Pengaruh Pemberian Escalating Dose Immunotherapy (EDI) Menggunakan Self Antigen dsDNA terhadap Jumlah Sel T Helper 17 (Th17) dan Kadar Interleukin 17A pada Mencit Balb/c Lupus Induksi Pristan

Main Author: Albaar, Thoha Muhajir
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192830/1/Thoha%20Muhajir%20Albaar.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192830/
Daftar Isi:
  • Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan adanya inflamasi tersebar luas, mempengaruhi setiap organ atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi antibodi terhadap autoantigen (self antigen) dan kompleks imun, sehingga mengakibatan kerusakan jaringan. LES merupakan penyakit global yang berkaitan dengan peningkatan kematian usia muda yang terjadi di berbagai belahan dunia. Pasien LES diperkirakan sekitar 5 juta orang yang terdiagnosis dan setiap tahunnya ditemukan lebih dari 100 ribu penderita baru. Penyakit ini sering diderita oleh wanita usia produktif dan tidak sedikit dari wanita penderita LES tersebut yang mengalami penurunan produktivitas dan kemampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Pada LES terjadi hiperreaktivitas sistem imun akibat kegagalan proses toleransi tubuh dalam meregulasi sistem imun sehingga menyebabkan respon imun yang berlebihan serta pembentukan antibodi terhadap self antigen seperti antibodi dsDNA yang dihasilkan oleh sel plasma dan menyebabkan berbagai macam manifestasi klinis LES. Escalating Dose (Antigen-Spesifik) Immunotherapy / EDI adalah metode terapi untuk mensupresi respon imun melaui mekanisme toleransi dengan cara menginjeksikan self-antigen dengan dosis yang bertahap. Metode EDI telah diteliti pada penyakit autoimun multiple sclerosis dan terbukti mampu mengembalikan toleransi imun dengan menginduksi aktivasi dan fungsi pada Treg untuk sekresi sitokin IL- 10 dan TGF-β yang bekerja menekan sel imun autoreaktif termasuk sel T dan sel B. Pada LES, sel Th17 teraktivasi dan memproduksi IL-17A yang berperan dalam memfasilitasi aktivasi sel T dan infiltrasinya menuju jaringan dengan cara meningkatkan regulasi ekspresi intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1) dan matrix metalloproteinase yang menyebabkan keradangan kronis dan kerusakan jaringan. Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan Th17 berkorelasi yang positif dengan aktivitas penyakit LES. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek pemberian terapi EDI menggunakan self-antigen dsDNA dalam berbagai dosis pada mencit Balb/c lupus induksi pristan terhadap persentase sel Th17 dan kadar IL-17A. Metode penelitian yang dilakukan adalah desain eksperimen murni di laboratorium secara in vivo. Mencit betina Balb/c berusia 6-8 minggu dibagi kelompok kontrol negatif (mencit normal, n=5) dan kelompok mencit lupus induksi pristan. Kelompok mencit lupus induksi pristan diberi injeksi 0,5 cc (782μg/ml) pristan secara i.p. Dua belas minggu paska injeksi pristan, mencit dievaluasi manifestasi klinis dan serologis (kadar anti-dsDNA). Mencit yang menunjukkan tanda-tanda lupus atau mencit lupus induksi pristan dibagi menjadi empat kelompok diantaranya kelompok kontrol positif (n=5): mencit lupus induksi pristan tanpa terapi EDI dsDNA, kelompok terapi A (n=5): mencit lupus induksi pristan dengan terapi EDI dsDNA dosis I (0.01 μg/ml, 0.1 μg/ml, 1 μg/ml), kelompok terapi B (n=5): mencit lupus induksi pristan dengan terapi EDI dsDNA dosis II (0.1 μg/ml, 1 μg/ml, 10 μg/ml), dan kelompok terapi C (n=5): mencit lupus induksi pristan dengan terapi EDI dsDNA dosis III (1 μg/ml, 10 μg/ml, 100 μg/ml) diberikan satu kali setiap minggu secara berurutan. Persentase sel Th17 diukur menggunakan metode flowcytometry dari limpa sedangkan kadar IL-17A diukur menggunakan metode ELISA dari serum darah mencit. Analisis data dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji beda dilakukan dengan uji One Way ANOVA jika data terdistribusi normal dan homogen dan uji Kruskal Wallis jika data tidak terdistribusi normal dan atau tidak homogen. Uji post hoc dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok. Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian injeksi pristane secara i.p. dosis tunggal dapat menginduksi tanda-tanda lupus yaitu penurunan berat badan, bulu rontok, penurunan aktivitas dan peningkatan kadar anti-dsDNA secara signifikan. Hasil menunjukkan rata-rata persentase sel Th17 pada kelompok terapi A (3,62 ± 0,37), B (3,86 % ± 1,03), dan C (3,73 % ± 0,49) cenderung mengalami penurunan dibanding kelompok positif (K+) meskipun tidak signifikan. Rata-rata kadar IL-17A pada kelompok terapi A (29,28 ± 2,99) dan C (25,60 ± 3,91) cenderung mengalami penurunan dibanding kelompok positif (K+). Sedangkan rata rata kadar IL-17A pada kelompok terapi B (34,50 ± 12,85) cenderung mengalami peningkatan dibanding kelompok kontrol positif (K+). Pada penelitian ini pemberian EDI dsDNA pada kelompok mencit lupus induksi pristan dapat menurunkan jumlah sel Th17 melalui peningkatan sel T-Reg dan produksi sitokin imunomodulator IL-10 dan TGF-β. Pada penelitian sebelumnya, pemberian imunoterapi dengan antigen spesifik dengan metode EDI terbukti dapat menginduksi aktivasi dan fungsi pada Treg untuk sekresi sitokin IL-10 dan TGF-β yang bekerja menekan sel imun autoreaktif. Studi lain juga menunjukkan rasio antara Treg terhadap Th17 mengalami penurunan pada pasien LES yang mengalami eksaserbasi serta rasio yang meningkat dari Treg terhadap Th17 pada kelompok kontrol . Pemberian terapi EDI dsDNA pada kelompok perlakuan juga tidak menyebabkan perbedaan yang signifikan dibanding kelompok kontrol positif serta tidak ada perbedaan antara kelompok kontrol negatif dengan positif. Meskipun hasil ini tidak sesuai dengan banyak penelitian yang menjelaskan adanya hubungan kuat antara IL-17A dengan LES, namun terdapat beberapa studi lain yang melaporkan tidak adanya hubungan antara IL-17 dengan aktivitas penyakit. Selain itu, pada penelitian penyakit autoimun lain juga terdapat fluktuasi kadar IL-17A di berbagai waktu dari lamanya penyakit yang diderita. Hal ini menunjukkan kadar IL-17A dapat berfluktuasi bergantung pada perjalanan penyakitnya serta pemilihan waktu dalam mengamati kadar IL-17A merupakan hal yang penting dalam korelasinya dengan perjalanan serta aktivitas penyakitnya. Efek pemberian EDI dsDNA pada mencit lupus induksi pristan menunjukkan penurunan jumlah sel Th17 serta tidak terdapat penurunan kadar IL-17A.