Tingkat Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Sayuran Di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur

Main Authors: Octasari, Anes Putri, Prof. Dr. Ir. Soemarno, , MS, Dr. Ir. Aminudin Afandhi,, MS
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193340/1/Anes%20Putri%20Octasari.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193340/
Daftar Isi:
  • Frekuensi penggunaan yang tinggi dan cara aplikasi pestisida yang tidak bijaksana akan menimbulkan permasalahan baru dalam pembangunan pertanian dan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan tanaman, manusia dan lingkungan. Maka konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan sebuah inovasi dalam yang perlu diadopsi oleh petani dalam meminimalisir penggunaan pestisida kimia. PHT ditetapkan sebagai kebijakan perlindungan tanaman dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 390/Kpts/TP.600/5/1994 mengenai Penyelenggaraan Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu. Salah satu kecamatan di Kota Batu yaitu Kecamatan Bumiaji merupakan sentra produksi sayuran dan sudah menerapkan PHT. Namun dalam penerapan PHT, masih belum optimal sehingga tujuan penelitian ini yaitu untuk mendiskripsikan karakteristik petani, penyuluhan PHT dan peran penyuluh di kecamatan Bumiaji; mendeskripsikan penerapan PHT di kecamatan Bumiaji dan merumuskan prioritas strategi penerapan PHT di kecamatan Bumiaji. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu dan wawancara secara. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan lokasi penelitian dan jumlah responden dengan kriteria petani aktifpernah aktif dalam kelompok tani, petani sedang membudidayakan sayuran, dan petani yang pernah mengikuti SLPHT/tahu PHT. Untuk menentukan prioritas strategi dalam penerapan PHT diperlukan wawancara dan pengisian kuesioner Analysis Hierarchy Process (AHP) oleh tim ahli atau pada penelitian ini yaitu penyuluh. Penentuan strategi ditentukan oleh hasil observasi dan wawancara serta diskusi dengan penyuluh. Setelah strategi pada kuesioner AHP terbentuk maka kegiatan yang dilakukan berikutnya yaitu pengisian kuesioner oleh penyuluh. Karakteristik petani pada penelitian ini terdiri dari rentang usia antara 43-54 tahun, pendidikan formal yang dimiliki pada tingkat SD, lama berusahatani > 24 tahun, tanggungan keluarga < 3 orang, luas lahan petani > 1 ha dan status petani dalam kelompok tani terbanyak sebagai anggota. Penyuluhan PHT yang terdiri xi atas materi, media dan metode telah dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan petani sebagai sasaran pada kegiatan penyuluhan. Peran penyuluh sebagai komunikator, fasilitator dan motivator telah berhasil dalam membina petani. Tingkat penerapan PHT di Kecamatan Bumiaji terdiri atas beberapa komponen diantaranya pemanfaatan musuh alami berada pada kategori sedang; budidaya tanaman pada kategori tinggi; pengamatan berkala pada kategori tinggi; dan petani sebagai ahli PHT pada kategori tinggi. Prioritas strategi yang dianalisa menggunakan AHP dan menghasilkan bobot level pertama penerapan PHT di Kecamatan Bumiaji dari urutan prioritas tertinggi ke terendah yaitu: (1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM); (2) Ketersediaan teknologi; (3) Penyuluhan; dan (4) Pemahaman PHT. Sedangkan untuk prioritas bobot level kedua (kriteria) dalam penerapan PHT di Kecamatan Bumiaji yaitu: (1) Pelatihan; (2) Perilaku petani tentang PHT; (3) PHT teknologi; (4) Materi penyuluhan; (5) PHT ekologi; (6) Metode penyuluhan; (7) Pengetahuan petani tentang PHT; (8) Media penyuluhan; (9) Pertemuan; dan (10) Persepsi petani tentang PHT