Diversitas Dan Komposisi Odonata Pada Beberapa Tata Guna Lahan Di Malang Dan Batu, Jawa Timur
Main Authors: | Albab, Albert Ulul, Amin Setyo Leksono,, S.Si., M.Si., Ph.D, Dr. Bagyo Yanuwiadi, - |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193388/1/ALBERT%20ULUL%20ALBAB.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193388/ |
Daftar Isi:
- Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, salah satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga. Indonesia memiliki sekitar 250.000 spesies dari 751.000 spesies serangga yang terdapat di bumi. Indonesia terletak di kawasan tropik yang mempunyai iklim yang stabil dan secara geografi adalah negara kepulauan, sehingga memungkinkan bagi segala macam flora dan fauna dapat hidup di negara Indonesia khususnya odonata. Odonata termasuk serangga predator karena semasa hidup baik fase nimfa atau imago memakan serangga yang lebih kecil bahkan kanibal di jenisnya, maka dari itu odonata mempunyai manfaat bagi ekosistem, keberadaannya dapat dijadikan sebagai penyeimbang serangga lain dalam suatu ekosistem, selain itu capung juga termasuk serangga yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan sehingga jumlah nimfa capung dapat dijadikan sebagai indikator perairan. Maka perubahan sekecil apapun dari lingkungan dapat mempengaruhi jumlah serta keberadaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis diversitas, komposisi, dan struktur komunitas odonata yang ditemukan di ekosistem dataran tinggi dan rendah serta di jenis perairan lotik dan lentik, dan untuk mengetahui gambaran tata guna lahan serta hubungannya dengan diversitas odonata di Malang dan Batu. Penelitian dilakukan di beberapa lahan yang dibedakan dari berbagai ketinggian (330 – 1700 mdpl) dan jenis ekosistemnya (lotik dan lentik), adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah melakukan pengamatan langsung (search and direct observation) dengan menghitung keseluruhan individu tiap spesies yang ditemukan di sepanjang area penelitian, selanjutnya adalah pengambilan faktor biotik dan abiotik dengan menggunakan beberapa variable antara lain DO air; Intensitas cahaya; kecepatan angin; kecepatan arus sungai; kelembaban udara; ketinggian lokasi; pH air; suhu air; suhu udara. Selanjutnya analisis tata guna lahan dengan menggunakan GPS dan program ArcGIS ver 10.5 untuk membuat peta tata guna lahan dengan menampilkan tata guna lahan seperti hutan, perkebunan, pertanian, dan pemukiman. Analisis data menggunakan beberapa indeks seperti indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), indeks kemerataan (E), INP, dan kesamaan lahan Bray-curtis serta dilakukan analisis korelasi Spearman guna melihat hubungan antara keanekaragaman dengan faktor biotik dan abiotik serta keaekaragaman dengan gambaran tata guna lahan sehingga dapat dilihat yang paling mempengaruhi antar keduanya. Hasil penelitian menunjukan bahwa populasi didapatkan jumlah keseluruhan Anisoptera pada ekosistem perairan lotik adalah 619 individu terbagi atas 13 spesies dari 3 famili, sedangkan untuk ekosistem perairan lentik adalah 533 individu terbagi atas 15 spesies dari 3 famili. Sub-ordo Zygoptera jumlah keseluruhan pada ekosistem perairan lotik adalah 133 individu terbagi atas 7 spesies dari 4 famili, sedangkan pada ekosistem perairan lentik berjumlah 88 individu terbagi atas 6 spesies dari 4 famili. Indeks keanekaragaman tertinggi Anisoptera di dataran tinggi adalah lokasi AR sebesar 1,83 dan terendah adalah UG dengan 1,22 dengan spesies Orthetrum sabina dan Pantala flavescens mendominasi ii sedangkan sub-ordo Zygoptera indeks tertinggi adalah SCT dengan 1,51 dan indeks terendah adalah UG dengan 0,86 dengan spesies yang mendominasi adalah Agriocnemis pygmaea dan Rhynocypha fenestrata. Indeks keanekaragaman dataran rendah sub-ordo Anisoptera tertinggi adalah lokasi SS dengan 1,95 dan terendah adalah SB dengan 1,29 sedangkan sub- ordo Zygoptera indeks keanekaragaman tertinggi adalah SS dengan 1,13 dan terendah adalah SB sebesar 0,68 dengan spesies mendominasi A. pygmea dan A. femina. Hasil Indeks Nilai Penting (INP) sub-ordo ekosistem perairan lotik didominasi oleh spesies Orthetrum sabina, Orthetrum crysis, dan Neurothemis ramburii yang mana berturut- turut didapatkan nilai sebesar 61,47; 25,28, dan 19,63. sedangkan pada ekosistem perairan lentik didominasi oleh spesies Orthetrum sabina, Pantala flavescens, dan Orthetrum glaucum dengan nilai berturut-turut 53,3; 25,4, dan 19,4. Hasil INP sub-ordo Zygoptera pada ekosistem perairan lotik didominasi oleh spesies Agriocnemis pygmaea, Agriocnemis femina, dan Vestalis luctuosa dengan nilai indeks berturut-turut 49,3; 47,05; dan 35,02. Sedangkan pada ekosistem perairan lentik didominasi oleh spesies Agriocnemis femina, Pseudagrion pruenosum, dan Agriocnemis pygmaea dengan nilai indek masing-masing 82,2; 53,8; dan 17,9. Hasil PCA pada kuadran I terdapat faktor kecepatan arus, kecepatan angin, suhu udara dan suhu air memiliki korelasi yang kuat, kuadran II terdapat faktor DO yang memiliki korelasi yang kuat dengan kemerataan spesies, pada kuadran III terdapat ketinggian dengan kelembaban udara dan keanekaragaman jenis yang memiliki korelasi yang kuat, pada kuadran IV terdapat faktor intensitas cahaya yang memiliki korelasi dengan pH. Hubungan antara spesies dengan variabel tata guna lahan sub-ordo Anisoptera dengan 5 jenis yang mendominasi. Orthetrum sabina memiliki arah korelasi negatif di 3 kategori yaitu pemukiman, perkebunan, dan jalan. Orthetrum crysis terdapat arah korelasi negatif di 4 kategori yaitu pemukiman, pertanian, jalan dan daerah vegetasi. Spesies Neurothemis ramburii, Orthetrum glaucum dan Diplacodes trivialis terdapat arah kolerasi negatif di 5 kategori kecuali kategori hutan dan perairan dengan arah korelasi positif hal ini dikarenakan pada hutan dan perairan memiliki kecocokan sebagai habitat dan minim gangguan manusia. Sedangkan sub-ordo Zygoptera didapatkan hasil spesies Agriocnemis pygmaea, Vestalis luctuosa, dan Rhynocypha fenestrata memiliki arah korelasi negatif di 5 kategori penggunaan lahan yaitu pemukiman, pertanian, perkebunan, jalan, dan daerah vegetasi, dan arah korelasi positif di 2 kategori yaitu perairan dan hutan, Agriocnemis femina dan Pseudagrion pruinosum memiliki arah korelasi negatif di 3 kategori yaitu perairan, jalan, dan hutan