggi di Kabupaten Malang,sedangkan Puskesmas Gedangan memiliki prevalensi stunting terendah di Kabupaten Malang. Kabupaten Malang juga termasuk dalam 100 wilayah prioritas stunting. Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan peranan lama menjadi kader, motivasi, pengetahuan, dan kinerja kader pada program pencegahan stunting di masing-masing wilayah Puskesmas Pagelaran dan Gedangan. Metode penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi komparatif. Data dianalisis menggunakan uji beda untuk membandingkan variabel lama menjadi kader, pengetahuan, motivasi, dan kinerja kader. Sebelum dilakukan analisis uji beda terlebih dulu variabel tersebut dilakukan transformasi data MSI dari data ordinal menjadi data interval. Perbandingan mekanisme peranan lama menjadi kader terhadap kinerja kader yang dimediasi pengetahuan dan motivasi kader di masing-masing wilayah Puskesmas Pagelaran dan Gedangan dianalisis menggunakan analisis jalur. Sebelum dilakukan uji analisis tersebut terlebih dulu dilakukan uji homogenitas pada karakteristik kader meliputi usia, pendidikan, dan pekerjaan. Data dianalisis menggunakan SPSS windows 25. Penelitian menghasilkan karakteristik demografi kader posyandu Pagelaran dan Gedangan teridentifikasi sebagian besar berusia 34-40 tahun, berpendidikan SMP dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pengetahuan kader posyandu Puskesmas Pagelaran berbeda dengan pengetahuan kader posyandu Puskesmas Gedangan. Nilai mean pengetahuan kader posyandu Pagelaran (69.96) lebih rendah dibandingkan nilai mean pengetahuan kader posyandu Puskesmas Gedangan (79,44). Motivasi kader posyandu kedua puskesmas tidak berbeda signifikan (p>0,05). Meskipun demikian motivasi kader posyandu Puskesmas Gedangan (43,17) diketahui lebih tinggi dibandingkan motivasi kader posyandu Puskesmas Pagelaran (41,78) berdasarkan skor nilai mean motivasi kader. Lama menjadi kader tidak terbukti berbeda signifikan (p>0,05) pada kedua puskesmas. Namun, hasil mean lama menjadi kader menunjukkan kader posyandu di Puskesmas Pagelaran ( 2.17) memiliki durasi waktu yang lebih lama menjadi kader dibandingkan kader posyandu di Puskesmas Gedangan (2,08). Kinerja kader posyandu berbeda signifikan (p<0,05) di kedua wilayah Puskesmas Pagelaran dan Gedangan dengan perolehan nilai mean kinerja kader posyandu Puskesmas Gedangan (86,27) lebih tinggi dibandingkan kader posyandu Puskesmas Pagelaran (80,22).Mekanisme peran pengetahuan, motivasi, dan perananan lama menjadi kader dalam menentukan kinerja kader berbeda antara Puskesmas Pagelaran dan Puskesmas Gedangan. Pada Puskesmas Pagelaran variabel lama menjadi kader tidak berpengaruh terhadap pengetahuan, motivasi, dan kinerja kader. Hanya didapatkan pengaruh pengetahuan dan motivasi kader terhadap kinerja kader. Pada Puskesmas Gedangan lama menjadi kader berpengaruh terhadap pengetahuan kader, meskipun pengetahuan kader tidak berpengaruh terhadap kinerja kader. Lama menjadi kader juga tidak berpengaruh terhadap motivasi dan kinerja kader. Hanya didapatkan variabel motivasi kader yang berpengaruh terhadap kinerja kader. Hal ini dapat disimpulkan meskipun terdapat perbedaan mekanisme jalur di masing masing wilayah Puskesmas, namun di kedua wilayah tersebut variabel pengetahuan dan motivasi tidak terbukti sebagai variabel mediasi lama menjadi kader terhadap kinerja kader. Hasil analisis jalur motivasi kader Puskesmas Pagelaran berpengaruh (r=0,318), sedangakan motivasi kader di Puskesmas Gedangan berpengaruh (r=0,331) terhadap kinerja kadernya. Berdasar hasil analisis tersebut motivasi kader di wilayah Puskesmas Gedangan lebih tinggi dibandingkan motivasi kader di wilayah Puskesmas Pagelaran. Adapun angka kejadian stunting di kedua puskesmas tersebut dari tahun 2017-2018 juga menunjukkan bahwa penurunan angka kejadian stunting lebih signifikan terjadi di Puskesmas Gedangan dibandingkan Puskesmas Pagelaran. Pada tahun 2017 angka kejadian stunting di Puskesmas Gedangan pada tahun 2017 sebanyak 32.577 balita menjadi 11.101 balita. Angka kejadian stunting di Puskesmas Pagelaran sebanyak 27.374 balita menjadi 26.052 balita di tahun 2018.