Karakteristik Kitosan Sebagai Coating Dan Inhibitor Asam Klorida (Hcl) Terhadap Laju Korosi Pada Besi Astm A36

Main Authors: Hidayatullah, Syarif, Dr. Femiana Gapsari,, S.T., M.T, Dr. Putu Hadi Setyarini,, S.T., M.T.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193272/1/SYARIF%20HIDAYATULLAH.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193272/
Daftar Isi:
  • Reaksi logam secara kimia maupun elektrokimia dengan media korosi untuk membentuk gabungan stabil yang dapat menyebabkan kerusakan pada logam. korosi merupakan salah satu penyakit pada material yang dapat mengurangi yield strength, ultimate strength, ductility, serta dapat menimbulkan kerugian keuangan yang besar sekali, pemborosan sumber daya alam dan membahayakan keamanan. Oleh karena itu korosi harus bisa diperlambat atau bahkan dihentikan. Pengendalian laju korosi dapat dilakukan dengan metode pelapisan ataupun inhibitor korosi. Penggunaan pelapisan dan inhibitor berbahan anorganik atau sintesis memiliki dampak negatif dalam kehidupan seperti beracun dan harga yang mahal. Oleh karena itu perlu pemanfataan bahan-bahan organik seperti limbah sisik ikan, karena memiliki potensi sebagai pengganti bahan pelapis atau inhibitor sintesis untuk perlindungan korosi. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi mekanisme pelapisan dengan elektroforesis dan inhibitor korosi kitosan dari sisik ikan sebagai penghambat laju korosi pada material besi ASTM A36. Pada penelitian ini logam uji yang digunakan besi ASTM A36 dengan ketebalan 3 mm dan serbuk sisik ikan dijadikan kitosan melalui tiga proses yaitu proses deproteinasi (perendaman NaOH 7%), demineralisasi (perendaman HCl 1 M dalam 100 ml) dan proses deasetilasi (perendaman NaOH konsentrasi tinggi yaitu 70%). Perlindungan korosi dilakukan dengan dua metode yaitu metode pelapisan dan metode inhibisi. Proses pelapisan spesimen uji dengan kitosan dilakukan menggunakan metode elektrodeposisi dengan arus dan tegangan masing-masing sebesar 1.5 A dan 15 volt. Variasi waktu pelapisan spesimen uji terdiri dari 10, 20, 30, 40 dan 50 menit. Sedangkan untuk perlindungan metode inhibisi digunakan variasi konsentrasi inhibitor mulai dari 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm, 4000 ppm, 5000 ppm dan 6000 ppm. Untuk masing- masing metode perlindungan korosi, pengamatan laju korosi pada besi ASTM A36 dilakukan dengan pengujian polarisasi (tafel) dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Hasil penelitian laju korosi pada besi ASTM A36 menunjukkan bahwa lama waktu pelapisan dan jumlah konsentrasi inhibitor dari sisik ikan memberikan pengaruh terhadap laju korosi besi ASTM A36. Semakin lama waktu pelapisan elektrodeposisi maka lapisan pelindung korosi yang terbentuk semakin baik, tebal dan rata. Sehingga mampu menghasilkan efektivitas perlindungan yang tinggi juga. Yang mana pelapisan 50 menit menghasilkan efisiensi perlindungan yang paling besar yaitu sebesar 41,152 % dibandingkan dengan lama waktu pelapisan 10, 20, 30, dan 40 menit dengan masing-masing berturut-turut sebesar 37.013 %, 7.243 %, 11.295 % dan 26.373 %. Sedangkan pada perlindungan korosi metode inhibisi nilai efektivitas perlindungan mengalami peningkatan mulai dari 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm dan 4000 ppm dengan nilai efektivitas masing-masing berturut-turut 46,449 %, 56,386 %, 59,691% dan 72,630 % kemudian mengalami penurunan kembali pada konsentrasi 5000 ppm dan 6000 ppm dengan nilai efektivitas masing-masing sebesar 67,388 % dan 59,276 %. Hal ini dikarenakan oleh konsentrasi inhibitor yang ditambahkan melebihi kondisi optimum maka interaksi antar molekul xxx inhibitor lebih besar dibandingkan dengan interaksi antara inhibitor dengan permukaan logam. Nilai rata-rata efektivitas perlindungan korosi dengan metode inhibisi lebih besar dibandingkan dengan metode pelapisan. Hal ini dikarenakan oleh lepisan perlindungan yang terbentuk pada permukaan logam mengalami kerusakan ketika dicelupkan ke dalam larutan HCl, sehingga efektivitas perlindungan yang dihasilkan kurang optimal