Pengaruh Penerapan Pengelolaan Hama Terpadu Melalui Rekayasa Ekologi Pada Tebu Ratun Terhadap Parasitoid Larva Penggerek Batang Tebu (Saccharum Officinarum L.)

Main Authors: Ummah, Shafira Zahrotul, Dr. Ir. Gatot Mudjiono s, -, Dr. Agr. Sc. Hagus Tarno,, SP., MP.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2020
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192907/1/SHAFIRA%20ZAHROTUL%20UMMAH.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192907/
Daftar Isi:
  • Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) (Poales: Poaceae) termasuk komoditas penting di Indonesia sebagai bahan baku penghasil gula. Produksi tebu di Indonesia selalu mengalami peningkatan pada 2017 - 2019 sebesar 2.121.671, 2.174.400, dan 2.450.000 ton. Namun, kebutuhan gula nasional belum tercukupi oleh produksi tebu. Tahun 2019 kebutuhan gula nasional sebesar 5,8 juta ton, sedangkan produksinya hanya 2,2 juta ton. Kendala penanaman tebu yaitu penerapan ratun yang lebih dari 3 kali dan serangan Penggerek Batang Tebu (PBT). PBT merupakan hama utama yang menurunkan volume nira tebu sebesar 52 - 73%. Kebiasaan petani membakar sisa tanaman tebu saat panen dapat mengurangi populasi musuh alami dari PBT seperti parasitoid. Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) melalui rekayasa ekologi, berpotensi mengendalikan hama dengan memanipulasi agroekosistem untuk mengoptimalkan pengendalian hayati terhadap hama. Agens pengendali hayati yang berpotensi mengendalikan penggerek batang tebu yaitu parasitoid larva. Parasitoid larva lebih efisien sebagai pengendali hama secara hayati karena tidak menyebabkan resistensi dan resurgensi pada hama dan tepat sasaran pada larva. Oleh karena itu, rekayasa ekologi pada tanaman tebu perlu diterapkan sebagai upaya dalam mengurangi populasi penggerek batang tebu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan PHT pada pertanaman tebu terhadap populasi dan intensitas PBT dan parasitoid larvanya. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan dan di Laboratorium Entomologi dan Fitopatologi, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember hingga Maret 2020. Perlakuan yang diberikan adalah penerapan PHT melalui rekayasa ekologi pada tebu ratun serta perlakuan penanaman tebu secara konvensional. Penelitian dilakukan dengan membandingkan perlakuan PHT dan konvensional pada lahan seluas 0,6 ha menggunakan metode destruktif sampel yang diulang sebanyak 2 kali. Pada lahan PHT dan konvensional masing-masing ditetapkan 4 juring. Setiap juring diambil 2 sampel rumpun tebu yang bergejala. Pengamatan dilakukan sebanyak 12 kali selama 3 bulan dengan dilakukan pengacakan juring untuk menentukan juring yang diamati setiap minggunya. Variabel yang diamati yaitu jumlah dan jenis larva PBT, intensitas serangan PBT, jumlah, jenis, dan tingkat parasitasi parasitoid larva PBT. Analisa data dilakukan dengan menggunakan Uji t Wilcoxon Signed Rank menggunakan aplikasi SPSS versi 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penerapan PHT dan konvensional tidak berbeda nyata terhadap populasi dan intensitas serangan PBT serta populasi parasitoid larva PBT. Rerata populasi larva PBT pada perlakuan PHT sebesar 2,20 sedangkan pada konvensional sebesar 2,79. Rerata intensitas serangan penggerek batang pada PHT 6,57 dan pada lahan konvensional 7,08. Parasitoid larva PBT pada kedua perlakuan tidak ditemukan, tetapi ditemukan parasitoid lain sebagai parasitoid larva dan pupa.