Pengembangan Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jagung Dan Implementasinya Di Kawasan Pertanian Berkelanjutan Gorontalo

Main Authors: Nurdin, -, Prof.Dr.Ir. Mochtar Lutfi Rayes,, M.Sc, Prof.Dr.Ir. Soemarno,, M.S, Dr..Ir..Sudarto, M.S, M.S
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192822/1/Nurdin%20baderan.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192822/
Daftar Isi:
  • Jagung-menjadi-komoditas-strategis-Nasional karena selain-seba’gai-sumber bah’an pa’ngan,-bahan-pak’an-da’n=baha’n=baku-ind’ustri-juga”sebagai”komoditas ekspor. Peningkatan produksi jagung merupakan salah satu indikator utama dalam program swasembada jagung Nasional. Namun demikian, capaian peningkatan produksi jagung tersebut belum dibarengi dengan peningkatan produktivitas jagung per satuan luas. Padahal, potensi capaian produktivitas jagung masih cukup tinggi. Umumnya, jagung masih ditanam pada=lahan=yang. karakteristik-dan-kualitasnya tidak sesuai, sehingga produktivitas jagung nasional masih rendah karena syarat tumbuh jagung atau persyaratan penggunaan lahannya tidak terpenuhi. Untuk menilai kesesuaian lahan jagung, diperlukan juga persyaratan atau kriteria kesesuaian lahan yang spesifik tetapi sampai saat ini kriteria yang ada tersebut masih untuk semua varietas jagung. Sementara secara agronomi dan potensi hasil jagung varietas lokal, komposit maupun varietas hibrida berbeda, sehingga penelitian ini dilakukan. Penelitian ini bertujuan: (1)=mengkaji=kualitas-lahan-di kawasan pertanian berkelanjutan Gorontalo, (2) menentukan kualitas lahan pengontrol produksi jagung, (3) menyusun kriteria kesesuaian lahan tanaman jagung, dan (4) menilai kesesuaian=lahan_untuk=-tipe-penggunaan-lahan-=(TPL)=jagung di kawasan pertanian berkelanjutan Gorontalo. Guna mencapai tujuan penelitian, maka dilakukan empat sub penelitian yang diuraikan sebagai berikut: Pada sub penelitian ke-1, peneliti mendeskripsikan kualitas lahan pada setiap satuan pemetaan lahan (SPL) berdasarkan morfologi, sifat fisik, sifat kimia tanah, karakteristik iklim dan medan (terrain) hasil survei tanah dan observasi lapangan, data sekunder, serta hasil analisis tanah di laboratorium. Selanjutnya ditentukan harkat kualitas lahan setiap SPL menggunakan pengharkatan pada kriteria kesesuaian lahan yang telah dibangun. Pada sub penelitian ke-2, peneliti menganalisis kualitas lahan yang mengontrol produksi jagung dengan menggunakan metode struktural equation model (SEM). Pada sub penelitian ke- 3, peneliti mengembangkan kriteria kesesuaian=lahan=untuk=tanaman=jagung varietas hibrida, komposit dan varietas lokal dengan=menggunakan=metode boundary line. Pada sub penelitian ke-4, peneliti melakukan penilaian kembali kesesuaian lahan untuk TPL jagung mengacu pada kriteria kesesuaian lahan yang baru dengan bantuan program SPKL dan diintegrasikan dengan program SIG, serta kesesuaian lahan untuk tanaman jagung secara ekonomi. Hasil penelitian ke-1 menunjukkan bahwa kualitas lahan temperatur tergolong agak panas sampai panas,-ketersediaan-air (curah-hujan,-bulan-basah dan=bulan=kering) tergolong zona agroklimat E3, E2 dan D2 dengan LGP tergolong intensitas tanam 1, 2 dan 3,=ketersediaan=oksigen didominasi-kelas. drainase-agak lambat,-media-perakaran-(tekstur dominan lempung berliat,-bahan kasar dominan sedikit, dan kedalaman efektif dominan sedang), retensi hara (pH dominan agak masam, C-Organik dominan sangat rendah, KTK dan kejenuhan basa dominan sedang), ketersediaan=hara=(N-total