Preferensi Dan Biologi Tungau Tyrophagus Putrescentiae Pada Berbagai Jenis Tepung
Main Authors: | Oxvitasari, Ellysabet Shinta, Dr.Ir. Retno Dyah Puspitarini,, MS. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193508/1/ELLYSABET%20SHINTA%20OXVITASARI.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193508/ |
Daftar Isi:
- Tepung jagung, tepung gandum dan tepung kedelai adalah tiga dari banyak jenis bahan pangan simpanan. Penyimpanan menyebabkan menurunnya kualitas bahan pangan simpanan karena penyimpanan yang terlalu lama, kondisi gudang yang lembab serta serangan serangga hama Tribolium castaneum, Oryzaephilus surinamensis dan tungau. Salah satu tungau yang menyerang bahan simpanan adalah tungau Tyrophagus putrescentiae. Penelitian mengenai preferensi dan biologi tungau T. putrescentiae pada tepung jagung, tepung gandum dan tepung kedelai perlu dilakukan untuk mengetahui jenis tepung yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tungau T. putrescentiae. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2019 di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Laboratorium Toksikologi Pestisida, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Penelitian terdiri dari dua percobaan yaitu uji preferensi tungau T. putrescentiae pada tepung jagung, tepung gandum dan tepung kedelai kemudian uji biologi tungau T. putrescentiae pada tepung jagung dan tepung gandum. Pada kedua percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Percobaan preferensi dilakukan dengan menggunakan metode uji bebas pilihyang dilakukan padaarena preferensi. Arena preferensi dibagi menjadi tiga bagian sama luas dengan panjang pembaginya 3⁄4 jari-jari dan tingginya 0,5 cm. Kemudian ditempatkan tepung jagung, tepung gandum dan tepung kedelai pada masing- masing bagian secara acak, lalu diletakkan 20 pasang imago T. putrescentiae yang berumur 1-3 hari pada tengah arena preferensi. Setelah tiga hari infestasi, jumlah imago yang hadir dan jumlah telur yang diletakkan pada masing-masing tepung dihitung dan dikeluarkan dari arena percobaan. Percobaan biologi terdiri dari pengamatan perkembangan pradewasa, siklus hidup, lama hidup dan keperidian. Percobaan perkembangan pradewasa dilakukan dengan menempatkan sepasang imago ditengah masing-masing arena percobaan yang telah berisikan tepung jagung dan tepung gandum. Setelah satu hari, sepasang imago dikeluarkan dan disisakan satu telur pada arena percobaan. Pengamatan dilakukan dari stadia telur hingga menjadi imago. Pengamatan lama hidup imago dan keperidian dilakukan dengan menempatkan sepasang imago yang muncul pada hari yang sama ditengah masing-masing arena percobaan yang telah berisikan tepung jagung dan tepung gandum. Lama hidup imago jantan dan betina diamati dari hari pertama imago muncul hingga imago mati. Begitu juga dengan telur yang diletakkan imago betina dihitung setiap hari sampai imago betina matidan dicatat. Selain itu, dilakukan juga pengamatan nisbah kelamin dengan menempatkan sepasang imago pada masing-masing arena percobaan yang telah berisi tepung jagung dan tepung gandum dan dibiarkan selama tiga hari hingga bertelur. Telur dibiarkan menjadi imago dan kemudian jumlah imago jantan dan betina yang muncul dihitung. Data preferensi tungau T. putrescentiae dianalisis menggunakan sidik ragam pada taraf kesalahan 5%. Data biologi T. putrescentiae dianalisis menggunakan uji t pada taraf kesalahan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung jagung merupakan pakan yang sesuai bagi kehidupan tungau T. putrescentiae dibandingkan tepung gandum dan tepung kedelai. Hal tersebut terlihat dari total imago dan telur yang diletakkan imago betina T. putrescentiae lebih tinggi (17,50 individu dan 101,80 butir) dibandingkan pada tepung gandum (12,20 individu dan 73,40 butir) dan tepung kedelai (10,30 individu dan 20,70 butir). Perkembangan pradewasa dan siklus hidup lebih singkat pada tepung jagung (14,74 dan 15,74 hari) dibandingkan pada tepung gandum (16,52 dan 17,67 hari). Lama hidup imago jantan dan betina lebih lama pada tepung jagung (15,70 dan 16,55 hari) dibandingkan pada tepung gandum (13,10 dan 14,60 hari)serta keperidian lebih tinggi pada tepung jagung (132,75 butir) dibandingkan pada tepung gandum (89,50 butir