Pengaruh Kitosan Terhadap Kadar Malondialdehid (Mda) Dan Jumlah Atresia Folikel Pada Ovarium Tikus (Rattus Norvegicus) Betina Galur Wistar Yang Terpapar Timbal Asetat (Pb)

Main Author: Destriani, Sri Nengsi
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193441/1/SRI%20NENGSI%20DESTRIANI.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193441/
Daftar Isi:
  • Infertil adalah ketidakmampuan pasangan usia subur untuk memperolah keturunan setelah berhubungan suami istri secara teratur, benar dan tanpa alat kontrasepsi lebih dari satu tahun. Salah satu penyebabnya gangguan ovulasi yaitu berkurangnya cadangan ovarium dikarenakan jumlah atresia folikel meningkat yang disebabkan stres oksidatif. Malondialdehid (MDA) merupakan biomarker stres oksidatif. Salah satu penyebab stres oksidatif adalah timbal asetat (Pb). Dimana Pb mengikat antioksidan dan ALAD yang dapat peningkatan ROS sehingga terjadi stres oksidatif. Stres oksidatif ini menyebabkan terjadinya lipid peroxida, protein piroxida dan kerusakan DNA. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya terjadinya apoptosis sehingga folikel menjadi atresia. Jika folikel banyak atresia maka akan menyebabkan risiko infertil meningkat. Perlunya dicari alternatif antioksidan alamiah diantaranya kitosan yang berasal dari krustasea, molusca dan insekta. Kitosan memiliki gugus amino (NH2) yang menyumbangkan elektronnya dan mengikat timbal asetat sehingga stabil. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kitosan terhadap kadar Malondialdehid dan jumlah atresia folikel ovarium pada tikus (Rattus norvegicus) betina Galur Wistar yang terpapar Pb. Desain penelitian study eksperimental laboratorik dengan post only control group design yang menggunakan 25 tikus (Rattus norvegicus) betina, sehat, tidak hamil, usia 9- 12 minggu dan BB 100-200 gram dibagi menjadi 5 kelompok. Semua kelompok dipaparkan timbal asetat 175 mg/Kg/BB yang di larutkan dengan aquades kecuali kelompok kontrol negatif. Semua kelompok perlakuan diberikan kitosan masing masing 16,32,64 mg/Kg/BB yang di larutkan dengan asam asetat 2% selama 30 hari. Pembedahan dilakukan pada saat fase proestrus dibuktikan dari swab vagina. Pemeriksaan kadar MDA pada ovarium kanan menggunakan spektrofotometri metode MDA-586 dengan menggunakan Kid MDAANWLSSTM Malondialdehyd Assay. Penghitungan jumlah atresia folikel pada ovarium kiri dengan metode pewarnaan haematoxylin Eosin (HE) dilihat mikroskop pembesan 40x. Hasil penelitian dianalisis dan diintrepretasikan menggunakan program komputer SPSS for windows versi 23. Uji Anova One Way dilanjutkan dengan Nyata Terkecil/LSD untuk melihat perbedaan dan Spearman’s rho untuk melihat hubungan pemberian kitosan, kadar malondialdehid dan jumlah atresia folikel ovarium. Perubahan berat badan tikus paling lambat pada P3 hanya 2.6 gram. Pada uji-t sampel bebas (independent sample t test) didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada berat ovarium kiri dan kanan karena p-value > 0,05 (p-value kiri = 0.218 dan p-value kanan = 0.315). Data kadar MDA dan jumlah atresia folikel telah menunjukkan distribusi normal dan homogen karena p-value > dari 0,05. Pada hasil uji t sampel bebas (independent sample t test) menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada kadar MDA dan jumlah atresia folikel antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol positif (p=0.000 < ∝). Rerata kadar MDA dan jumlah atresia folikel kelompok kontrol negatif positif (MDA = 8.94±1.65 dan jumlah atresia folikel = 3.0±2.0) lebih kecil dari pada kelompok kontrol positif (MDA = 17.38±2.22 dan jumlah atresia folikel = 9.8±1.3). Pada uji Anova one way yang dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil/BNT (Least kelima Significant Difference/LSD) didapatkan ada perbedaan yang bermakna pada kadar MDA antar kelompok (p=0.000 < ∝) dengan rerata kadar MDA yang terdekat dengan kelompok kontrol negatif (8.94±1.65cng/mL) adalah vii kelompok P3 (9.02±1.60cng/mL). Ada perbedaan yang bermakna pada jumlah atresia folikel antar kelompok (p=0.000 < ∝) dengan rerata jumlah atresia folikel yang terdekat dengan kelompok kontrol negatif (3.0±2.0) adalah kelompok P3 (4.4±1.82). Pada uji korelasi Spearman's rho didapatkan ada hubungan yang bermakna antara kitosan dengan kadar MDA (p-value = 0.000 < ∝) dengan r = -0.794 (korelasi yang kuat dan berlawanan). Ada hubungan yang bermakna antara kitosan dengan jumlah atresia folikel (p-value = 0.000 < ∝) dengan r = -0.849 (korelasi yang kuat dan berlawanan). Ada hubungan yang bermakna antara kadar MDA dengan jumlah atresia folikel (p-value = 0.000 < ∝) dengan r = 0.838 (korelasi yang kuat dan seiringan). Dapat disimpulkan bahwa kitosan dapat mempengaruhi kadar malondialdehid (MDA) dan jumlah atresia folikel pada ovarium tikus (Rattus norvegicus) betina Galur Wistar yang terpapar timbal.