Analisis Keseimbangan Air Tanah Di Perumahan Bumi Mondoroko Raya Kecamatan Singosari Kabupaten Malang

Main Author: Romanti, Sulin
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193112/1/SULIN%20ROMANTI.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/193112/
Daftar Isi:
  • Pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Malang berakibat pada tingginya angka kebutuhan rumah dan kemampuan penyediaan rumah bagi masyarakat. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan luas lahan untuk permukiman akan semakin besar pula. Permasalahan keseimbangan air tanah muncul saat terjadi degradasi lingkungan akibat banyaknya aktivitas manusia yang melakukan kegiatan pembangunan dengan mengubah tata guna lahan yang awalnya berfungsi sebagai resapan air menjadi area terbangun, salah satunya adalah berkurangnya fungsi ruang terbuka hijau menjadi fungsi perumahan, Kegiatan pembangunan dan eksplotasi lahan yang sangat cepat dan tidak terkendali ternyata memberikan ancaman pada keberlanjutan air. Guna mengembalikan kestabilan proses hidrologi diperlukan konsep perencanaan pembangunan perumahan yang ramah lingkungan. Melalui penelitian ini diharapkan perencanaan kawasan perkotaan tidak hanya memperhatikan faktor penggunaan lahan saja, akan tetapi perlu mempertimbangkan penatagunaan air untuk menjaga keseimbangan air tanah. Konservasi air merupakan upaya-upaya yang dilakukan agar volume air tanah dan efisiensi penggunaannya meningkat serta memperbaiki kualitas air sesuai peruntukannya. Semakin besar perubahan lahan menjadi bangunan perumahan maka debit limpasan air akan semakin besar pula, namun infiltrasi air akan semakin kecil. Debit limpasan air sebelum ada perumahan dengan kondisi guna lahan untuk ladang tebu sebesar 1,356 m3/s. Setelah terbangun perumahan tapak jumlah debit limpasan air hujan bertambah menjadi 3,074 m3/s atau mengalami kenaikan sebesar 227%. Jika dibangun rumah susun maka jumlah debit limpasan air hujan menjadi 2,305 m3/s atau mengalami kenaikan sebesar 170%. Sedangkan kebutuhan air di area Perumahan Mondoroko Raya sebelum ada perumahan yaitu untuk irigasi tanaman tebu sebesar 60.811 m3 per tahun. Setelah dibangun rumah tapak di seluruh area, kebutuhan air bersih pada tahun 2017 mencapai 544.450 m3 dan apabila dibangun rumah susun di seluruh area, kebutuhan air bersih pada tahun 2017 mencapai 2.890.730 m3. Infiltrasi air hujan saat lahan untuk tanaman tebu sebesar 76.724 m3 per tahun. Setelah dibangun rumah tapak di seluruh area, infiltrasi air hujan sampai tahun 2017 mencapai xi 415.440 m3dan apabila dibangun rumah susun di seluruh area, infiltrasi air hujan sampai tahun 2017 mencapai 722.687 m3. Keseimbangan air tanah yang ada di Perumahan Bumi Mondoroko Raya dihitung dari jumlah akumulasi kebutuhan air dengan jumlah akumulasi ketersedian air atau infiltrasi yang ada. Jika kebutuhan air lebih besar dibandingkan dengan infiltrasi airnya, maka neraca airnya defisit. Demikian sebaliknya jika kebutuhan air lebih kecil dibandingkan dengan infiltrasi airnya, maka neraca airnya surplus. Dari analisis kebutuhan air dan besarnya air yang terinfiltrasi maka neraca air saat lahan untuk tanaman tebu surplus sebesar 15.913 m3 per tahun, setelah dibangun rumah tapak di seluruh area, neraca air sampai tahun 2017 defisit sebesar 373.174 m3 dan apabila dibangun rumah susun di seluruh area, neraca air sampai tahun 2017 defisit sebesar 2.375.733 m3. Oleh sebab itulah, upaya untuk memenuhi defisit air di area Perumahan Bumi Mondoroko Raya dapat dilakukan dengan membangun sumur resapan di area Perumahan Mondoroko Raya, rumah tapak sebanyak 81 unit, ukuran diameter 1,5 meter dan rata-rata kedalaman 12 meter. Kebutuhan sumur resapan untuk rumah susun sebanyak 41 unit, ukuran diameter 3,5 meter dan kedalaman 38,5 meter.