dan P=tersedia) dominan sangat rendah,-K-tersedia dominan-rendah), sodisitas dominan sedang, bahaya erosi (lereng dominan datar dan erosi tanah dominan berat), bahaya banjir (tinggi genangan dominan sangat dangkal dan lema genangan dominan sangat x singkat), serta kualitas lahan penyiapan lahan dominan tidak berbatu dan singkapan batuan dominan tidak ada. Harkat kualitas lahan di daerah penelitian lebih didominasi cukup baik, sementara kualitas lahan yang baik dan kualitas lahan yang buruk relatif lebih sedikit secara berurutan, tanpa adanya kualitas lahan yang sangat baik. Ha’sil=pen’elitian=ke-2 menunju’kkan=ba’hwa=kualitas lahan pengontrol produktivitas jagung lokal berdasarkan urutan kepentingan adalah bahaya erosi, ketersediaan hara, media perakaran, penyiapan lahan, ketersediaan oksigen, dan retensi hara. Kualitas lahan yang mengontrol produkvitas jagung komposit berdasarkan urutan kepentingan adalah retensi hara, media perakaran, penyiapan lahan, dan hara tersedia. Kualitas lahan yang mengontrol produktivitas jagung hibrida berdasarkan urutan kepentingan adalah media perakaran, penyiapan lahan, bahaya erosi, ketersediaan hara dan retensi hara. Hasil penelitian ke-3 menunjukkan bahwa kriteria kesesuaian lahan untuk jagung lokal, dan komposit serta jagung hibrida yang didapat lebih sedikit dan relatif spesifik lokasi berbasis karakteristik dan kualitas lahan serta produktivitas yang dicapai. Kriteria kesesuaian lahan untuk jagung lokal hanya terdiri dari: bahaya erosi, ketersediaan hara, media perakaran, penyiapan lahan, ketersediaan=oksigen,=dan=retensi=hara. Sementara kriteria kesesuaian=lahan. untuk=jagung komposit hanya terdiri dari:=retensi=hara,=media=perakaran, penyiapan lahan, dan hara tersedia. Sedangkan kriteria kesesuaian lahan untuk jagung hibrida hanya terdiri dari: media perakaran, penyiapan lahan, bahaya erosi, hara tersedia, dan retensi hara. Kriteria yang telah dibuat juga lebih responsif terhadap karakteristik dan kualitas lahan secara spesifik lokasi dibandingkan kriteria kesesuaian lahan untuk jagung lokal dan komposit. Selain itu, kriteria kesesuaian lahan untuk jagung hibrida yang didapat lebih rendah nilai intervalnya dibanding kriteria kesesuaian lahan untuk jagung sebelumnya. Hasil penelitian ke-4 menunjukkan bahwa kesesuaian ekonomi untuk TPL jagung lokal dengan input rendah, input sedang dan input tinggi menguntungkan, kecuali sedikit lahan di bagian selatan yang tidak menguntungkan dan tidak diprioritaskan. Demikian halnya dengan TPL jagung komposit dan TPL jagung hibrida dengan input rendah, sedang dan input tinggi polanya relatif sama dengan TPL jagung lokal. Prioritas utama pengembangan jagung lokal berdasarkan urutan sebaran lahan terluas adalah Kecamatan Mootilango, Asparaga, Boliyohuto, Tolangohula dan Kecamatan Bilato., sementara pada prioritas kedua tersebar di Kecamatan Mootilango, Asparaga, Bilato, Boliyohuto, dan Kecamatan Tolangohula. Prioritas utama pengembangan jagung komposit berdasarkan urutan sebaran lahan terluas adalah Kecamatan Asparaga, Bilato, Boliyohuto, Tolangohula dan Kecamatan Mootilango., sementara pada prioritas kedua tersebar di Kecamatan Mootilango, Boliyohuto, Tolangohula, Bilato dan Kecamatan Asparaga. Prioritas utama pengembangan jagung hibrida berdasarkan urutan sebaran lahan terluas adalah Kecamatan Asparaga, Boliyohuto, Mootilango dan Kecamatan Bilato, sedangkan pada prioritas kedua tersebar di Kecamatan Mootilango, Asparaga, Bilato, Boliyohuto dan Kecamatan Tolangohula